Dipanggil Kepada Suatu Pengharapan Sejati

Efesus 1:15-23; 4:1-7, 17-32

 

Minggu, Johor, 9 Juli, 2017

Pdm. Kasieli Zebua

 

Shalom,

Perlu diketahui bila Tuhan memanggil kita menjadi orang percaya, Ia juga memberikan pengharapan yang pasti. Rasul Paulus mengetahui rahasia ini dan dia merindukan jemaat di Efesus memahami akan panggilan Tuhan. Itu sebabnya walau berada di penjara, dia tetap mendoakan setiap hari agar mereka bertumbuh makin dewasa dan kuat di dalam panggilan Tuhan.

Rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Efesus “Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan mem-bangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut bukan hanya di dunia ini saja melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya yaitu kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu” (Ef. 1:15-23),

 

Apa kerinduan Rasul Paulus untuk jemaat di Efesus (juga untuk kita)?

A. Dipanggil untuk mengenal Allah dan karya-Nya (Ef. 1:17-23).

Perlu diketahui Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, menguduskan kita di dalam Kristus dan memeteraikan kita dengan Roh Kudus hingga kita memiliki kemuliaan-Nya (Ef. 1:4-5,13).

Rasul Paulus bersyukur jemaat Efesus memiliki iman (kepada Tuhan) dan kasih (kepada semua orang kudus) tetapi dia ingin mereka bertumbuh (dewasa) melalui pemberian Roh hikmat dan wahyu hingga mereka mengenal Allah dengan benar.

Aplikasi: kita juga dipanggil kepada satu pengharapan sejati dan Tuhan mau kita mengenal-Nya dengan benar. Untuk itu kita membutuhkan iman, Roh hikmat dan wahyu agar dapat mengenal Dia dengan benar juga mengerti kebenaran Firman-Nya.

Rasul Paulus menyatakan pengertiannya tentang Kristus dan apa yang dikerjakan oleh-Nya. Bila dahulu dirahasiakan sekarang diungkap yakni rencana keselamatan Allah bagi umat manusia di dalam Kristus. Rasul Paulus rindu kita, bangsa kafir, mengerti adanya peng-harapan besar dalam pengenalan kita kepada Allah.

Apa yang kita butuhkan untuk dapat mengenal Allah dengan benar?

1. Roh hikmat untuk mengenal isi hati Allah bagi umat manusia (Ef. 3:1-13).

Rasul Paulus mendorong jemaat di Efesus untuk tidak tawar hati melihat penderitaan yang dialami olehnya (dipenjara). Logikanya, bagaimana mungkin Paulus memper-kenalkan Allah yang mahabesar kepada jemaat Efesus sementara dia sendiri menderita? Paulus menjelaskan bahwa dia rela menderita supaya mereka mengenal Allah (Ef. 3:1). Dalam hal ini Roh Kudus berperan besar agar pikiran kita tidak dimasuki hal-hal yang cenderung meruntuhkan iman kita.

2. Mata hati yang terang untuk mengerti tentang pengharapan yang pasti di dalam Tuhan.

Paulus berdoa agar jemaat Efesus memiliki hati yang terang karena hati orang berdosa penuh dengan kelicikan (Yer. 17:9) sebab tertutup dengan kegelapan dosa sehingga tidak dapat melihat kebesaran Allah.

Pertanyaan: adakah orang beriman masih memiliki hati gelap? Seharusnya tidak! Orang yang menyatakan mengenal Allah tetapi tidak memuliakan dan menyucap syukur kepada-Nya sesungguhnya masih memiliki hati gelap (Rm. 1:21), akibatnya dia menjadi orang Kristen yang selalu kalah – meskipun mempunyai pengharapan tetapi nyatanya masih mudah putus asa.

Dibutuhkan mata hati yang terang untuk mengerti pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya. Apakah pengharapan itu?

  • Efesus 1:18b menuliskan, “...betapa mulianya bagian yang ditentukan bagi orang–orang kudus. Betapa kayanya kemuliaan yang merupakan bagian yang sudah ditentukan bagi kita.”

Kita memiliki bagian yang sudah ditentukan itulah kemuliaan besar. Sayangnya, banyak orang Kristen tidak menghargai kemuliaan yang telah ditentukan baginya sehingga dengan mudahnya mereka meninggalkan Tuhan hanya untuk mengejar ‘kemuliaan’ duniawi yang bersifat sementara dan akan binasa. Saat ini kita sudah menerima kemuliaan tetapi nanti kita akan menerimanya dengan sempurna sebagai harta yang tidak dapat diukur oleh kemuliaan dunia ini yakni kita dimuliakan bersama dengan Kristus (Rm. 8:18, 24-25, 28-30). Bila kita mengerti pentingnya kemuliaan yang kita miliki, kita tidak akan mudah mengabaikan, melupakan atau meng-gantikannya dengan yang lain.

Introspeksi: mengapa kita sering gagal? Karena kita mengandalkan kekuatan diri sendiri. Ketika mata hati diterangi oleh Firman Tuhan, kita dapat memandang dan menikmati kehebatan serta kekuatan kuasa-Nya dalam kehidupan pribadi, nikah, keluarga, pekerjaan dan pelayanan kita. Kita boleh menghadapi masalah dan tantangan hidup bahkan sekalipun ‘berjalan’ dalam lembah kekelaman seperti yang dialami Daud tetapi kita tidak takut bahaya sebab Dia beserta kita (Mzm. 23:4).

  • Lebih lanjut, Efesus 1:19-20a “...dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus...” Kehebatan kuasa yang Tuhan nyatakan bagi kita ialah kuasa kebangkitan (berkaitan dengan kehidupan) seperti telah dikerjakan Allah yaitu membangkitkan Kristus dari kematian dan sekarang duduk di sebelah kanan-Nya di Surga, jauh lebih tinggi daripada pemerintah mana pun (Ef. 1:20-21). Dengan kata lain, kita hidup di dalam Kristus yang memiliki kuasa di bumi dan di Surga sebab Dia adalah Allah! Bahkan kuasa yang dimiliki Kristus diberikan kepada jemaat (termasuk jemaat Efesus dan kita). Kristus sebagai Kepala bagi jemaat (kita) dan kepala dari segala yang ada (ay. 22). Bila Kristus menjadi Kepala gereja-Nya, Dia bertanggung jawab penuh atas kita dan menuntun setiap langkah kehidupan kita sehingga kita tidak perlu khawatir, gelisah dan takut sebab kita memiliki pengharapan di dalam Dia. Inilah karya Tuhan yang harus kita ketahui yaitu jemaat/gereja adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia yang memenuhi segala sesuatu (ay. 23).

B. Dipanggil untuk hidup berpadanan dengan panggilan Allah.

Setelah kita mengenal Allah dan karya-Nya dengan benar – kita orang berdosa yang layak untuk dibinasakan tetapi sudah diselamatkan oleh-Nya bahkan Ia menjadi Kepala atas kita kita harus hidup berpadanan dengan panggilan-Nya. Apa yang harus kita lakukan?

1. Berusaha memelihara kesatuan (Ef. 4:1-7).

“…..Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh dan satu Roh sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.”

Berpadanan dapat berarti cocok, sepadan, selaras; jadi, gereja yang dihidupkan, dibangun dan disatukan sebagai satu Tubuh Kristus harus hidup selaras/cocok dengan panggilannya. Masing-masing anggota tubuh harus selalu rendah hati, lemah lembut, sabar dan saling membantu untuk menghindari perpecahan di dalamnya.

Orang-orang kafir yang tidak mengenal Allah telah dipanggil menjadi anggota tubuh Kristus dan dipersatukan oleh darah Kristus dengan umat pilihan-Nya sehingga tidak lagi ada tembok pemisah dan perseteruan (Ef. 2:11-14).

Harus diakui, tidaklah mudah untuk menyatukan pikiran, hati dan tujuan yang berbeda-beda. Bagaimanapun juga kita harus berusaha untuk memelihara kesatuan dan persatuan dengan melepaskan ego kita untuk dapat bersikap rendah hati, lemah lembut dan sabar. Ilustrasi: kita mudah membangun sesuatu tetapi susah untuk meme-liharanya. Bangunan sebagus apa pun jika tidak dipelihara akan cepat rusak kondisinya. Tuhan menganugerahkan kita karunia berbeda-beda (Rm. 12:6-8; 1 Kor. 12:7-10) juga rupa-rupa pelayanan (Ef. 4:11) tetapi semua karunia tersebut disatukan (bukan untuk saingan) demi kemuliaan Nama Tuhan.

2. Hidup sebagai manusia baru (Ef. 4:17-32).

Kesatuan dapat tercapai bila hidup kita dibarui oleh Kristus seperti tertulis dalam Efesus 4:17-24, “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu harus menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

Salah satu dosa yang menjadi kekejian bagi Tuhan adalah pendurhakaan dan kedegilan hati – tidak mengandalkan Tuhan dan melecehkan Firman-Nya seperti dilakukan oleh Raja Saul (1 Sam. 15:23)

Kita harus terus belajar dalam pengenalan kita akan Kristus sampai terjadi keubahan hidup. Bukankah manusia lama kita sering menghambat kita untuk mengenal-Nya dengan benar dan juga dalam menghargai karya-Nya? Mintalah perbaruan (pikiran dan hati) dari-Nya dan ambil keputusan tegas untuk membuang sifat-sifat manusia lama seperti: dusta, marah, mencuri, berkata-kata kotor, kepahitan, pertikaian, fitnah (Ef. 4:25-31); sebaliknya kita harus ramah, penuh kasih dan saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kita (ay. 32).

Introspeksi: sudahkah pikiran dan perkataan kita membangun orang lain atau malah menjatuhkan dan memojokkan dia? Waspada, segala kepahitan dan kegeraman harus dibuang dari antara kita bukan dibuang di antara kita! Jangan kita merusak karya Yesus Kristus yang dibayar dengan kematian-Nya disalib untuk membentuk tubuh-Nya karena ini sama dengan kita melawan Dia, akibatnya sangat fatal!

Jelas, kita dipanggil kepada suatu pengharapan sejati untuk mengenal Allah dengan benar, mengerti dan menghargai karya-Nya serta hidup berpadanan dengan panggilan tersebut. Sebagai jemaat yang memiliki pengharapan sejati di dalam Kristus, kita akan kuat menghadapi tantangan dan tekanan apapun serta dapat menjadi berkat bagi sesama anggota Tubuh Kristus. Amin.