Berkat Menghidupi Firman Tuhan

 

Minggu, Lemah Putro, 16 Juli, 2017

Pdm. Jusak Pundiono

 

 

Shalom,

Sadarkah kita bahwa Tuhan menginginkan kita hidup di dalam kebahagiaan? Sayangnya, manusia mempunyai banyak konsep kebahagiaan di dunia ini, ada yang merasa bahagia ketika memiliki tabungan dan deposito dalam jumlah besar, mempunyai rumah di kawasan elite, keliling dunia dst. Sesungguhnya Alkitab menuliskan beberapa perkataan bahagia tetapi yang terutama ialah berbahagia karena Firman Tuhan. Nyanyian juga dapat membahagiakan; itu sebabnya pujian kepada Allah idealnya didasarkan pada Firman Pengajaran yang sehat agar jangan karena satu-dua kata yang tidak benar di antara seluruh liriknya, seluruh lagu tersebut menjadi tidak berarti.

Misal: seindah apa pun lagu yang dinyanyikan dan sehebat bagaimanapun teknik paduan suara yang dipakai kalau dinyanyi-kan tanpa ada kaitan dengan Firman, lagu tersebut tidak ada artinya di hadapan Tuhan dan tidak membuat bahagia – paling-paling sukacita sesaat karena ditepuki tangan, disalami, mendapat piala atau penghargaan atau apresiasi berupa uang, diliput di media sosial menjadi topik pembicaraan.

Tahukah Anda bahwa Mazmur adalah kumpulan puisi kuno terbesar sepanjang zaman? Mazmur kunci dari 150 Mazmur adalah Mazmur 119 karena berbicara sepenuhnya tentang Taurat Tuhan/Firman Allah. Perhatikan, tanpa Firman Tuhan tidak akan ada penciptaan! Dengan kata lain, pengumpul mazmur sebanyak 150 ini seolah mau menyatakan bahwa tanpa Firman Tuhan maka 149 Mazmur lainnya tidak ada artinya sebab 149 Mazmur tersebut tercipta oleh Allah dan diinspirasikan kepada penggubah-penggubah tiap-tiap Mazmur.

Bagaimana fakta tentang Mazmur 119?


  • Tidak ditulis siapa penggubahnya alias anonim.
  • Mengagungkan Taurat TUHAN (ay. 1); ini pun masih rawan sesat (ay. 176). Misal: kita mendengarkan khotbah di gereja, via YouTube dll. kalau tidak hati-hati (langkah hidup tidak diterangi oleh Firman) semuanya hanya sekadar kumpulan khotbah yang memungkinkan kita rawan tersesat.
  • Diklasifikasikan sebagai pengajaran bahwa hukum Allah adalah sempurna.
  • Penempatannya tidak berdasarkan kronologis baik kisah atau waktu.
  • Mazmur 119 mempunyai 22 pembagian dan masing-masing berjumlah 8 ayat. Di Alki-tab LAI perpindahan pembagian ditandai dengan ‘spasi’ menunjukkan urutan abjad Ibrani yang berjumlah 22 diawali dengan Aleph dan diakhiri dengan Taw.

Kali ini kita merenungkan bagian 1 (ay. 1 – 8) yang setiap ayatnya diawali huruf Ibrani ‘Aleph’. Pembagian logis ayat 1 – 8 adalah sebagai berikut:

  • Ayat 1 – 3 diawali dengan “Berbahagialah” (merupakan kata seru)  berkat kebaha-giaan dari Allah.
  • Ayat 4 – 6 diawali dengan kata ganti orang kedua tunggal “Engkau” ditujukan kepada TUHAN, lebih bersifat pribadi kemudian ayat 5 merupakan tanggapan dari ayat 4 sementara ayat 6 merupakan dampak dari ayat 5  berkat kehormatan dari Allah.
  • Ayat 7 – 8 merupakan satu bagian diawali dengan kata “aku”  berkat kebersamaan dengan Allah.

1. Berkat kebahagiaan dari Allah (ay.1-3)

Bagaimana kita beroleh kebahagiaan?

Dengan hidup tak bercela sesuai Firman Tuhan (ayat 1).

“Tak bercela” (Ibr.: Tamam). Raja Daud hidup tak bercela dalam hal penggem-balaan (Mzm. 78:72) tetapi dia tidak selalu “Tamam”. Sesungguhnya, yang selalu hidup tak bercela adalah Sang Putra Daud, Anak Daud = Yesus Kristus, Tuhan kita, Gembala Agung segala gembala manusia. Oleh sebab itu hendaknya kita hidup digembalakan oleh-Nya maka kita akan terus menerus diproses untuk kelak menjadi “Tamam”.

Mulai dari mana kita dijadikan “Tamam”? Salib Kristus yang mana Sang Putra Daud mengampuni dosa-dosa masa lalu kita  Mazbah Kurban Bakaran untuk terus diproses menuju kesempurnaan dan jalan sudah dibuka melalui Tabir itulah diri-Nya sendiri.

Dengan mencari Tuhan melalui kesaksian tentang Dia yaitu: (ayat 2)

Mengenal Tuhan melalui perbuatan-perbuatan-Nya (Mzm. 111:2-3). Itu sebabnya kita perlu mendengarkan dengan serius dan menyimak baik-baik saat paduan suara memuji Tuhan melalui nyanyian juga orang bersaksi karena di dalamnya terdapat kesaksian tentang pekerjaan Allah.

Dengan hidup menurut segala jalan Tuhan (ayat 3).

Waspada, kejahatan (Ibr: Awel) mempunyai jalan dan kita tidak perlu iri kepada mereka yang “jalannya” berbuat curang dsb. (Mzm. 37:1-3). Sebaliknya, hiduplah dalam kasih setia Tuhan (Mzm.107:40-43), miliki “LABEL” pada diri sendiri bahwa jalan hidup kita “BERSTANDAR” pada Firman Allah di dalam setiap aspek kehidupan dan aktivitas kita apa pun situasi dan kondisinya.

2. Berkat kehormatan dari Allah (ay. 4-6)

Bagaimana kita memperoleh kehormatan dari-Nya?

Ø Dengan hidup hati-hati sesuai titah-Nya (ayat 4).

Kasih setia Tuhan menjadikan kita umat milik-Nya dan keadilan-Nya berlaku bagi anak cucu bila kita melakukan titah-titah-Nya (Mzm.103:17-18).

Ada patokan/koridor untuk terus diproses menjadi tak bercela oleh titah-titah Tuhan seperti dalam masyarakat ada aturan hidup, orang yang menuruti peraturan-peraturan tersebut menjadi terhormat di kalangan masyarakat itu; demikian pula di hadapan Allah, hidup hati-hati sesuai titah-Nya menjadikan kita terhormat.

Ø Dengan teguh menjalani ketetapan Tuhan (ayat 5).

Kalau kita mengalami kelepasan perbudakan dosa dan keleluasaan dari usaha pekerjaan/kantor/kuliah-sekolah sehingga dapat beribadah melayani Tuhan, Ia ma-kin memberkati kita (bnd. Mzm. 105:43-45). Yang perlu diperhatikan, menjalani ketetapan-ketetapan-Nya harus dilakukan dengan sukacita bukan sebagai beban sehingga selalu keluar pujian dan ajakan untuk tidak goyah menghidupi Firman-Nya. Ingat, hidup menjalani ketetapan-Nya membuat kita terhormat di hadapan Tuhan dan menghormati Dia membuat orang-orang menghormati Tuhan kita.

Ø Dengan mengamati setiap perintah Firman Tuhan (ayat 6).

Mengamati (= kontemplasi, merenungi, memikirkan) perintah Tuhan (Mzm. 119:15) membutuhkan ketekunan dengan berkurban waktu di tengah-tengah kesibukan keseharian hidup. Ini merupakan salah satu bukti kita mengasihi Yesus yang telah mengasihi kita. Kita mampu menuruti Firman-Nya karena kita percaya kepada-Nya dan dimeterai oleh Roh Kudus (Ef. 1:13) yang memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran, menginsafkan dengan mengingatkan kita (Yoh. 16:8-13) akan Firman yang kita amati/renungkan setiap waktu, membuat kita hidup terhormat di mata keluarga, lingkungan dan masyarakat luas.

3. Berkat kebersamaan dengan Allah (ay.7-8)

Bagaimana kita selalu merasakan Allah bersama kita?

© Dengan bersyukur dalam mempelajari Hukum Tuhan (ayat 7).

Sejauh mana kita sudah menanggapi positif ajakan bapak gembala dan para pelayan Firman Tuhan di mimbar gereja untuk rajin membaca Alkitab setiap hari?

Cobalah mulai belajar bersyukur dan akui dengan jujur kepada-Nya bila kita jenuh, malas dan sering ‘bolong-bolong’ dalam membaca Alkitab. Kita juga patut bersyukur Allah mengirim hamba-hamba-Nya (walau harus bersusah payah) menuliskan Firman-Nya.

Apa manfaatnya mempelajari Firman hukum Allah? Supaya kita selalu menginsafi pelanggaran-pelanggaran kita dan hati nurani mengajari kita untuk kembali berada pada proses dijadikan tak bercela maka kita pun akan peka terhadap kehadiran Allah di hidup kita.

© Dengan selalu mengingat setiap ketetapan Tuhan (ayat 8).

“Janganlah tinggalkan aku sama sekali” menunjukkan kerinduan pemazmur untuk senantiasa bersama TUHAN. Bagaimana dengan kita? Bagi orang yang mengingat/berpegang pada ketetapan-ketetapan Tuhan, Ia tidak akan meninggalkannya bahkan anak-cucunya dipelihara oleh-Nya untuk tidak meminta-minta roti (Mzm. 37:23-28,33).

Maukah kita hidup keberkatan di dalam Tuhan? Tidak ada jalan lain kecuali menghidupi Firman-Nya dengan hidup menuruti titah/perintah-Nya, mengenal Dia lebih dalam agar langkah hidup kita diterangi Firman-Nya untuk tidak tersesat maka kita akan hidup berbahagia terpelihara sampai hari kedatangan-Nya tiba untuk menjemput kita tinggal bersama-Nya selamanya. Amin.