Jemaat Yang Dibangun Atas Kasih Karunia

Pdm. Kasieli Zebua, Minggu, Johor, 7 Januari 2018

Shalom,

Hendaknya kita memasuki tahun baru ini dengan penuh sukacita dan menikmati kasih karunia Tuhan yang telah berlaku bagi kita karena Ia senantiasa menyertai kita dan pertolongan-Nya tidak pernah datang terlambat.

Pada ibadah tutup tahun 2017, Firman Tuhan memberikan pengarahan bagaimana menghadapi tahun yang datang ini. Tuhan memberikan kita perlengkapan senjata untuk siap berperang melawan roh-roh di udara. Musuh kita bukanlah manusia, bukan suami atau istri atau siapa pun tetapi Iblis. Namun ingat, Iblis dapat memakai siapa saja untuk melawan kita. Hati-hati, jangan kita dipakai Iblis menjadi alatnya tetapi serahkan diri dalam kendali Tuhan dan gunakan perlengkapan senjata Allah untuk menjadi pemenang.

Kita dapat mengetahui di awal surat Efesus ini bahwa Rasul Paulus menyebut jemaat Efesus sebagai orang-orang kudus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus (Ef. 1:1). Mereka adalah jemaat yang telah menerima kasih karunia Allah. Mereka adalah orang-orang yang telah dikuduskan dan menerima keselamatan di dalam Kristus.

Namun demikian, kita perlu mempelajari lebih jauh tentang latar belakang berdirinya jemaat Efesus, bagaimana Tuhan menyatakan kasih karunianya dan menangkap mereka menjadi milik-Nya. Kita dapat belajar dan membaca di dalam Kisah Para Rasul 18-20, sbb:

  • Kisah Para Rasul 18:18-21, pada perjalanan misi kedua Rasul Paulus, sekitar tahun 50 M, ia singgah di Efesus bersama Priskila dan Akwila. Dia menyempatkan diri masuk ke sinagoge dan berbicara dengan orang-orang Yahudi di sana. Kemudian dia melanjutkan perjalan-annya dan meninggalkan Priskila dan Akwila di Efesus.
  • Kisah Para Rasul 18:24-28, seorang Yahudi dari Aleksandria bernama Apolos datang ke Efesus. Dia fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Dia mengajar tentang Yesus tetapi hanya mengetahui baptisan Yohanes. Dia mengajar di rumah ibadat tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. Oleh kasih karunia Allah, Apolos menjadi orang yang sangat berguna bagi orang-orang percaya dan dia mengajar bahwa Yesus adalah Mesias.
  • Kira-kira dua tahun kemudian Paulus datang lagi ke Efesus dalam perjalanan misi ketiga (Kis. 19). Apolos sudah tidak lagi di Efesus dan Paulus tinggal di sana selama tiga tahun.

Selama 3 tahun melayani di Efesus, banyak peristiwa besar terjadi berkaitan dengan per-kembangan Injil yang menjadi cikal bakal pertumbuhan jemaat di sana, antara lain:

- Ayat 1-7, ketika Paulus datang, ia bertemu dengan dua belas orang murid di Efesus. Kemungkinan besar murid-murid ini adalah hasil pelayanan Apolos, Priskila dan Akwila. Murid-murid ini masih ‘bayi’ secara rohani. Mereka hanya mengenal baptisan Yohanes dan tidak pernah mendengar mengenai Roh Kudus. Paulus mengatakan kepada mereka bahwa baptisan Yohanes merupakan baptisan orang bertobat dan ini harus dilanjutkan dengan kepenuhan Roh Kudus. Pada saat itu mereka memberi diri dibaptis dalam Nama Tuhan Yesus dan setelah Paulus menumpangkan tangan atas mereka, mereka menerima Roh Kudus.

Rasul Paulus memahami dengan baik bagaimana seharusnya menjadi murid Kristus. Kekristenan kita tidak cukup hanya sampai pada baptisan dan bertobat tetapi harus meningkat sampai kepada kedewasaan. Dengan kata lain, kita tidak cukup hanya meninggalkan perbuatan lama tetapi harus memberi diri dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus.

- Ayat 8-9a, Paulus mengajar selama tiga bulan di sinagoge namun kemudian mengalami penolakan dari pihak orang Yahudi. Dia lalu memisahkan murid-murid dari mereka yang menolaknya dan mengajar selama dua tahun di ruang kuliah Tiranus sehingga semua penduduk Asia (Yahudi maupun Yunani) mendengar Firman Tuhan (ay. 9b-10).

Merupakan sesuatu yang luar biasa, murid-murid ini mau belajar Firman Tuhan dan duduk dalam kelas kuliah selama 2 tahun. Mereka begitu bersemangat. Bagaimana dengan kita? Maukah kita belajar Firman Tuhan? Bagaimana kalau di gereja kita ini dibuat kelas-kelas pelajaran Firman Tuhan, apakah kita bersedia untuk belajar? Orang-orang percaya di Efesus disebut sebagai murid-murid, yaitu orang-orang yang mau belajar. Mungkin ketika kita mempelajari Firman Tuhan atau mendengar pemberitaan Firman, kita sulit memahami. Jangan mudah menyerah bila tidak mengerti, terus belajar dan minta pimpinan Roh Kudus maka dengan berjalannya waktu kita sebagai ‘murid’ yang belajar Firman akan mengalami pertumbuhan rohani.

- Tuhan melakukan mukjizat-mukjizat besar melalui Paulus (ay. 11-12), bahkan melalui ahli-ahli jampi (anak-anak Skewa) pun dipakai untuk membesarkan Nama-Nya. Mereka mencoba mengusir setan dalam Nama Yesus yang diberitakan Paulus namun Iblis menertawakan mereka karena bermain-main dengan Nama Yesus. Akibatnya, mereka dipermalukan di muka umum. Melalui peristiwa ini seluruh penduduk Efesus ketakutan dan Nama Yesus makin masyhur (ay. 13-20). Melalui kejadian ini pula mereka yang hidup dalam dosa tenung dan ilmu hitam mengakui perbuatannya dan banyak yang membakar kitab-kitab sihir lalu percaya kepada Yesus.

- Tantangan timbul dari Demetrius, seorang tukang perak, pengusaha suvenir kuil-kuilan dewi Artemis, yang terancam bangkrut oleh karena Injil. Lalu dia memprovokasi pekerja-pekerjanya juga pekerja dari perusahaan lain untuk menentang Paulus sehingga terjadi huru-hara besar. Demetrius memprovokasi mereka karena mereka akan kehilangan pekerjaan dan penghasilan bahkan kuil dewi Artemis terancam kehilangan kebesar-annya. Provokasi ini menyulut kemarahan mereka lalu berteriak-teriak “besarlah Artemis dewi orang Efesus”. Kekacauan ini akhirnya dapat dikendalikan oleh panitera kota (ay. 21-27). Ternyata keributan ini membuat ketakutan murid-murid sehingga Paulus memanggil mereka dan menguatkan hati mereka (Kis. 20:1).

- Kis. 20:17-38, di akhir pelayanan di Efesus, Paulus memanggil para penatua jemaat Efesus dan mengingatkan mereka bagaimana dia merintis gereja Efesus penuh dengan tantangan dan air mata. Dia mengingatkan bagaimana orang-orang Yahudi menolak dan ingin membunuh dia. Hal ini diungkapkan bukan untuk mengungkit-ungkit masa lalu atau supaya dia dikasihani tetapi mengingatkan betapa besar kasih Tuhan atas mereka melalui Paulus.

Paulus menegaskan bahwa dia tulus berjuang melayani jemaat Efesus tanpa mengambil untung. Dia juga mengingatkan mereka akan adanya ‘serigala-serigala’ yang berusaha menyesatkan mereka (Kis. 20:26-27). Paulus menyadari bahwa jemaat Efesus adalah milik Tuhan dan mendapat perlindungan sempurna dari-Nya (Kis. 20:28-32), setelah itu ia berpisah dengan mereka.

  • Paulus kembali ke Yerusalem dan menghadapi tantangan luar biasa bahkan dipenjara kira-kira 2 tahun di Kaisarea (Kis. 23:23-39). Dia datang ke Roma karena naik banding menghadap kaisar namun di sana dia tetap sebagai tahanan yang dipenjara dalam rumah yang disewanya sendiri (Kis. 28:30-31). Dalam penjara dia menulis surat kepada jemaat Efesus mengungkapkan perasaan sukacita mendengar (tidak melihat kasatmata) jemaat Efesus yang dilayaninya bertumbuh dalam iman (Ef. 1:15-17). Inilah hamba Tuhan yang benar, yang bersukacita bukan karena dia mendapatkan sesuatu, tetapi karena ia mendengar bahwa jemaat yang dilayani bertumbuh dalam iman dan semakin mengasihi Tuhan.

Secara keseluruhan surat Efesus menyatakan apa yang dikerjakan Allah Tritunggal dalam membawa kita kepada keintiman dengan Kristus sebagai mempelai Pria. Jadi, kekristenan bukan sekadar mengenal Tuhan tetapi sampai mengalami relasi intim dengan-Nya. Jemaat Efesus dan kita adalah bangsa kafir yang dahulu mati dalam dosa (Ef. 2:1), tidak mendapat bagian dalam janji Allah, tanpa Kristus, tak berpengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia (Ef. 2:11-12), tetapi ditebus oleh darah Kristus dan menjadi dekat dengan-Nya (Ef.2:11-13). Surat Efesus ditulis untuk mengingatkan betapa besar Tuhan kita dan hebat kuasa-Nya (Ef. 1:19-20) atas kita.

Sungguh besar kasih karunia Allah atas jemaat Efesus, Ia sendiri yang menebus mereka dengan darah-Nya dan menjadikan mereka milik-Nya. Mereka tidak hanya menjadi jemaat dan murid-murid tetapi Tuhan mau jemaat-Nya menjadi prajurit/tentara yang hebat dan berkeme-nangan. Allah meminta kita mengenakan seluruh perlengkapan senjata-Nya karena mengikut Tuhan ada tantangan dan rintangan. Bila kita berpegang teguh pada Tuhan, kita akan tetap berdiri dan menang (Ef. 6:13). Bukankah kita sedang menghadapi hari-hari yang jahat dan sukar (2 Tim. 3:1)?

Setiap dari kita mengalami perjuangan dan peperangan; untuk itu ingatlah kasih karunia Tuhan yang besar dan terus menundukkan diri di dalam Firman dan Roh Kudus serta praktikkan Firman-Nya meskipun sulit dan berat. Hendaknya kita mendukung satu sama lain dalam doa (Ef. 1:16; 3:14-19; bnd. 6:18-20) agar menjadi jemaat yang kuat dan dibangun di atas kebenaran. Tantangan dan cobaan boleh datang, bila kita berdiri di atas fondasi yang kuat, kita akan tetap berdiri dan menang. Amin.