Utusan Yang Membawa Berita Perdamaian Untuk Menyatukan Allah Dan Manusia

Pdm. Budi Avianto, Minggu, Lemah Putro, 07 Januari 2018

Shalom,

Firman Tuhan di akhir tahun, 31 Desember lalu, membahas tentang Surat Efesus diawali dengan kebaktian Natal bertemakan “Born to Make Us One” (Ef. 2:17-18).

Kali ini kita mempelajari Efesus 1:1-2, “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.”

Surat ini ditulis oleh Rasul Paulus saat dia dipenjara di Roma. Walau dalam keterbatasan, dia ingat akan jemaat Efesus yang pernah digembalakannya selama tiga tahun (Kis. 20:31). Ini membuktikan terjalinnya hubungan emosional yang akrab antara gembala dan domba-dombanya.

Dalam surat ini, Paulus memperkenalkan diri sebagai rasul (= utusan) Yesus Kristus bukan atas kehendak sendiri tetapi oleh kehendak Allah. Seorang utusan membawa berita dari institusi atau seorang yang mengutusnya. Contoh: seorang duta besar dari suatu negara atau kerajaan mempunyai kuasa penuh dan berbicara atas nama negaranya. Sebagai utusan Kristus, Paulus menulis Surat Efesus atas ilham Roh Kudus sehingga surat ini disejajarkan dengan 65 kitab lainnya di dalam Alkitab dan dikanonkan menjadi Firman Tuhan.

Karena Rasul Paulus diutus atas kehendak Allah – Pencipta alam semesta, Raja di atas segala raja dan Penguasa di dalam Kerajaan Allah – Ia juga menyertakan segala kuasa-Nya. Dengan demikian, Surat Efesus yang kita baca mengandung kuasa bila kita menerimanya sebagai Firman Tuhan.

Sesungguhnya Tuhan tidak hanya mengutus Rasul Paulus tetapi kita semua juga utusan-Nya. Apa kriteria untuk layak disebut sebagai utusan Yesus Kristus atas kehendak Allah?

  • Kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri/mementingkan diri sendiri tetapi untuk Dia yang telah mati bagi kita (2 Kor. 5:15).

Allah tahu manusia ciptaan-Nya sedang menuju kepada kebinasaan akibat dosa ketidaktaatan. Oleh karena kasih-Nya, Ia mengutus Putra tunggal-Nya datang ke dunia dan mati bagi kita. Ia ingin kita yang sudah dibebaskan dari segala dosa oleh kematian dan kebangkitan-Nya hidup bagi-Nya seperti dilakukan oleh Paulus yang dengan lantang mengatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah…” (Flp. 1:21-22)

  • Kita menjadi ciptaan baru di dalam Dia (2 Kor. 5:17-21).

Kita dahulu hidup dalam dosa namun diperdamaikan dan dibenarkan oleh kematian dan kebangkitan Yesus → Mazbah Kurban Bakaran.

Selanjutnya Ia terus menerus menyucikan kita hingga menjadi ciptaan baru yang mana sifat-sifat ‘daging’ yang menuruti kemauan sendiri tidak lagi ada → Bejana Pembasuhan

Melalui kelahiran baru, kita dipenuhi oleh Roh Kudus untuk hidup sebagai utusan menjadi imam-imam yang melayani Dia.

Bagaimana kondisi seorang utusan?

v Seorang utusan memiliki jabatan (Ef. 4:11) berbeda sesuai dengan kemampuan/talenta yang dikaruniakan Tuhan kepadanya (1 Kor. 12:4-10).

Sebagai utusan Kristus, kita bertugas memberitakan Injil keselamatan kepada orang-orang dekat di sekitar kita itulah suami/istri, anak dan saudara kita baru melebar kepada sanak saudara dan teman di sekolah/pekerjaan. Tanpa banyak perkataan, hidup kita dapat menjadi saksi untuk memenangkan jiwa seseorang (bnd. 1 Ptr. 3:1) karena kita adalah surat Kristus yang terbuka bagi semua orang (2 Kor. 3:3).

Bila kita benar-benar utusan Allah, berita yang kita sampaikan memiliki kuasa karena Ia mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas (Yoh. 3:34). Tentu kuasa Firman Allah mengubahkan kita terlebih dahulu yang dapat disaksikan oleh orang lain.

v Seorang utusan tidak dibatasi dengan kondisi apa pun (bebas-dipenjara, lemah fisik, ekonomi, pendidikan dst). Itu sebabnya jangan kita menolak menjadi utusan-Nya dengan mengemukakan beribu alasan masalah sebab Rasul Paulus membuktikan di penjara pun dia masih dapat menjadi utusan Allah, membuat kepala penjara Filipi beserta seluruh keluarganya bertobat (Kis. 16:25-34).

v Seorang utusan harus diperdamaikan lebih dahulu dengan Allah sebab tidak ada seorang pun yang baik dan benar tetapi semua telah berdosa (Rm. 3:10,12,23). Paulus mengetahui kondisi orang-orang di Efesus sebab dia pernah tinggal di sana memberitakan Kerajaan Allah. Ada dari mereka yang keras hati bahkan mengumpat jalan Tuhan sehingga dia meninggalkan mereka (Kis. 19:8-9).

Kenyataannya, mereka yang masuk ke luar gereja ‘mendengarkan’ Fiman Tuhan tidak otomatis mengalami keubahan hidup karena mereka memilih-milih Firman yang cocok dengan selera hatinya. Sebenarnya, merupakan suatu kemurahan bila seseorang mau menerima teguran Firman penyucian untuk mengubahkan kehidupan lamanya. Jika dia menolaknya karena lebih senang hidup dalam dosa, hatinya makin lama makin tegar berakibat terjadinya perpisahan – tidak ada persekutuan.

Apa penyebab ketegaran hati tidak mau diubahkan?

- Karena tipu daya dosa (Ibr. 3:13) berakibat maut (Rm. 6:23). Bukankah Adam-Hawa jatuh dalam dosa karena tipu daya ular (Kej. 3:1-7)?

- Karena hati dikuasai oleh kegeraman (Ibr. 3:15).

Apapun bentuk Firman Tuhan yang disampaikan (nasihat, peringatan maupun teguran) oleh seorang utusan Tuhan (yang benar) jangan diterima dengan hati geram/marah karena merasa Firman tersebut ditujukan kepada dirinya.

- Karena ketidakpercayaan (Ibr. 3:19).

Bangsa Israel dipelihara Allah dengan pelbagai mukjizat selama 40 tahun di padang gurun tetapi mereka tidak masuk dalam Tanah Perjanjian karena mereka tidak percaya akan janji Allah.

Mengapa utusan Tuhan sangat diperlukan (di Efesus)?

  • Karena adanya beberapa tukang jampi (7 anak dari imam kepala Yahudi) berkeliling menggunakan Nama Tuhan (Kis. 19:13-14) padahal mereka bukan utusan Allah. Akibatnya mereka dipermalukan di muka umum.

Waspada, kuasa kegelapan dan praktik perdukunan dapat menyusup pada orang-orang yang mengaku dirinya pengikut Kristus. Tak sedikit pula anggur Perjamuan Tuhan dianggap sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit, juga minyak urapan diperjualbelikan dst. Bertindaklah seperti jemaat Berea yang suka menyelidiki Kitab Suci untuk mengecek kebenaran berita yang disampaikan (Kis. 17:11).

Perlu diketahui, Firman Tuhan tidak pernah gagal meskipun ada yang menolaknya (Kis. 19:18-21) sebab memiliki kuasa menyadarkan orang-orang untuk bertobat meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa.

  • Adanya penyembahan berhala tidak hanya di Efesus tetapi hampir di seluruh Asia untuk menyesatkan banyak orang (Kis. 19:26-28).

Penyembahan berhala (Dewi Artemis) tetapi ujung-ujungnya berkaitan dengan uang/Mamon sebab merosotnya pemasukan penjualan kuil-kuilan dewi Artemis dari perak (ay. 24-27).

Mamon dapat menjadi berhala yang menghalangi hubungan kita dengan Allah. Siapa yang kita pilih? Tuhan atau Mamon? Kita tidak dapat mengabdi pada dua tuan sebab kita akan membenci seseorang dan mengasihi yang lain (Mat. 6:24). Ingat, Allah adalah cemburuan (Kel. 34:14) sebab Dia menebus kita untuk menjadi milik-Nya dan menjadikan kita Mempelai wanita-Nya.

Siapa yang dimaksud sebagai penyembah berhala? Selain terikat dengan Mamon, orang cabul, berzina, banci, pemburit, pencuri, orang kikir dst. dapat dikategorikan sebagai penyembah berhala dan tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (1 Kor. 6:9-11). Itu sebabnya kita perlu disucikan terus menerus sebab ‘anak turunan’ dosa pemberhalaan ini sangat banyak.

Harus diakui hanya Firman Kristus yang mampu menjadikan orang percaya/beriman dan hidup dalam kekudusan namun banyak pula tantangan yang harus dihadapinya seperti dialami oleh Rasul Paulus (Kis. 20:18-21) yang melayani penuh rendah hati baik di bait Allah maupun di rumah-rumah. Paulus tak henti-hentinya berbicara mengenai apa yang Tuhan perintahkan kepadanya (ay. 31-32).

Firman Allah sanggup membuat orang menjadi percaya dan disucikan dengan tujuan berjaga-jaga menghadapi hari-hari yang makin jahat sebab Iblis tidak pernah ‘tidur’, dia malah bekerja keras untuk menarik sebanyak mungkin anak Tuhan menjadi pengikutnya (ay. 25-30).

Kita perlu terus menerus bersekutu dengan Firman Tuhan agar iman kita makin teguh. Selain itu kita waspada terhadap serigala berpakaian bulu domba yang berusaha menyesatkan dengan pengajaran palsunya. Melihat bahaya yang terus mengancam, kita harus memakai seperangkat senjata Allah untuk melawan penguasa-penguasa udara terlebih menjelang kedatangan-Nya. Iblis tahu waktunya sangat singkat, ini membuatnya all-out mengejar anak-anak Tuhan untuk disesatkan namun Firman Tuhan juga makin dibukakan sehingga terjadi dua arus kekuatan: yang jahat/cemar semakin jahat/cemar sementara yang kudus makin menguduskan diri (Why. 22:10).

Tolok ukur kebenaran ialah seperti Kristus (1 Yoh. 3:7), kesucian seperti Ia kudus/suci (1 Yoh. 3:3) dan sempurna seperti Bapa adalah sempurna (Mat. 5:48). Dengan kata lain, Tuhan mau supaya kehidupan rohani kita makin meningkat. Menghadapi dosa yang menghalangi kemajuan rohani kita, Ia menyediakan sarana dan utusan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Masalahnya, kita mau atau tidak memanfaatkannya agar kita didapati tidak bercacat cela saat Ia datang kembali untuk bersekutu dengan-Nya selamanya?

Allah ingin menyertai kita senantiasa (Ef. 1:2) untuk satu kali kelak dipersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu (ay. 9-10). Penyatuan dimulai dari yang ‘kecil’ yaitu dari rumah tangga. Tuhan mau kita menjadi lebih dari pemenang saat Ia datang, kita (Tubuh Kristus) menyatu dengan Dia sebagai Kepala sehingga penyatuan antara yang di Surga dan yang di bumi terjadi. Amin.