Salom,
Oleh kemurahan Tuhan pagi ini kita dapat beribadah dengan suasana sejuk dan nyaman walau udara di luar sangat panas menyengat.
Kita akan mempelajari lebih jauh tentang “Hidup Memprioritaskan Allah” sebagai tema yang diambil dari Mazmur 63. Mazmur ini ditulis ketika Daud melarikan diri dari anaknya, Absalom, yang memberontak dan mau mengkudeta dia. Namun ada pula catatan bahwa Daud menulis ini ketika dia lari dari Saul. Mana yang benar? Kita tidak perlu mencari mana yang benar tetapi yang penting ialah Daud sedang melarikan diri dari musuh entah dari orang-orangnya Saul atau orang-orangnya Absalom. Daud menjadi seorang pelarian dan mengungsi ke padang gurun Yehuda.
Umumnya ketika nyawa seorang raja, pejabat, politikus terkenal terancam di negerinya sendiri, dia akan lari ke negara tetangga, ke kerajaan terdekat atau sahabat terdekat untuk minta suaka/perlindungan. Namun Daud, seorang pejabat negara, tidak lari ke kerajaan tetangga tetapi ke padang gurun yang gersang, panas, kering kerontang, tidak ada air maupun tumbuhan di mana siang hari panas terik sedangkan malam hari dingin sekali. Singkatnya, padang gurun identik dengan ketidaknyamanan.
Ketika di padang gurun, Daud mengalami semuanya itu. Pertanyaannya, mengapa dia memilih padang gurun bukan minta suaka kepada kerajaan lain walau ada kesepakatan-kesepakatan tertentu karena di dunia ini tidak ada bantuan perlindungan yang gratis. Pertolongan manusia pasti ada pamrihnya. Kemungkin dapat terjadi pula ketika Daud lari ke padang gurun, dia mati kehausan dan kelaparan serta penderitaan di sana. Ternyata dalam kondisi apa pun, Daud tetap memprioritaskan Allah dalam hidupnya.
Aplikasi: kaiau Tuhan mengizinkan kita mengalami suasana “padang gurun”, tentu Ia mempunyai rencana. Tampak ironis, kehidupan yang mengutamakan Allah malah diizinkan mengalami suasana padang gurun yang identik dengan ketidaknyamanan, penderitaan dan kesesakan. Mengapa? Supaya kita rindu kepada-Nya.
Apa tanda-tanda orang yang mengutamakan/memprioritaskan Allah?
- Mempunyai kerinduan kepada Allah (ay. 2)
“Ya Allah, Engkaulah Allahku, pagi-pagi aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada- Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.” (TB2)
Kerinduan ini dibuktikan dengan sungguh-sungguh ada upaya mencari Allah dalam keadaan apa pun termasuk dalam pengalaman bersuasanakan padang gurun.
Terbukti dalam suasana padang gurun, Daud menjadikan Allah sentral hidupnya. Kesungguhan untuk mencari Allah dibuktikan Daud di pagi hari sebelum dia mengawali seluruh aktivitasnya.
Tentu boleh saja mencari Allah di siang hari tetapi suasana pagi hari masih segar belum memikirkan perkara lain kita sudah datang kepada Tuhan, berlutut, menyembah dan menaikkan ucapan syukur kepada-Nya sementara siang hari kita sudah terjebak dengan hiruk pikuk kegiatan.
Dalam suasana padang gurun, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau kita merindukan sumber pertolongan yang kuat dan Daud tahu siapa sumber pertolongan itu. Apa kata Daud? “Demikianlah aku memandang kepada- Mu di tempat kudus sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.” (ay. 3)
Orang yang merindukan Tuhan dapat dikenali dari hasrat dan keinginannya yang kuat untuk bertemu Tuhan dan mendengar suara-Nya. Ilustrasi: ketika kita bertunangan, kita sangat rindu bertemu dan ngobrol dengan calon suami/istri kita.
Secara literal Tempat Kudus saat itu adalah Bait Allah padahal Daud sedang di padang gurun tetapi hatinya rindu memandang/menikmati hadirat Allah di dalam Bait-Nya. Jadi kalau kehidupan Kristen mengaku dirinya mencintai dan mengutamakan Allah tetapi malas bahkan tidak mau beribadah di gereja, dia hanya membual alias omong kosong. Ilustrasi: pemerintah menetapkan hari Minggu sebagai hari libur. Kalau kita benar-benar rindu, mengasihi dan mengutamakan Allah, kita akan manfaatkan hari Minggu untuk beribadah menikmati hadirat Tuhan.
Di dalam bait Allah, kita dapat melaksanakan tugas panggilan dan tanggung jawab kita seperti: pelayanan (diakonia), kesaksian (marturia) dan persekutuan (koinonia). Apa pun posisi kita, kita dapat merasakan kemuliaan dan merasakan kuasa Tuhan.
Apa pengakuan Daud selanjutnya? “Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.” (ay. 4)
Orang yang merasa memiliki dan dimiliki oleh Tuhan dapat memandang bahwa kasih Tuhan itu lebih daripada hidup dan akan rela menyerahkan hidupnya bagi Tuhan. Ilustrasi: di tengah perjalanan kita ditodong oleh perampok yang memerintahkan, “Serahkan uang di dompetmu; kalau tidak, nyawamu melayang!” Mana yang kita pilih? Kalau kita menganggap nyawa/hidup kita lebih berharga, kita akan menyerahkan uang kita. Kalau kita menyadari bahwa kasih setia Allah lebih besar dari hidup maka kita pun akan rela menyerahkan hidup kita kepada Tuhan dan kita akan mengalami kepuasan lahir batin. Hal ini dialami oleh rasul-rasul yang rela mati martir menyerahkan nyawanya bagi Tuhan. Sungguh kalau hati ini sudah dicengkeram oleh kasih kemurahan Tuhan, penderitaan pun dapat dilalui karena makin kita bersandar kepada Tuhan, makin kita mengalami mukjizat membuat kita tidak ragu-ragu atau takut menjalaninya.
- Memercayai Allah sebagai satu-satunya sumber pertolongan (ay. 7-9).
“Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.”
Heran, dalam kondisi tidak nyaman mengungsi ke padang gurun karena dikejar musuh, Daud justru mempertaruhkan hidup dan imannya dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya sumber pertolongannya. Daud tidak mengandalkan siapa pun termasuk dirinya sendiri walau dia seorang pahlawan yang gagah perkasa.
Perhatikan, ketika dalam keadaan terdesak, apa yang dikejar oleh seseorang sebagai prioritas hidupnya akan menjadi andalannya. Misal: kalau seseorang dalam hidupnya mengejar jabatan dan berhasil mencapai puncak jabatan kemudian dia mengalami masalah maka yang diandalkan adalah jabatannya. Kalau dia mengejar kekayaan dan menjadi kaya raya lalu mengalami masalah maka kekayaannya akan diandalkan untuk menyelesaikan masalah dst. Sebaliknya, orang yang mengejar hadirat Tuhan dan mengutamakan/memprioritaskan Tuhan maka di dalam keadaan terdesak/terjepit maka Allahlah yang dia andalkan.
Apa yang dilakukan Daud di tempat tidur di malam hari? “Apabila aku ingat kepadamu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam.”
Aplikasi: saat kita dalam kesesakan penuh derai air mata dan membuat kita stres tidak dapat tidur, tetaplah mengingat dan merenungkan Allah sepanjang malam akan kebaikan-Nya dan memercayai-Nya sebagai satu- satunya sumber pertolongan. Memercayai Allah sebagai sumber pertolongan tidak harus saat melihat mukjizat yang spektakuler tetapi cukup mengingat pertolongan-Nya di masa lalu. Hitunglah berapa kali kita ditolong, diberkati, dan diselamatkan dari maut maka kita akan menyadari bahwa pertolongan Tuhan begitu kuat bagaikan pengayoman di bawah kepak sayap-Nya yang membuat kita nyaman dan bersorak sorai.
Perlindungan dan pengayoman-Nya bagaikan sebuah sayap seperti Rut (janda lemah yang tidak berpengharapan) datang kepada Boas dan mengatakan, “Kembangkanlah kiranya sayapmu menaungi hambamu ini.” (Rut. 3:9)
“Di bawah kepak sayap” juga menggambarkan tentang kehangatan dan perlindungan yang sangat kuat seperti yang Yesus rindukan terhadap Yerusalem. Ia ingin mengumpulkan mereka sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya tetapi mereka menolaknya (Mat. 23:37). Ilustrasi: induk ayam akan marah bahkan mempertaruhkan nyawanya jika anak-anaknya diganggu. Dia juga mamanggil mereka untuk berlindung di kepak sayapnya untuk menghindari sambaran elang. Apakah kita peka mendengar panggilan Tuhan untuk masuk dalam perlindungan-Nya bahkan Ia rela mempertaruhkan nyawa-Nya bagi kita?
- Mengalami pembelaan dari sesuatu yang membinasakan (ay. 10)
“Tetapi orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawaku akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah. Mereka akan diserahkan kepada kuasa pedang, mereka akan menjadi makanan anjing hutan.”
Kata “diserahkan” berarti ada tangan kuat yang menyerahkan para musuh kepada kebinasaan. Jelas ada pembelaan dan perlindungan dari Allah dari sesuatu yang membinasakan.
Dalam pola Tabernakel, kitab Mazmur terkena pada Tudung Tabernakel. Tudung berbicara mengenai perlindungan yang kuat baik di siang hari waktu panas terik maupun di malam hari waktu dingin sekali. Allah adalah perlindungan bagi kita. Percayalah bahwa hidup kita berharga di mata Tuhan dan Ia tidak akan sembarangan mengizinkan musuh menjamah kita sekehendak hatinya. Allah yang mahakuasa dan mahatahu akan membalikkan setiap tangan orang yang mau berbuat jahat kepada kita. Hidup kita ada di tangan Tuhan. Kalau sudah di tangan Tuhan, hidup maupun mati kita menjadi urusan-Nya seperti pertanyaan Petrus kepada Yesus tentang nasib Yohanes yang hidup dekat dengan-Nya (Yoh. 21:20-21). Apa jawab Yesus? “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu….” (ay. 22) Yesus ingin menegaskan orang yang memprioritaskan Tuhan maka hidup- mati orang itu menjadi urusan-Nya walau dia masuk dalam proses pengalaman kematian di padang gurun.
Hari-hari ini padang gurun apa yang kita hadapi? Apakah kesehatan terganggu membuat kita tidak nyaman? Atau usaha terseok-seok membuat kita khawatir akan masa depan? Ingat, carilah Tuhan, prioritaskan Dia dan jadikan Dia sumber pertolongan maka kita akan mendapatkan perlindungan dan pembelaan dari-Nya serta hidup-mati kita menjadi urusan-Nya asal kita mengikut Dia dengan setia. Amin.