Mengenal Kristus Dengan Benar Akan Mempererat Kesatuan

Minggu, Johor, 8 Oktober, 2017

Pdm. Wahyu Widodo

Shalom,

Tantangan yang kita hadapi akhir-akhir ini tidaklah semakin ringan yang mudah diatasi. Jangan keliru berpendapat bahwa dengan kemajuan zaman, segala masalah dapat diatasi dengan mudah. Memang perkembangan pengetahuan mempermudah pekerjaan manusia jika kita menyikapinya dengan cerdas dan dewasa.

Tantangan yang membutuhkan penanganan cepat saat ini ialah bagaimana mengatasi perpecahan yang terjadi dalam keluarga, nikah maupun gereja. Perhatikan, perpecahan bukanlah masalah sepele untuk diabaikan sebab perpecahan bukanlah sekadar perpisahan yang pada saat tertentu akan berjumpa kembali. Perpecahan harus diselesaikan secara serius dimulai dari diri sendiri agar tidak berkepanjangan berakibat kehancuran bahkan kebinasaan.

Apa yang dilakukan Yesus sehingga Ia menyebut soal perpecahan? Lukas 11:14-20 menuliskan, “Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”

Tindakan Yesus mengusir setan yang membuat orang menjadi bisu mendapat beberapa tanggapan berbeda. Sedikitnya ada tiga tanggapan yang dapat menjadi peringatan bagi kita untuk diwaspadai apakah peristiwa yang terjadi di sekitar kita akan mendorong pertumbuhan iman pengikutan kita kepada Kristus atau malah menimbulkan perselisihan yang berlanjut pada perpecahan. Respons apa saja yang timbul?

1. Merasa kagum dan heran terhadap mukjizat yang dilakukan Yesus dalam menaklukkan setan tanpa mempertanyakan bagaimana hal itu terjadi.

2. Menuduh Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.

Pandangan sebagian dari mereka terhadap Yesus masih dipengaruhi kepercayaan mistis sehingga mata hatinya masih tertutup.

3. Menuntut tanda dari Surga dengan maksud mencobai Dia.

Sebenarnya kehadiran Yesus di tengah-tengah masyarakat sebagai Juru Selamat sudah disampaikan oleh malaikat Gabriel sekaligus disertai tanda dari Surga yaitu seorang perawan, Maria, mengandung dan melahirkan Yesus yang disebut Imanuel (Mat. 1:20-23; Luk. 1:30-32; 2:11-14). Tanda ini tidak hanya berlaku ketika masih bayi tetapi berlangsung seterusnya sehingga dalih apa pun tidak dapat dibenarkan untuk meragukan apalagi menuntut tanda dari Surga tentang keberadaan-Nya yang penuh kuasa.

Dengan tegas Yesus mengatakan angkatan yang menuntut tanda adalah angkatan yang jahat dan tanda yang diberikan adalah tanda Nabi Yunus yang diutus kepada orang-orang Ninewe; demikian pula Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini (Luk.11:29-30).

Terhadap tiga golongan yang melihat langsung peristiwa ini, Yesus sangat mengetahui pikiran mereka yaitu: di antara mereka ada yang tidak mengenal-Nya, ada yang tidak percaya bahkan ada yang menolak-Nya. Tampak tidak adanya kesatuan hati dalam memandang Yesus yang sedang menyatakan kasih Bapa.

Perbedaan pandangan tentang pribadi Yesus dapat menimbulkan kerawanan terjadinya per-pecahan dalam nikah, rumah tangga dan gereja yang pasti sangat merugikan.

Kesamaan pandangan terhadap Yesus akan terjadi bila Roh Kudus memberikan kesaksian dalam hati karena hidup menurut Roh memikirkan hal-hal dari Roh; sebaliknya, mereka yang tidak berpikiran Roh akan menuruti hal-hal dari daging yang berakhir pada keruntuhan atau kebinasaan karena Allah tidak berkenan (Rom. 8:1-9).

Penampilan Yesus mengadakan berbagai macam mukjizat memenuhi pengharapan yang kelihatan tetapi kita mengharapkan sesuatu yang tidak kelihatan dan dinantikan dengan tekun (Rom. 8:24-25) itulah kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Dalam mengharapkan apa yang tidak kelihatan diperlukan pertolongan Roh Kudus untuk memberikan terang dalam hati agar kita dapat mengenal Dia dengan benar.

Apa nasihat Rasul Paulus terhadap jemaat Korintus (juga kita)?

  • Mereka (juga kita) dipanggil dengan tujuan dipersatukan di dalam Dia dan hidup mene-ladani sikap-Nya yaitu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar (Ef. 4:1-6). Dengan demikian, mereka (juga kita) dijauhkan dari perpecahan.  
  • Mereka (juga kita) seia sekata dan sehati sepikir agar tetap erat bersatu dan terhindar dari perpecahan (1 Kor. 1:10).

Kesatuan dan persatuan akan terjadi jika setiap orang yang dipanggil bertanggung jawab secara pribadi kepada Tuhan sebab tidak seorang pun mampu mengubah pendirian orang lain selain dirinya sendiri dengan pertolongan Roh Kudus.

Perlu diketahui, segala sesuatu yang dikerjakan Tuhan pasti berjalan sesuai dengan rencana-Nya yang telah dinubuatkan sejak dahulu baik melalui berbagai tanda dan mukjizat. Untuk itu kita harus tunduk dalam ketaatan menerima proses yang dikerjakan oleh Yesus Kristus dan Roh Kudus. Yesus melakukan pekerjaan keselamatan dan penyatuan umat-Nya mencakup seluruh muka bumi melalui kesaksian dalam kebenaran dan pengurbanan seperti tertulis dalam 1 Yohanes 5:5-11, “Siapakah yang mengalahkan dunia selain dari pada dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah? Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian karena Roh adalah kebenaran. Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.”

Waspada, sikap tidak tunduk pada kesaksian yang datang dari Surga dan dari bumi sama dengan menolak kedatangan Anak Allah yang mengaruniakan hidup kekal. Sebaliknya, dengan menyambut kesaksian ini, kita mempersiapkan diri untuk diperdamaikan dengan Allah dan sesama sehingga tercipta kesatuan dan kerukunan di dalam hidup nikah, keluarga dan bergereja. Amin.