Taat Pada Firman Tuhan Dan Puas Dengan Pemeliharaan-Nya

Minggu, Johor, 8 Oktober, 2017

Pdm. Kasieli Zebua

Shalom,

Kita patut bersyukur kalau sampai detik ini kita masih hidup sebab setiap dari kita pasti pernah mengalami masa-masa sulit dan bila kita dapat melewatinya itu karena pertolongan dan pemeliharaan Tuhan semata.

Apa yang harus kita lakukan agar kita taat kepada Tuhan untuk dapat menikmati pemeliharaan-Nya? Yakobus 1:12 menuliskan, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

Pencobaan dapat datang kapan saja baik dari luar (eksternal) maupun dari diri sendiri (internal). Harus diakui pencobaan yang menimpa kita tidaklah menyenangkan bahkan menya-kitkan tetapi Firman Tuhan menjanjikan kalau kita mampu bertahan, pada saat ini kita akan menerima kebahagiaan dan pada waktu yang akan datang akan menerima mahkota kehidupan. Selama kita masih hidup di dunia, kita pasti menghadapi tantangan. Yang membedakan, ada yang tidak kuat menghadapi pencobaan, membuatnya putus asa namun ada pula yang mampu bertahan (telah teruji dan kuat melewatinya) dengan senyum tanpa kepura-puraan. Tentu kebahagiaan dalam pencobaan sangat bertentangan dengan akal pikiran kita.

Dari mana datangnya pencobaan? Pencobaan tidak datang dari Allah tetapi dari keinginan (hawa nafsu atau kerinduan yang jahat) dalam diri manusia (Yak. 1:13-14). Sesungguhnya keinginan hawa nafsu (lust) ini timbul karena ketidakpuasan akan pemeliharaan Tuhan. Keinginan hawa nafsu ini tidak bersifat statis/diam tetapi bergerak dan berproses. Gambaran keinginan ini diilustrasikan oleh Yakobus seperti seorang ibu yang hamil, dimulai dari proses pembuahan sel telur oleh sperma menjadi embrio yang makin lama makin ‘matang’ hingga tiba waktunya menjadi bayi siap untuk dilahirkan. “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”

Perhatikan, segala yang baik datangnya dari Bapa Surgawi (ay. 16) namun dalam diri kita sering timbul perasaan tidak puas memunculkan keinginan jahat yang menjadi gejolak dalam pikiran. Jika kita tidak berdaya terhadap keinginan tersebut dan mengikutinya berakibat dosa, dan dosa yang sudah matang melahirkan maut terpisah dari Allah.

Alkitab memberikan contoh tentang proses timbulnya dosa dan akibatnya seperti tertulis dalam Kejadian 3:1-24:

A. Adam dan Hawa tahu perintah/Firman Tuhan tetapi tidak menaatinya (Kej. 3:1-6).

Ular sebagai binatang paling cerdik dari segala binatang di darat dipakai Iblis untuk menguji apakah Hawa mengerti dan percaya akan perintah Allah. Ular tidak memaksa Hawa untuk memetik dan memakan buah larangan itu, dia hanya mencoba memengaruhi Hawa untuk meragukan Firman Tuhan.

Secara teori, Hawa ingat akan perintah Allah bahwa semua buah di Taman Eden boleh dimakan dengan bebas kecuali buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat sebab pada hari dia memakannya pasti dia mati (Kej. 2:16-17).

Namun ular yang cerdik tidak berhenti dengan jawaban Hawa, mulailah dia bermain kata, "Sekali-kali kamu tidak akan mati,” untuk ‘meyakinkan’ Hawa bahwa manusia tidak akan mati melainkan tetap hidup. Bahkan ular memberikan alasan pada saat Hawa memakannya, matanya akan terbuka dan dia akan menjadi seperti Allah yang tahu tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 3:4). Dengan kata lain, ular mengatakan ‘Allah sedang menipu Hawa’.

Ular yang cerdik berhasil membawa pikiran Hawa untuk tidak percaya kepada perintah Tuhan dan membangkitkan keinginan Hawa menjadi ‘seperti Allah’. Hawa mulai ragu dan tidak lagi peduli akan Firman Tuhan bahkan meremehkan hukuman kematian karena dia ‘diyakinkan’ tetap hidup. Dia makin tertarik saat dikatakan matanya akan terbuka dan men-jadi seperti Allah yang tahu mana yang baik dan yang jahat sehingga dia tidak memerlukan Allah lagi di dalam hidupnya. Keinginan Hawa sudah mulai berproses sebab segala sesuatu tidak terjadi secara tiba-tiba.

Hawa mempertimbangkan ucapan ular yang menyenangkan hatinya sehingga dia tidak peduli lagi akan konsekuensinya. Setelah matang di dalam pemikiran (menjadi seperti Allah dan dapat melakukan banyak hal seperti Allah), Hawa tidak lagi mengarahkan hatinya kepada Allah. Apa yang dilakukannya? Hawa tidak serta merta mengambil buah itu tetapi memerhatikan lebih dahulu – tampaknya makin lama dosa diamati dan dinikmati, makin terasa sedap dosa itu. Hati Hawa mulai terpikat karena ‘dijanjikan’ memberikan pengertian dan akhirnya diambilnya buah itu untuk dimakan. Tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga diberikan kepada suaminya.

Sebenarnya apa yang kurang di Taman Eden? Bukankah semua telah tersedia dengan fasilitas sempurna? Ternyata keinginan daging terjadi karena Hawa tidak puas dengan karya dan pemeliharaan Allah. Dia ingin lebih dari yang ada yaitu menjadi sama seperti Tuhan. Terjadilah proses lebih lanjut dari keinginan menjadi tindakan mengambil dan memakan buah terlarang.

Jujur, bukankah manusia sering diliputi rasa tidak puas? Tuhan sudah memberikan pekerjaan baik tetapi korupsi makin menggila, sudah dikaruniai istri tetapi merasa tidak puas maka mencari perempuan lain dst. Apakah perselingkuhan terjadi tiba-tiba? Tidak, segala sesuatu terjadi melalui proses.

Anehnya, Adam memakan buah larangan yang diberi oleh istrinya tanpa bertanya lebih dahulu buah apa itu tetapi langsung memakannya. Adam tidak memerhatikan apa yang dilakukan si istri yang sudah berkomunikasi dengan ular. Setelah makan buah tersebut baru kaget kalau mereka telanjang. Diperlukan keterbukaan dan komunikasi yang baik antara suami-istri. Faktanya, tak jarang istri menjadi shok melihat suaminya ditangkap KPK karena tidak tahu suaminya korupsi. Seharusnya istri berani bertanya berapa gaji suaminya dan tidak hanya menerima tanpa mengetahui apa pekerjaan suami.

Ingat, dosa terjadi melalui proses. Ketika kita mulai meremehkan Firman Tuhan, muncullah keinginan daging/hawa nafsu. Apakah bangsa Isreal kelaparan di padang gurun? Tidak! Mereka makan manna dan kenyang tetapi karena tidak puas muncullah keinginan untuk mengomel bahkan memberontak. Untuk itu marilah kita belajar puas dengan pemeliharaan Tuhan.

B. Konsekuensi dari ketidaktaatan akan Firman Tuhan

  • Adam dan Hawa Mengalami Perubahan Total.

- Mata mereka terbuka dan tahu bahwa mereka telanjang (Kej. 3:7). Apakah sebelumnya mereka tidak tahu? Tahu tetapi tidak malu (Kej. 2:25).

- Menyembunyikan diri dari Tuhan (ay. 8). Setelah jatuh dalam dosa, mereka takut bertemu Tuhan (Kej. 3:8-10) sebab merasa tidak lagi nyaman bersama-Nya kemudian melihat kelemahan/kejelekan pasangannya (ay. 9-10).

- Tidak jujur kepada Tuhan (ay. 11). Ketidakjujuran menjadi ciri-ciri orang yang tidak taat. Seharusnya Adam mengaku dengan jujur telah makan buah terlarang tanpa diembeli menyalahkan orang lain, Hawa.

- Saling mempersalahkan (ay. 12-13). Terbukti mereka tidak jujur kepada Tuhan juga kepada diri sendiri lalu saling menyalahkan.

Waspada, ketika terjadi ketidaktaatan atau ketidakpuasan, timbullah ketakutan dan ketidakjujuran kemudian mudah menyalahkan orang lain.

  • Adam dan Hawa Menerima Hukuman.

- Hawa/istri menderita kesakitan bahkan bertaruh nyawa saat mengandung dan melahirkan (Kej. 3:16). Ketidaktaatan menghasilkan penderitaan, kesusahan dan kerumitan.

- Adam harus bekerja keras/bersusah payah mencari nafkah bagi keluarga (ay. 17-19). Sebelumnya Allah telah menyediakan semua namun karena dosa, Adam/suami harus bekerja keras mencari nafkah bagi keluarganya.

- Adam dan Hawa diusir keluar dari Taman Eden (Kej. 3:23-24). Kita mengusir seseorang atau sesuatu karena kita tidak suka dan menganggapnya tidak berharga. Adam dan Hawa sepertinya tidak berharga lagi di hadapan Allah.

Marilah kita mengucap syukur atas pemeliharan Tuhan dan jangan pernah timbul keinginan tidak puas sehingga memberontak kepada-Nya sebab konsekuensi yang akan kita alami ialah terpisah dari Allah.

C. Allah adalah Solusi terhadap masalah dosa.

Meskipun Allah mengusir dan menghukum Adam-Hawa, kasih-Nya tetap dan sempurna. Apa yang dilakukan-Nya?

  • Ia berinsiatif mencari manusia a). Ia mencari kita melalui pemberitaan Firman dan memberikan solusi seberat apa pun dosa yang telah kita lakukan asal kita bersedia datang kepada-Nya, mau dibenahi, mau dididik dan mau berubah.
  • Ia menyadarkan posisi Adam di hadapan-Nya b). Apakah Tuhan tidak tahu di mana Adam? Sangat tahu tetapi Ia bertanya untuk menyadarkan Adam bahwa dia sudah jauh dari-Nya.

Introspeksi: bukankah kita sering bersembunyi ‘di balik layar’ dan malas/tidak senang pergi ke gereja tetapi nyaman jalan-jalan? Sadarkah kita bahwa kondisi semacam ini menunjukkan kita jauh dari Tuhan?

  • Ia menyadarkan Hawa akan musuhnya a). Allah mengingatkan Hawa bahwa ular (iblis) adalah musuh dan jangan kompromi dengannya. Jangan kita main-main dengan kuasa kegelapan dan minta pertolongan dari dukun! Permusuhan ini bersifat turun temurun dan tidak ada kesempatan untuk rekonsiliasi sebab Iblis membangkitkan keinginan dalam hati untuk melawan Allah.

Alkitab juga mengingatkan agar kita tidak berpasangan dengan orang tidak percaya sebab bagaimana terang dapat bersatu dengan gelap (2 Kor. 6:14-15); mereka tidak takut akan Tuhan dan kita yang dipengaruhi olehnya.

  • Ia menjanjikan keturunan yang akan mengalahkan musuh b).Tuhan memberikan janji sebagai solusi bahwa keturunan Hawa akan meremukkan kepala ular. Penggenapan janji Allah dibuktikan dengan kekalahan Iblis saat Yesus mati di kayu salib. Sesungguhnya Iblis sudah kalah dan tak berdaya, dia hanya mampu memprovokasi. Jadi, jangan menyalahkan Iblis bila kita jatuh dalam dosa sebab keinginan kita mengambil peran penting untuk menyerah pada bujukan Iblis atau tidak.
  • Ia menutupi ketelanjangan manusia Allah membuat pakaian dari kulit binatang kemudian mengenakannya kepada Adam dan Hawa menutupi ketelanjangan mereka.

Jadi, ketidaktaatan kepada Firman Tuhan biasanya timbul karena ketidakpuasan akan pemeliharaan Tuhan lalu timbul keinginan untuk memberontak; bila dibuahi akan melahirkan dosa dan bila sudah matang akan melahirkan maut. Jika kita mengalami kejatuhan terseret oleh keinginan sendiri kembalilah kepada Tuhan. Kita harus membuang segala kejahatan dan menerima Firman Allah yang berkuasa menyelamatkan jiwa kita. Firman Tuhan berkata, “Hendaknya kita menjadi pelaku Firman bukan sekadar pendengar karena sama halnya dengan menipu diri sendiri” (Yak. 1:19-25). Adam dan Hawa tahu Firman Tuhan tetapi tidak taat melakukannya. Jangan jatuh dalam kesalahan yang sama seperti Adam dan Hawa. Bila kita menaati perintah-Nya, kita akan berbahagia seperti yang telah dijanjikan-Nya. Amin.