Ajaran Tentang Kehidupan Kekal

Minggu, Lemah Putro, 22 Oktober, 2017

Pdm. Setio Dharma Kusuma

Shalom,

Hari ini kita mempelajari salah satu kitab yang ditulis oleh Rasul Yohanes, penulis kitab Injil Yohanes dan kitab Wahyu. Pesan apa yang disampaikannya? 1 Yohanes 1:1-2 menuliskan, “Apa yang telah ada sejak semula yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup (logos) – itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup (zoe) itu telah dinyatakan dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup (zoe) kekal yang ada bersama-sama dengan bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.”

Gaya penulisan Rasul Yohanes terlihat sama dengan Injil Yohanes 1:1 yang menyatakan, “Pada mulanya adalah Firman (logos); Firman (logos) itu bersama-sama dengan Alah dan Firman itu adalah Allah.”

Bila kita mencermati lebih teliti, kata ‘hidup’ dalam bahasa aslinya (Yunani) ada dua dengan arti/makna sangat berbeda. Apa perbedaannya?

  • Hidup yang tertulis dalam Markus 12:44; 2 Timotius 2:4; Lukas 15:12 menyangkut nafkah, kehidupan sehari-hari, kekayaan.
  • Hidup yang tertulis dalam Yohanes 3:16; Matius 19:16; 1 Yohanes 1:2 berkaitan dengan hidup kekal, persekutuan dengan Bapa.

Dalam Perjanjian Baru, kata ‘bios’ hanya disebut 10 kali dalam bahasa aslinya sementara ‘zoe’ tercatat 135 kali; berarti Alkitab lebih banyak menekankan ‘hidup kekal’ ketimbang ‘nafkah, kekayaan, dan kehidupan sehari-hari’. Ingat, Yesus datang ke dunia dalam misi penyelamatan untuk beroleh hidup kekal bukan berfokus pada pemberian berkat kekayaan jasmani.

Rasul Yohanes mengklaim hidup kekal (zoe) sudah dinyatakan kepada dirinya dan dia ingin berbagi sekaligus mengingatkan kita bahwa berbicara tentang hidup kekal (zoe) kita harus tahu bahwa Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan (1 Yoh. 1:5).

Apa syarat untuk beroleh hidup kekal (zoe)?

Ø Beroleh persekutuan dengan Tuhan (1 Yoh. 1:3, 6a). Untuk itu kita tidak hidup dalam kegelapan (ay. 6b); jika kita tetap hidup dalam kegelapan kita sesung-guhnya adalah pendusta walau kita menyatakan ada persekutuan dengan-Nya. Apa itu hidup dalam kegelapan? Bila ada kebencian terhadap saudara (1 Yoh. 2:9). Waspada, kebencian menimbulkan pertengkaran tetapi kasih menutupi segala pelanggaran (Ams. 10:12). Lebih lanjut dikatakan orang yang membenci saudaranya adalah pembunuh manusia dan tidak memiliki hidup kekal (zoe). Kita tahu Iblislah pembunuh manusia dan bapak segala dusta (Yoh. 8:44). Oleh sebab itu marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yoh. 3:15,18).

Bagaimana menyingkirkan kebencian sebagai kegelapan dosa yang menutupi hati kita? Melalui penyucian oleh darah Yesus (1 Yoh. 1:7). Kalau persekutuan kita dengan Tuhan di dalam terang berjalan baik, kebencian akan berangsur-angsur hilang.

Pembelajaran: jangan memberi ruang kebencian dalam hati terhadap suami, istri, orang tua, teman sepelayanan dll.! Sikap dan sifat benci dapat diekspresikan bermacam-macam, ada yang langsung dengan tutur kata tajam menyakitkan namun ada pula yang terkamuflase dengan senyuman. Tak seorang bahkan orang terdekat pun mengetahui hati kita kecuali Allah (Luk. 5:22) dan kita sendiri.

Ø Beroleh pengenalan akan Tuhan yang tepat dan benar (1 Yoh. 2:3-5). Bagai-mana caranya? Dengan menuruti perintah-perintah-Nya maka kasih Allah sempurna di dalam kita. Kenyataannya, kasih Allah penuh pengampunan yang ada dalam diri kita membuat kita mampu mengampuni orang yang berbuat jahat terhadap kita dan ini tidak dapat diterima oleh akal sehat manusia.

Secara spesifik Firman Tuhan ditujukan kepada kita yang telah mengenal Dia dan yang telah mengalahkan yang jahat karena Firman Allah diam di dalam kita (1 Yoh. 2:12-14).

Firman Tuhan mengingatkan dengan tegas agar kita tidak mengasihi dunia sebab apa yang ada di dalamnya: keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (bios) sedang lenyap (ay. 15-17). Terjemahan BIS dan Interlinear menuliskan, “Segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini yang diinginkan oleh tabiat manusia berdosa, yang dilihat lalu diingini dan yang dibangga-banggakannya dari kekayaannya adalah hal-hal yang tidak berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (ay. 16)

Tak dapat disangkal, kita masih hidup di dunia dan menginginkan sesuatu untuk dibeli dan dinikmati tetapi yang dimaksud oleh Firman Tuhan ialah jangan mengingini sesuatu dengan sifat tabiat manusia berdosa bukan tabiat orang yang sudah disucikan dosanya. Misal: saat jalan-jalan di Mall, apakah cara belanja kita sama dengan cara orang tak mengenal Tuhan yang membeli tanpa perhitungan hanya untuk memuaskan keinginan mata? Tuhan tidak anti orang kaya tetapi hati-hatilah mempergunakan berkat kekayaan yang kita miliki sebab kita datang ke dunia dengan telanjang; demikian pula kita ‘pergi’ tanpa sesuatu pun dibawa dalam tangan kita (Phk. 5:14). Juga bagaimana para pria meman-dang wanita? Alkitab mengingatkan setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzina dengannya di dalam hati (Mat. 5:28).

Pembelajaran: jangan memberi ruang dalam pikiran dan hati untuk mencintai dunia dan segala isinya.

Ø Beroleh pengharapan akan Tuhan (1 Yoh. 3:2-3).

Orang yang berpengharapan akan Dia menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. Dan setiap orang yang tetap berada di dalam Dia tidak berbuat dosa lagi (ay. 6) maksudnya setiap orang yang hidup bersatu dengan Kristus tidak terus menerus berbuat dosa karena barang siapa tetap (terus menerus) berbuat dosa berasal dari Iblis yang berbuat dosa dari mulanya (ay. 8).

Apa kriteria dari dosa? Dosa ialah pelanggaran akan hukum Allah (ay. 4b). Waspada, perbuatan dosa yang terus menerus dilakukan juga mengalami pe-ningkatan intensitasnya menjadi antikristus yang menyangkal Bapa maupun Anak (1 Yoh 2:22). Jangan kiranya kita termasuk dalam bilangan mereka (1 Yoh 2:18-19)!

Pembelajaran: jangan memberi ruang untuk berbuat dosa terus menerus.

Melalui pemberitaan Firman Tuhan, kita mengerti perbedaan hidup sehari-hari dalam mencari nafkah (bios) dan kehidupan kekal (zoe) yang harus kita kejar. Untuk itu kita harus meninggalkan kegelapan dosa yang penuh dengan kebencian agar dapat bersekutu dengan Tuhan, melakukan perintah-Nya dengan tidak mencintai dunia dan isinya agar kita mengenal Dia lebih dalam. Berpengharapan kepada-Nya dengan menyucikan diri, tidak terus menerus berbuat dosa maka jaminan hidup kekal ada dalam genggaman kita. Amin.