Doa Syukur Karena Allah Mengasihi Kita Semua

Pdm. Sukarjo Sutioso, Johor, Minggu, 3 Maret 2019

Shalom,

Beberapa hari ini pemerintah sibuk mengevakuasi korban penambang emas liar di Bolmong, Sulawesi Utara. Diberitakan ada 8 orang penambang emas meninggal dan puluhan lainnya terjebak kelaparan di dalam lubang tambang di perbukitan. Pemerintah berusaha menolong dengan mengirim alat-alat berat untuk mencari orang-orang yang masih tertimbun.

Pernahkah kita mengalami terjebak di tempat gelap pekat menunggu pertolongan datang? Kesaksian: di masa kecil, si Pembicara bermain-main dengan sang adik di dalam peti yang lumayan besar. Karena ada suatu keperluan, si adik keluar dari peti sementara si kakak masih melanjutkan bermain. Lama kelamaan si kakak mulai merasakan panas pengap dan sesak napas di dalam kegelapan. Segera dibukanya tutup peti tetapi tidak dapat karena peti dikunci dari luar. Keringat dingin, ketakutan dan rasa panik mulai menyerang. Beliau hanya dapat berteriak-teriak minta tolong sambil menggedor-gedor peti. Untung tak lama kemudian si adik datang membuka tutup peti dan selamatlah si kakak dari kegelapan pekat yang meliputinya.

Sadarkah kita bahwa kita dahulu hidup dalam kegelapan karena dosa (Ef. 2:1)? Namun kita patut bersyukur kepada Tuhan sebab, “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kege-lapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita yaitu pengampunan dosa.” (Kol. 1:13-14)

Ternyata Penolong yang melepaskan kita dari kuasa kegelapan ialah Allah Bapa yang memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih, Yesus Kristus.

Mengapa Allah bersedia melepaskan manusia dari kuasa kegelapan? Yohanes 3:16-18 menuliskan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”

Siapa Allah itu? Ia adalah Sang Pencipta langit dan bumi untuk didiami manusia (Kej. 1). Manusia ditempatkan di Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej.2:8,15). Allah juga memberikan perintah dan larangan untuk ditaati manusia (ay. 16-17).

Sayang, manusia melanggar perintah Allah dan lebih mendengarkan bujuk rayu ular yang memutarbalikkan Firman (Kej. 3:1-5). Timbul keinginan Hawa menjadi sama seperti Allah yang tahu tentang yang baik dan yang jahat. Akibatnya mereka jatuh dalam dosa, Allah mengusir mereka ke luar dari Taman Eden dan tidak boleh kembali (ay. 23-24).

Jelas, Iblis sudah berbuat dosa dari mulanya (1 Yoh. 3:8). Malaikat sombong yang ingin menyamakan diri dengan Allah (Yes. 14:12-14) telah dilemparkan ke bumi dan berusaha menyesatkan manusia bahkan kalau memungkinkan menyesatkan orang-orang pilihan juga.

Dalam perkembangan selanjutnya, kita melihat kecenderungan hati manusia selalu mem-buahkan kejahatan semata-mata (Kej. 6:5) membuat pilu hati Allah dan Ia memusnahkan bumi beserta isinya kecuali Nuh sekeluarga (8 orang) beroleh kasih karunia di mata-Nya (ay. 7-8).

Seusai pehukuman air bah, manusia jatuh lagi dalam dosa kejahatan menyebabkan Allah membumi-hanguskan Sodom dan Gomora tetapi menyelamatkan Lot dan dua anak perem-puannya (Kej. 19). Bagaimanapun juga Allah tetap mengasihi orang-orang yang hidup benar.

Kenyataannya, kuasa kegelapan mencengkeram manusia begitu kuatnya sehingga manu-sia makin bertambah jahat dan najis. Buktinya, penjambretan dan pencurian terjadi di mana-mana bahkan penjahat tak segan-segan membunuh si korban dan uang hasil keja-hatan hanya dipakai untuk foya-foya. Belum lagi pemerkosaan dan pembunuhan meraja-rela seakan-akan nyawa manusia begitu murah tak berharga.

Melihat kondisi semacam ini, Tuhan tidak tinggal diam tetapi ingin melepaskan kita dari kuasa kegelapan yang membuat kita hidup menuruti hawa nafsu daging dan pikiran jahat (Ef. 2:2-3) dan siap menghadapi hukuman maut/kematian akibat dosa (Rm. 6:23).

Oleh kasih karunia Allah, kita dipindahkan ke dalam Kerajaan Anak-Nya supaya hidup kudus seperti yang Ia inginkan. Untuk itu apa yang harus kita lakukan? 1 Yohanes 2:15-17 menuliskan, “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta ke-angkuhan hidup bukanlah berasal dari Bapa melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”

Kita diperhadapkan dengan dua pilihan, mencintai dunia atau mencintai Allah. Kita harus memilih salah satu darinya. Sesungguhnya Allah mengasihi kita semua tetapi manusia cenderung lebih memilih cinta dunia. Buktinya, manusia lebih banyak melanggar perintah Tuhan juga peraturan-peraturan yang diperbuat oleh pemerintah. Mereka lebih menuruti keinginan daging meskipun tahu berakibat tidak baik bagi hidupnya.

Tuhan melihat hati manusia (1 Sam. 16:7) dan Ia bekerja dengan tuntas. Ia tidak hanya melepaskan kita dari kuasa kegelapan tetapi memindahkan kita ke dalam terang Kerajaan Anak-Nya. Waspada, kalau roh jahat keluar dari manusia, ia akan mengembara mencari perhentian dan akan kembali ke rumah hati orang tadi yang kosong, bersih dan rapi teratur bahkan mengajak tujuh roh jahat lain yang lebih jahat darinya (Luk. 11:24-26).

Apa Kerajaan Allah itu? Roma 14:17 menuliskan, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.”

Kerajaan Allah penuh dengan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Di dalam Kerajaan Allah tidak ada perbuatan-perbuatan daging seperti: percabulan, kecemar-an, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dsb. (Gal. 5:19-21).

Jelas, di dalam Tuhan Yesus Kristus kita ditebus dan mendapat pengampunan dosa (Kol. 1:14). Keselamatan di bawah kolong langit hanya ada di dalam Dia (Kis. 4:12). Oleh kasih karunia-Nya kita beroleh keselamatan; ini bukan hasil usaha dan pekerjaan kita (Ef. 2:8-9). Contoh: penjahat di sebelah Yesus beroleh kasih karunia keselamatan untuk berada di Firdaus bersama-Nya padahal penjahat itu tidak ada kesempatan berbuat baik (Luk. 23:42-43).

Apa dampak dari pengenalan kita akan kehendak Allah? Kolose 1:10b menuliskan, “dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah,”

Sudah berapa lama kita mengikut Tuhan? Sudahkah kita menghasilkan buah (pekerjaan baik)? Waspada, Yesus sebagai pokok anggur mengatakan siapa tidak berbuah akan dipotong oleh-Nya dan siapa tidak tinggal di dalam-Nya akan menjadi kering siap dibakar dalam api (Yoh. 15:1-2,6). Dengan kata lain, bila kita melekat di dalam Dia, kita mem-peroleh pengampunan dosa dan harus berbuah.

Buah apa yang harus kita hasilkan untuk dibagikan?

  • Buah pertobatan sebagai hasil kelepasan dari kuasa kegelapan.
  • Buah Roh. Bila kita hidup dan dipimpin oleh Roh Kudus, hidup kita menghasilkan sembilan rasa buah Roh – kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal. 5:22-23,25) untuk hidup dalam Kerajaan Allah.
  • Buah pelayanan. Setiap aktivitas kita (datang beribadah, mendengarkan Firman Tu-han, bermain musik, menyanyi, mengagungkan Tuhan dll.) merupakan buah pelayanan kita kepada Allah yang hidup. Hendaknya kita melayani dengan kasih seperti Yesus mengasihi kita bahkan rela mati demi kita.

Sungguhkah kita mengasihi Tuhan? Dibuktikan dengan menaati perintah-Nya dan meng-hasilkan buah pekerjaan baik yang dapat dilihat dan dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita! Marilah kita senantiasa mengucap syukur karena kasih-Nya yang mana Ia rela mem-berikan hidup-Nya demi kita supaya kita kembali ke Taman Eden di Yerusalem baru. Amin.