PERGERAKAN YESUS – FIRMAN YANG HIDUP


Johor, Minggu, 23 Februari 2020
Pdt.Paulus Budiono


Shalom,

Melalui Firman Tuhan yang bernadakan keras maupun lembut, Tuhan ingin membawa kehidupan kita bergerak maju bukan mundur atau menjadi orang ekslusif tidak berbuat apa-apa. Salah satu bukti Firman Allah itu hidup dan aktif bergerak ialah terjadinya penciptaan bumi dan isinya.

Firman Tuhan minggu lalu mengatakan Yohanes berada dalam posisi sulit saat menulis Injil Yohanes karena dia diperhadapkan pada tantangan dari luar juga perlawanan dari dalam. Gereja saat ini juga menghadapi tantangan ajaran-ajaran tidak sehat untuk menggoyahkan iman seperti Yesus lebih kecil dari Allah atau Yesus itu Allah bukan manusia sementara kita yakin bahwa Yesus – Sang Firman – telah menjadi Manusia dan Firman itu Allah sendiri (Yoh. 1:1,14).

Sudahkah kita bergerak maju mengikuti pergerakan Firman yang hidup? 2.000 tahun lalu Yesus turun ke dunia menjadi manusia (tak berdosa) yang dapat dilihat kasatmata pribadi dan segala kegiatan-Nya oleh mereka yang hidup di zaman itu. Sekarang kita tidak lagi melihat Yesus secara fisik dan masihkah kita beriman/memercayai bahwa Yesus adalah Firman yang menjadi manusia dan bertabernakel di antara kita? Masih ingatkah tujuan penulisan Injil Yohanes (± 85-90 M) yaitu supaya mereka (bangsa Yahudi dan bangsa kafir yang hidup masa itu) juga kita percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan oleh iman mereka (juga kita) beroleh hidup dalam Nama-Nya (Yoh. 20:30-31)?

Perhatikan, dengan percaya kepada Yesus Kristus kita beroleh hidup yang ditandai dengan adanya keinginan dan kegiatan/aktivitas. Sudahkah kita mengikuti pergerakan Yesus? Misal: saat kita membaca Firman Tuhan, hati ikut tergerak mengikuti peristiwa tersebut bukan diam pasif yang dapat membuat kita mengantuk dan akhirnya pembacaan Alkitab berlangsung biasa saja.

Kita mempelajari lebih lanjut kegiatan apa yang dilakukan oleh Yesus dan apa responsnya. Yohanes 1:35-37 menuliskan, “Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu lalu mereka pergi mengikut Yesus.”

Yesus, Anak domba Allah, mengemban misi mengangkut dosa dunia sebab manusia memikul beban berat membuatnya bungkuk oleh dosa dan kejahatan.

Ketika mendengar perkataan Yohanes, dua muridnya langsung bergerak pergi mengikuti Yesus. Mereka tidak sungkan atau bermaksud menghina guru mereka dan gurunya juga tidak tersinggung melihat mereka meninggalkannya karena dia tahu kepada siapa mereka bergerak. Bagaimana dengan kita, ke mana kita bergerak setelah mendengar Yesus adalah Anak Domba Allah? Kita harus melihat ke depan dan bergerak maju; jika tidak, kita akan mandeg di tempat membuat rohani kita tertidur.

Yesus menoleh karena ada yang mengikuti-Nya lalu terjadi dialog di antara mereka. Firman Allah itu hidup bila kita benar-benar mengikut Dia dan terjadi dialog antara kita dengan Firman itu sendiri. Contoh: ketika kita menghadapi masalah pelik dan tidak ada seorang pun dapat diajak rundingan, berbicaralah kepada Tuhan dan curahkan masalah kita. Ia memberi jawaban melalui suara hati nurani kita. Sesungguhnya Ia ingin berbicara dalam hati kita setiap hari dan mau menolong kita.

Jika kita mengikuti pergerakan Anak Domba Allah, kita menemukan tiga pribadi berbeda saat bertemu Yesus kemudian bertindak setelah mempunyai pengalaman positif bersama-Nya. Siapa mereka?

♦ Andreas dan temannya yang tidak disebut namanya itulah Yohanes bertanya di mana Guru (Yesus) tinggal. Pergerakan dua murid ini mengarah kepada Yesus – Firman menjadi manusia – yang saat itu tinggal bersama orang tua-Nya. Yesus sendiri berumur 30 tahun dan baru mulai bergerak menjalankan misi-Nya.

Andreas dan Yohanes bergerak meninggalkan guru lama (Yohanes Pembaptis) mengikuti guru baru (Yesus) dan tidak pernah kembali kepada guru yang lama. Mereka pindah berguru bukan karena benci terhadap guru lamanya. Kenyataannya, gereja baru banyak dibangun karena tidak adanya kecocokan dengan pendeta yang lama. Mereka membangun gereja besar tetapi di dalamnya ada perpecahan. Sesungguhnya Tuhan membangun gereja dengan napas hidup-Nya dan darah-Nya tercurah di kayu salib demi pembentukan gereja-Nya. Jadi, sangatlah tidak etis bila gereja Tuhan terpecah-belah karena adanya kepentingan-kepentingan pribadi.

Andreas begitu antusias mengikut Yesus karena ia menemukan Mesias yang dirindukan oleh orang-orang Israel. Tidak disebutkan berapa lama Andreas dan Yohanes tinggal bersama Yesus tetapi yang pasti dia keluar dan bersaksi di keluarga sendiri (Simon Petrus) tentang apa yang dia alami selama tinggal bersama Yesus.

Aplikasi: kesaksian tentang pengikutan kita kepada Yesus hendaknya dimulai dari dalam keluarga dahulu. Tentu tidak salah bagi siswa STTIA setelah lulus berkeinginan menjadi penginjil sampai ke luar negeri tetapi mulailah menjadi saksi Kristus dari keluarga dan orang-orang terdekat lebih dahulu. Apa konten/isi dari kesaksian kita? Bukan tentang pekerjaan Yesus yang telah menolong memberkati bisnis kita tetapi lebih dari itu yaitu pengenalan kita kepada Pribadi Mesias. Penulis Yohanes menekankan dalam tulisannya supaya kita percaya bahwa Yesus adalah Mesias.

Apa yang ditanyakan oleh Andreas dan Yohanes saat mengikut Yesus? “Rabi (Guru), di manakah Engkau tinggal?” — berkaitan dengan pendidikan/pengajaran.

Pergerakan Yesus membuat orang lain bergerak menuju kepada rumah pengajaran. Pengajaran yang benar membuat Andreas keluar mencari teman untuk bersaksi. Kesaksian hidup Andreas membuat Simon Petrus bertemu Yesus pula. Hendaknya kita bergairah untuk ikut Pendalaman Alkitab supaya timbul “Andreas-Andreas lain” yang bertemu dengan Mesias.

Apa hasil Andreas dan Yohanes tinggal bersama Yesus? Mereka bukan keluarga tetapi ada kesatuan. Hasil ibadah dan pelayanan bersama haruslah menghasilkan persatuan dan kesatuan bukan malah menimbulkan perpecahan.

Yesus tidak menyuruh Yohanes dan Andreas pergi tetapi mereka sendiri berinisiatif keluar untuk bersaksi bahwa mereka telah bertemu Mesias. Dampaknya, Simon Petrus tergerak hati untuk ikut. Pertemuan Simon dengan Yesus mengubahnya menjadi Petrus = batu karang yang kuat.

♦ Filipus (Yoh. 1:43-45).

Firman yang hidup itu bergerak tidak berhenti pada keluarga karena Yesus memanggil Filipus di (luar) dalam perjalanan ke Galilea. Dengan kata lain, Firman Allah tidak terbatas hanya ada di dalam gereja tetapi dapat ditemukan di luar gereja pula. Yesus dapat memilih seseorang kapan dan di mana saja.

Filipus mengikut Yesus dan berjumpa dengan Natanael (bukan keluarga) dan memperkenalkan Yesus, anak Yusuf dari Nazaret, dengan menyebut Musa dalam kitab Taurat dan para nabi.

Saat itu Yesus hanya mempunyai murid Yohanes dan Andreas kemudian Andreas mengajak saudaranya, Simon, untuk bergabung. Mereka menjadi murid Yesus setelah mendengar Pribadi-Nya dan pemuridan terjadi secara estafet dengan bersaksi kepada orang lain setelah mendengar kesaksian dari orang/murid sebelumnya.

Filipus menyinggung kitab Taurat (lima kitab dalam Perjanjian Lama) dan kitab-kitab para nabi (Kitab Yosua – Kitab Maleakhi) waktu memperkenalkan Yesus kepada Natanael. Ini membuktikan bahwa dia membaca dan tahu akan Perjanjian Lama.

Introspeksi: sudahkah kita membaca seluruh kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru untuk menemukan Yesus dan bersaksi bagi-Nya? Selain itu untuk mengantisipasi serangan sekte-sekte Kristen bidat yang memutarbalikkan kebenaran Firman. Jangan hanya membaca Perjanjian Baru dan menolak membaca Perjanjian Lama karena dianggap sudah lewat!

Ada kalanya kita takut kesaksian kita dicibir seperti dialami oleh Filipus ketika Natanael mengatakan, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” namun Filipus tidak mudah tersinggung atau menyerah sebab ia mempunyai bukti lain yaitu mempertemukan Natanael dengan Pribadi Yesus (Perjanjian Baru).

Aplikasi: jangan mudah menyerah dan putus asa dalam bersaksi memperkenalkan Yesus. Terlebih saat menghadapi orang yang berpikiran negatif tentang Mesias, akankah kita tetap membiarkan mereka berpikiran salah? Bertindaklah seperti Filipus yang berada pada posisi positif untuk mengangkat mereka yang berpikiran negatif kembali ke posisi yang positif.

Yesus sangat mengenal hati manusia. Begitu melihat Natanael, Ia mengatakan, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (Yoh. 1:47)

Waspada, sering kita salah menilai orang berdasarkan otak, pengalaman dan perasaan kita sendiri. Bukankah gereja terpecah-belah karena kita “terlalu pintar” menilai orang lain? Beri kesempatan Firman Allah untuk menilai seseorang dan biasakan mendengar perkataan Firman Allah yang benar bukan perkataan pendeta maupun penatua! Faktanya, Tuhan sering memakai orang yang tidak masuk hitungan kita.

Natanael tercengang melihat Yesus mengetahui kondisinya. Firman Tuhan tahu bukan untuk menjebak, menjatuhkan atau memboikot tetapi untuk merangkul supaya dekat. Jangan kita menyelidiki Alkitab untuk memojokkan orang lain! Yesus mampu menolong orang yang sebelumnya bersikap negatif dan pesimis terhadap Firman-Nya.

Apa respons Natanael setelah itu? “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" (ay. 49)

Yesus memberikan pandangan lebih luas kepada Natanael bahwa ia akan melihat hal-hal yang lebih besar yaitu melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak manusia (ay. 50-51).

Pergerakan Firman Tuhan membuat empat murid yang mengikut Yesus (Andreas, Yohanes, Filipus dan Natanael) melihat bahwa Yesus adalah Anak Allah sekaligus Anak Manusia yang sempurna.

Firman menjadi manusia dan bertabernakel (bentuk kata kerja aktif) di antara kita. Ia bekerja dan bergerak melalui kita yang mengimani-Nya. Cara Yesus mendapatkan murid pun berbeda-beda; ini menunjukkan bahwa

Tuhan kita tidak monoton. Gereja boleh memiliki liturgi beraneka macam tetapi Firman Allah tetap berotoritas di atas semuanya.

Perlu diketahui Yesus, Mesias, suka menceritakan diri-Nya yang tercantum dalam kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi – Perjanjian Lama (Luk. 24:25-27). Firman Allah (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) kekal selama-lamanya dan masih relevan bagi kita sekarang serta memiliki kuasa untuk menolong kita.

Rasul Paulus dari penjara di Roma (62 M) menulis kepada jemaat Efesus juga tentang Yesus, Anak Allah, yang memberikan rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan pembangunan tubuh Kristus sampai kita semua mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Dia, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala (Ef. 4:11-15).

Kita tumbuh dewasa karena telah mengenal Kristus, mendengar tentang Dia, menerima pengajaran-Nya, menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsu yang menyesatkan, roh dan pikiran kita dibarui untuk mengenakan manusia baru yang diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan (Ef. 4:20-24).

Perlu diketahui Injil Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes pada tahun 85-90 M sementara Surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus dari penjara di Roma pada tahun (60 M). Heran, dua tulisan ini dihasilkan oleh orang, tempat dan waktu yang tidak sama tetapi tidak ditemukan adanya perbedaan bahkan makin melengkapi dalam mendeskripsikan siapa Yesus, Anak Allah, itu. Hal ini terjadi karena kedua penulis ini diilhami oleh Roh Kudus yang sama dalam menghasilkan karya tulisan.

Marilah kita mengikuti pergerakan Yesus, Firman menjadi manusia, yang membuat kita berani bersaksi membawa orang-orang di sekitar untuk mengenal Dia, membuat kita tidak gampang meninggalkan kebenaran tetapi hidup kudus mencapai kedewasaan penuh hingga satu kali kelak hidup bersama Dia selamanya di Yerusalem baru. Amin.