Doa Mohon Hikmat Untuk Mengenal Kehendak Allah
Pdt. Paulus Budiono, Lemah Putro, Minggu, 3 Maret 2019
Shalom,
Jangan salah mengartikan bahwa bentuk doa yang berkenan haruslah ditandai dengan sikap mata ditutup dan tangan dilipat sebab sesungguhnya doa juga dapat dipanjatkan melalui lantunan lagu-lagu yang kita nyanyikan maupun pembacaan doa dengan mata terbuka yang mana kata-kata yang tercantum di dalamnya keluar dari lubuk hati yang diilhami oleh Roh Kudus. Bukankah doa Musa (Mzm. 90), doa Ezra (Ez. 9:6-15), doa Nehemia (Neh. 1:5-11), doa Daud dll. ditulis di Alkitab untuk kita baca sekarang?
Surat Kolose dalam pola Tabernakel terkena pada Mazbah Pembakaran Ukupan. Apakah kita berdoa khusus hanya pada kebaktian doa? Untuk apa kita berdoa? Ada beberapa macam tujuan doa, salah satunya ialah untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Mengapa? Kolose 1:13-14 menuliskan, “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita yaitu pengampunan dosa.”
Sudah sepatutnya kita berterima kasih kepada-Nya sebab kita tidak lagi dicengkeram oleh kuasa kegelapan tetapi diselamatkan melalui penebusan Yesus di kayu salib sehingga kita dipindahkan ke dalam terang Kerajaan Anak-Nya di Yerusalem baru. Ternyata kegelapan mempunyai kuasa untuk menarik kita kepada maut/kebinasaan kekal. Siapa yang mampu memindahkan kita kepada terang? Kasih Allah yang begitu besar memberikan pengam-punan kepada kita di dalam Anak-Nya yang kekasih (Yoh. 3:16). Di dalam Dia, kita meng-alami pengampunan dan kelepasan dari kegelapan dunia ini. Kenyataannya, cita-cita dan tujuan kita sering tidak sama dengan rancangan Tuhan terhadap kita sebab rancangan-Nya bukanlah rancangan kita dan jalan-Nya bukanlah jalan kita (Yes. 55:8-9). Sungguh, seumur hidup kita tidak dapat melepaskan diri dari-Nya, ke mana kita akan pergi setelah meninggalkan dunia fana ini? Siapa tidak takut menghadapi hari-hari penuh kegelapan yang mencekam tanpa Firman Tuhan?
Diperlukan komunikasi yang baik dalam beribadah agar ibadah tidak kaku dan dilakukan sekadar liturgi maupun tradisi. Memang ibadah harus tertib namun jangan pula kebablasan kalau diberi kelonggaran. Dapat dibayangkan betapa sulitnya berkomunikasi di zaman dahulu! Tikhikus diutus oleh Rasul Paulus membawa satu gulungan Surat Kolose untuk dibaca bersama oleh jemaat Kolose. Jemaat pasti sangat ingin tahu isi surat tersebut dan membacanya dengan serius. Setelah mereka selesai membacanya, Tikhikus membawa surat itu untuk dibaca pula oleh jemaat Laodikia (Kol. 4:7-8,16). Jauh berbeda dengan dunia dewasa ini, dengan canggihnya teknologi, komunikasi dapat dilakukan tanpa batas-an jarak dan waktu. Kita dapat mengirim berita untuk diterima dalam hitungan detik/menit. Masalahnya, seriuskah kita membaca Alkitab (bukan satu gulungan) yang kita miliki secara pribadi dan dapat dibaca setiap waktu? Atau kita membaca Alkitab hanya kalau ingat dan ada waktu? Ilustrasi: jika kita ingin menjadi lulusan mahasiswa yang pandai, kita tidak cukup mengandalkan kuliah dari para dosen tetapi juga membaca banyak buku referensi karya penulis-penulis hebat. Seberapa tekun kita membaca dan menyelidiki ‘buku pegangan terbaik’ itulah Alkitab? Bila ‘lulus’ kita akan mendapat gelar anak Allah, Mempelai Perempuan Anak Domba dan Yerusalem baru menjadi milik kita.
Apa doa Rasul Paulus (tua) dan Timotius (muda) bagi jemaat Kolose? Agar mereka me-nerima hikmat dan pengertian yang benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna (Kol. 1:9).
Sering kita beralasan tidak tahu bagaimana harus berdoa tetapi yakinlah Roh Kudus me-nolong kita dan berdoa untuk kita kepada Allah sesuai dengan kehendak-Nya (Rm. 8:26-27). Namun sudahkah hati kita tunduk akan maunya Roh Kudus atau kita memerintah Roh Kudus membantu kita menyukseskan keinginan kita bukan kehendak Tuhan?
Doa kita harus teratur dan tertib. Yesus mengajarkan doa kepada para murid-Nya, “Bapa kami yang di Surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga…” Pastikan doa kita menyenangkan hati Tuhan! Tahukah kegunaan Mazbah Pembakaran Ukupan yang terletak di Tempat Kudus? Mazbah ini berfungsi membakar ukupan/dupa pagi-petang alias non-stop (Kel. 30:7-8) → doa orang kudus. Doa bagaikan napas hidup kita agar kita sehat dan dapat beraktivitas dengan baik.
Dupa tersebut terdiri dari rempah-rempah wangi yang mahal (getah damar, kulit lokan dan getah rasamala) yang digiling sampai halus kemudian ditambah dengan kemenyan dan digarami untuk dibakar di atas Mazbah Pembakaran Ukupan (Kel. 30:34-35). Selain berbau harum, rempah-rempah tersebut mempunyai khasiat menyembuhkan batuk, mengusir serangga, menetralisasi racun-racun dll. sementara garam merupakan ketetap-an perjanjian untuk selama-lamanya (Bil. 18:19). Ketika masuk ke Tempat Kudus, keha-ruman dupa membuat imam-imam segar dan cerah. Bukankah sekarang ada aromaterapi untuk membuat tubuh dan pikiran segar, mengurangi stres dsb.?
Doa kita kepada Tuhan menjadi perjanjian kekal dan memberikan kesegaran, kekuatan serta pemulihan bagi jiwa kita. Kita membutuhkan ‘penciuman tajam’ agar kita dapat men-deteksi apakah doa kita mengeluarkan bau harum yang diperkenan Tuhan. “Aroma” doa tidak boleh dicium untuk diri sendiri tetapi untuk Tuhan. Artinya, doa yang kita panjatkan bukan untuk kepentingan diri sendiri (menuntut sesuatu) atau mencelakakan seseorang (ada unsur kebencian, kekecewaan dll.) tetapi diperkenan Tuhan.
Aplikasi: hendaknya kita mengawali hidup pribadi, nikah dan keluarga dengan doa yang diperkenan Tuhan sehingga terjadi kesegaran, kekuatan, kesehatan, pemulihan dst.
Doa yang diperkenan Tuhan mendatangkan berkat luar biasa yaitu tinggal di dalam keraja-an terang. Ingat, dunia ini adalah kerajaan gelap. Jika seseorang suka berbohong, men-dendam, membenci dll., dia hidup dalam kegelapan (bnd. 1 Yoh. 2:9). Berdoalah bukan untuk perkara-perkara jasmani tetapi mintalah tuntunan Tuhan agar kita, keluarga dan teman-teman tidak menuju ‘tempat remang-remang apalagi gelap’ yang memudahkan kita tergelincir dan jatuh.
Ingat, kita sudah (bukan akan) dilepaskan dari kuasa kegelapan (Kol. 1:13). Jangan kita menyia-nyiakan pengurbanan Yesus yang telah menebus kita dari lumpur dosa! Itu sebab-nya Rasul Paulus dan Timotius berdoa tanpa henti agar jemaat Kolose (juga kita) beroleh hikmat dan pengertian benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna (Kol. 1:9).
Bagaimana kita dapat mengenal kehendak Tuhan?
- Kita tidak terikat dengan bumi seperti tertulis dalam “Doa Bapa Kami” yang menga-takan “Jadilah kehendakmu di bumi seperti di surga”
- Kita mempersembahkan tubuh kita sepenuhnya sebagai persembahan hidup (Rm. 12:1-2).
Tuhan sudah menyelamatkan kita dan Ia mau menyempurnakan kita di dalam segala aspek kehidupan kita. Jujur, dari hari ke hari kita mengerahkan pikiran, kekuatan dan tenaga kita untuk mencari nafkah bagi kehidupan sementara di dunia ini yang akan lenyap. Berapa persen kita menyerahkan kehidupan kita untuk Tuhan? Menyerahkan hidup sepenuhnya bukan berarti kita harus menjadi pendeta, penatua atau full-timers! Ia memberikan keselamatan bagi kita bukan untuk kehidupan di dunia ini tetapi menyangkut kekekalan yaitu tinggal bersama-Nya di Yerusalem baru. Untuk masuk Yerusalem Baru harus ada tanda darah Anak Domba yang telah menghapus dosa kita. Jadi, sangatlah wajar kita menyerahkan hidup kepada-Nya sebab Ia sudah menyela-matkan kita.
- Kita tidak menjadi serupa dengan dunia tetapi berubah oleh pembaruan budi (Rm. 12:2).
Apa yang ada di dunia? Keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup yang sedang lenyap (1 Yoh. 2:16-17). Kita harus berani tampil beda dengan orang-orang duniawi yang tidak mengenal Allah!
- Kehendak-Nya adalahbaik
Sangat berisiko kalau kita tidak menyerah sepenuh kepada Tuhan, kita tidak mungkin mengenal kehendak-Nya yang baik.
Ketika seorang pemuda kaya bertanya kepada Yesus tentang perbuatan baik apa yang harus dia lakukan untuk beroleh hidup kekal, Yesus menjawab hanya ada Satu yang baik itulah Allah (Mat. 19:16-17) bukan kebaikan dari aliran gereja, struktur organisasi, pola hidup dst. Kita mengetahui kebaikan Allah melalui Firman dan doa yang menjadi kenyataan dalam hidup kita.
- Berkenan di hadapan-Nya.
Manusia sangat banyak perkenannya dan masing-masing berbeda tetapi yang diper-kenan Allah hanya diketahui oleh-Nya semata. Ketika Yesus dibaptis, ada suara dari langit mengatakan, “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat. 3:17)
Aplikasi: memberi diri dibaptis di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus merupakan kepu-tusan yang diperkenan Tuhan.
Demikian pula saat Yesus berubah rupa, wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bercahaya di depan mata Petrus, Yohanes dan Yakobus. Kemudian terdengar suara dari dalam awan mengatakan, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” (Mat. 17:5)
Hanya Yesus – Firman menjadi manusia – diperkenan oleh Bapa-Nya. Bila kita mela-kukan Firman dalam keseharian hidup, kita juga akan diperkenan oleh Bapa Surgawi.
- Kehendak-Nya sempurna
Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah dan Firman-Nya.
Marilah kita berdoa bukan untuk kebutuhan jasmani (minta kesehatan, kepandaian, kecukupan ekonomi dll.) yang sudah disediakan oleh-Nya jika kita mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya lebih dahulu (Mat. 6:33-34) tetapi panjatkan doa tanpa henti-henti agar beroleh hikmat dan pengertian benar untuk mengenal kehendak Allah yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Bila kehidupan kita diperkenan Allah, Yerusalem baru menanti dan kita akan tinggal bersama-Nya di sana selama-lamanya. Amin.