Perlengkapi Diri Dengan Senjata Allah Untuk Meraih Kemenangan

Pdt. Paulus Budiono, Minggu, Lemah Putro, 31 Desember 2017

Shalom,

Tinggal beberapa jam lagi kita akan memasuki tahun 2018, senang atau tidak senang waktu akan berjalan terus tanpa dapat kita bendung. Banyak orang merayakan malam tahun baru di hotel-hotel dan di jalan-jalan dengan meniup terompet serta menyaksikan pesta kembang api. Kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi di tahun depan ini tetapi Firman Allah telah membekali kita di penghujung tahun ini melalui ayat-ayat yang terdapat dalam Efesus 6:13 yaitu, “Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.”

Terdengar kontradiktif, Yesus – Raja damai – menyampaikan berita perdamaian tetapi mengapa kita malah diminta memperlengkapi diri dengan senjata Allah untuk mengadakan perlawanan? Bukankah ini berarti kita disuruh berperang? Kenyataannya, ketegangan dan permusuhan terjadi di mana-mana bahkan antarnegara. Apakah ini berarti berita perdamaian hanya ilusi semata? Kepada siapa kita mengadakan perlawanan dan pekerjaan apa yang telah kita selesaikan untuk dapat tetap berdiri? Apakah berkaitan dengan segala urusan di kantor, di sekolah dan di gereja yang telah rampung dikerjakan di akhir tahun?

Tuhan sangat menginginkan gereja-Nya benar-benar menjadi satu Tubuh dalam satu Roh (Ef. 2:17-18). Kita tahu tiap akhir tahun, TV menayangkan kaleidoskop (= aneka peristiwa dalam setahun yang disajikan dengan singkat) dalam negeri (national) maupun luar negeri (international). Kaleidoskop juga berlaku bagi perorangan, misal: di akhir tahun seorang pengusaha menghadapi dua kemungkinan entah laba/keuntungan besar atau kerugian fatal yang membuatnya stres berat dst. Dengan membuka files tentang seluruh peristiwa selama setahun, dia mengantisipasi apa yang akan terjadi di tahun depan. Jika sukses, dia akan sangat hati-hati bagaimana menjaga kesuksesan yang telah diraihnya. Bila gagal, dia mempelajari apa penyebab kegagalannya dan bertekad tidak mau tenggelam dalam kondisi terpuruk tetapi melalui kegagalan itu dia berusaha bangkit kembali untuk mencapai kesuksesan di tahun 2018. Namun yang ditakutkan, jika apatis, dia tidak peduli/tidak mau tahu apa pun yang terjadi (entah keberhasilan atau kemalangan), membuatnya semakin hancur di tahun 2018. Dia lupa bahwa suatu saat dia menghadap Tuhan untuk mempertanggungjawabkan semua yang di-lakukan semasa hidupnya.

Introspeksi: bagaimana kaleidoskop Anda sebagai seorang suami/istri, orang tua/anak, tuan/hamba dst.? Apakah ada masalah dan menemukan solusinya? Jika merasa tidak ada masalah (nikah, rumah tangga, pekerjaan, pelayanan) sama sekali, dikhawatirkan Anda kurang/tidak respons terhadap Firman Tuhan. Umumnya kondisi semacam ini terjadi pada mereka yang sukses. Apakah ini berarti Tuhan membeda-bedakan kita? Yang satu dibiarkan tertimpa masalah bertubi-tubi sementara yang lain mengalami kesuksesan tak henti-hentinya?

Bagaimana dengan kaleidoskop kehidupan rohani kita sepanjang 2017 dari sudut pandang Alkitab khususnya yang tertulis dalam Surat Efesus untuk menjadi pemahaman di tahun 2018 ini? Rasul Paulus mengingatkan kita untuk mengambil seluruh perlengkapan senjata Allah. Apa yang terjadi sebelumnya? Kita akan ‘flash back’ (tilas balik) dimulai dari pasal terakhir Surat Efesus yaitu:

  • Efesus 6:10, “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.”

“Akhirnya” merupakan akhir dari Surat Efesus yang mana Rasul Paulus meminta jemaat Efesus melengkapi diri dengan senjata Allah untuk berperang menghadapi serangan dari ‘musuh’ yang tidak kelihatan itulah Iblis. Perhatikan, Iblis paling tidak senang melihat manusia dalam kondisi aman, damai, tenang dan sukses lalu berusaha untuk merusaknya.

Rasul Paulus juga menyebut kata “kamu” yang ditujukan kepada kita semua – suami, istri, anak, orang tua, tuan, hamba (Ef. 5:22-23; 6:1-9) – untuk mengikuti ‘wajib militer’ tanpa ada alasan apa pun untuk menolak atau menghindarinya. Masing-masing dari kita harus mengambil seluruh perlengkapan senjata Allah supaya dapat mengadakan perlawanan terhadap Iblis yang berusaha merusak hubungan nikah, keluarga, kestabilan ekonomi, sosial dst. di tahun 2018 ini. Ingat, suami bukan menang melawan istri tetapi menang bersama istri untuk melawan tipu daya iblis. Contoh: ketika Iblis datang menggoda, mampukah suami menjaga kesatuan nikah?

  • Efesus 6:14-17, “Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,”

Salah satu senjata yang harus kita kenakan ialah perisai iman yang kita peroleh dari mendengar Firman Kristus (Rm. 10:17).

Dengan mendengar, membaca dan merenungkan Firman Allah, iman kita bertumbuh dan berfungsi sebagai perisai untuk menangkis serangan panah api dari Iblis. Contoh: bila kita beriman, serangan kata-kata pedas dan tuduhan/gosip yang menyakitkan dapat ditangkis oleh iman sehingga redalah hati yang panas membara. Ini masih satu ‘senjata’ yang disediakan Allah bagi kita; terlebih jika kita memakai seluruh senjata-Nya (kebenaran, keadilan, keselamatan, Firman Allah) kita akan kuat berdiri tidak mudah terkalahkan oleh godaan dan tipu muslihat Iblis.

  • Efesus 5:1-2,8-9, “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.....Memang dahulu kamu adalah kegelapan karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,”

Harus diakui, kita – kecil-besar, tua-muda, lajang-menikah, miskin-kaya, bodoh-pandai dst. – dahulu hidup dalam kegelapan dosa dan mengalami banyak masalah. Untuk itu Firman Tuhan mengingatkan anak-anak agar hormat kepada orang tua, ayah harus mendidik anak-anak mereka sesuai Firman Allah, tuan/majikan tidak bertindak semena-mena terhadap hambanya dan hamba harus hormat terhadap atasannya dll.

Orang yang hidup dalam kegelapan melihat semua orang gelap seperti dia gelap. Setelah menjadi terang baru dia dapat melihat kelebihan dan kebaikan orang lain. Gelap hanya dapat dikalahkan oleh terang; itu sebabnya kita memerlukan Yesus – terang dunia (Yoh 8:12) – agar semua pandangan, pikiran dan hati kita yang digelapkan oleh kuasa kegelapan menjadi sirna dan kita menjadi anak-anak terang yang berkemenangan.

Hendaknya terang kita tetap konstan, jangan makin lama makin redup. Kita boleh gagal dan mengalami banyak masalah yang membuat mata gelap dan telinga tuli lalu berbuat kecerobohan yang memalukan tetapi Tuhan datang mengatakan, “Bangunlah hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” (Ef. 5:14)

  • Efesus 5:15-16, “Karena itu perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal tetapi seperti orang arif dan pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat..”

Gereja Tuhan tidak boleh tertidur rohani tetapi berhikmat dalam mempergunakan waktu yang ada. Waktu bukanlah semata-mata untuk mencari uang tetapi untuk keselamatan. Bukankah hikmat juga termasuk salah satu senjata Allah untuk menangkis serangan dari Iblis?

Introspeksi: sudahkah kita mempergunakan waktu dengan baik dan tepat bukan hanya saat beribadah terlebih waktu yang lebih banyak dihabiskan di luar gereja?

  • Efesus 3:1-3, 6, “Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah – memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah yang dipercayakan kepadaku karena kamu yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat...yaitu bahwa (Gentiles = kafir) karena Berita Injil turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.”

Sesungguhnya kita, bangsa kafir, tanpa Kristus dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah (Ef. 2:11-12) tetapi karena berita Injil menjadi orang yang mendapat warisan kekal. Tidakkah kita patut bersyukur beroleh hikmat karena Kristus adalah hikmat? Tanpa hikmat-Nya, seseorang akan mengalami kegagalan walau berkat jasmani melimpah, jiwanya gelisah, kurus kering tak terpelihara menuju pada kebinasaan. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi jiwanya binasa (Mat. 16:26)?

  • Efesus 2:1, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.”

Kita dahulu mati karena pelanggaran dan dosa. Setiap orang telah berbuat dosa (Rm. 3:23) dan upah dosa adalah maut (Rm. 6:23). Jangan salah mengerti, kita mati bukan karena dosa. Apakah Yesus mati karena dosa-Nya? Tidak, justru karena dosa kita Ia mati di atas kayu salib. Setiap orang pasti mati; jadi, jangan mudah menghakimi seorang mati karena dosa dan pelanggarannya. Yang pasti, sekalipun kita masih hidup namun kita berbuat dosa, rohani kita mati untuk satu kali kelak kita menghadap takhta pengadilan Kristus mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita semasa hidup (2 Kor. 5:10).

Dosa memisahkan hubungan suami-isteri, keakraban persaudaraan dan relasi orang tua-anak. Itu sebabnya jangan bermain dengan dosa sekecil apa pun. Waspada jika seseorang tidak suka dan selalu menghindar untuk berkomunikasi, ini pertanda ada sesuatu yang menjurus pada pelanggaran.

Kita patut bersyukur Yesus membangkitkan kita dari kematian dosa untuk hidup bersama-Nya di Surga (Ef. 2:5-6).

Fokus kita tidak lagi pada segala kemuliaan di bumi ini tetapi ke atas untuk suatu saat duduk di takhta kemuliaan-Nya bersama Dia sebagai Mempelai Pria Surga.

  • Efesus 1:1-6, “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada di Efesus, dalam Kristus Yesus. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semulamenjadi anak-anak-Nya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia yang dikasihi-Nya.”

Ternyata sebelum jagat raya diiciptakan, Allah Tritungggal di dalam kekekalan sudah menciptakan roh-roh kita tanpa dosa. Bukankah Allah menciptakan dunia dan seluruh isinya dalam keadaan sangat baik termasuk Adam-Hawa di dalamnya? Dosa muncul karena Adam-Hawa melanggar perintah Allah. Kesatuan nikah manusia pertama direnggangkan/dipisahkan oleh Iblis. Sebenarnya Iblis hanya menggoda namun manusia meragukan kebenaran Firman Allah.

Adam-Hawa tidak menggunakan perisai iman dengan tepat. Mereka telah memegang ‘senjata’ perintah Allah (tidak memakan buah terlarang karena pasti mati) tetapi termakan oleh rayuan ular sehingga mereka mengecilkan Firman Allah akibatnya mereka jatuh dalam dosa. Selanjutnya, kejatuhan demi kejatuhan dialami oleh keturunan mereka, Kain membunuh adiknya dan banyak kehidupan nikah hancur berantakan (kawin mengawinkan) dst. karena mereka tidak lagi memakai senjata Allah.

Aplikasi: perisai/senjata iman digunakan suami/istri untuk menolong serta menguatkan istri/suami yang lemah iman. Yang belum/tidak menyatu, mulailah bertindak menuju pada kesatuan dan penyatuan sebab Alkitab menegaskan berdua lebih baik daripada seorang diri karena kalau ada yang jatuh, yang lain mengangkatnya (Pkh. 4:9).

Apakah kita mau mengalami keberhasilan di tahun 2018? Pakailah senjata Allah dengan lengkap (kebenaran, keadilan, iman, keselamatan, hikmat, Firman Allah) untuk melawan serangan Iblis yang makin gencar dilakukan di semua sendi kehidupan (ekonomi, sosial, politik, pendidikan dll.) agar iman kita runtuh.

Sekarang kita mengerti mengapa Allah meminta kita memakai senjata-Nya dengan lengkap karena kita menghadapi lawan (Iblis) yang tangguh. Sejak awal (di dalam kekekalan) Allah telah memilih dan menentukan kita untuk dijadikan anak-anak-Nya. Ia tahu kita akan jatuh dalam dosa karena ketidaktaatan akan perintah-Nya, membuat kita hidup dalam kegelapan. Namun dengan kasih setia-Nya, Ia menjadikan kita anak-anak Terang melalui pengurbanan Putra tunggal-Nya, Yesus Kristus, sehingga kita menjadi ahli waris Kerajaan Surga. Untuk itu jangan ucap-an syukur kita makin lama makin berkurang mengingat kasih-Nya yang makin bertambah. Sebaliknya, gunakan waktu dan kesempatan yang Ia berikan selama kita masih bernapas karena Ia segera datang menjemput kita untuk tinggal bersama Dia selamanya. Amin.