Hidup Sebagai Anak-Anak Terang

Pdm. Jusuf Wibisono, Minggu, Lemah Putro, 7 Oktober 2018

Shalom,

Akhir-akhir ini alam tidak berpihak pada negara kita; setelah gempa melanda Lombok beberapa bulan lalu, minggu lalu gempa bumi yang lebih besar kekuatannya diikuti tsunami menyerang Palu-Donggala begitu hebatnya menyebabkan ribuan orang meninggal dalam hitungan jam dan hari. Ini membuktikan bahwa dunia sedang lenyap (1 Yoh. 2:17a). Hendaknya kita berjaga-jaga dan siap menantikan kedatangan Tuhan dengan berlindung dalam Firman-Nya. Raja Daud mengakui bahwa hanya dekat dengan Allah dia tenang, Ia memberikan keselamatan dan menjadi gunung batu serta kota bentengnya (Mzm. 62:2).

Sungguh, Firman Tuhan menjadi tempat perlindungan kita! Apa yang Firman inginkan dari kita? Hidup sebagai anak-anak terang (Ef. 5:8). Harus diakui, kita tidak dapat hidup di dalam terang dengan kemampuan sendiri. Seandainya dapat, Allah Bapa tidak perlu mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dunia. Yesus Kristus – Sang Firman – datang dan berdiam di antara kita (Yoh. 1:14) dan jangan kita menolak Dia.

Bagaimana menjadi anak-anak terang untuk berkemenangan?

Mata (hati) harus dicelikkan sebab terang berkaitan dengan mata. Matius 6:23 menegaskan, “jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.”

Siapa mampu mencelikkan mata hati? Tuhan (Why. 3:18).

Apa kegunaan/manfaat mata hati dicelikkan?

  • Memampukan kita mencari dan memikirkan perkara di atas (Kol. 3:1-2).
  • Membuat kita giat dan berhasil dalam pengenalan kita akan Yesus Kristus (2 Ptr. 1:8-9). Kita bertumbuh dengan menambahkan iman kepada kebajikan → pengetahuan → pengua-saan diri → ketekunan → kesalehan → kasih (ay. 5-7). Jika kita tidak memiliki semuanya ini, mata menjadi buta dan gelap (ay. 9). Dalam hal ini ada unsur kesengajaan karena memilih menolak Firman Tuhan.

Masih ingatkah tulah sembilan yang menimpa bangsa Mesir saat orang Israel mau keluar dari Mesir? Kegelapan pekat (dapat diraba) melanda bangsa Mesir selama tiga hari tetapi kediaman bangsa Israel tetap terang (Kel. 10:21-23). Jelas ada perbedaan signifikan antara orang fasik (menolak Tuhan) yang hidup dalam kegelapan dengan anak-anak Tuhan yang hidup dalam terang.

Waspada, barangsiapa tidak percaya alias menolak Yesus yang telah mengurbankan nyawa-Nya, dia sudah berada di bawah hukuman sebab dia lebih menyukai kegelapan karena perbuatan-perbuatannya jahat (Yoh. 3:16-20). Dia membenci dan menolak terang yaitu Yesus.

Kenyataannya, Yesus datang ke dunia kepada milik kepunyaan-Nya tetapi mereka menolak Dia (Yoh. 1:11). Sangat disayangkan, sebab selain terang dunia (Yoh. 8:11), Yesus adalah Roti hidup (Yoh. 6:48); Pintu keselamatan (Yoh. 10:9); Gembala baik (Yoh. 10:11); Jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6); Pokok anggur yang benar (Yoh. 15:1).  

Sesungguhnya, orang yang hidup menurut Taurat Tuhan akan berbahagia (Mzm. 119:1-2). Itu sebabnya, mintalah supaya mata disingkapkan/dicelikkan untuk dapat memandang keajaiban-keajaiban Firman-Nya (ay. 18). Tentu ada tahapannya, dimulai dari mendengar-kan Firman untuk beroleh iman (Rm. 10:17) kemudian menyimpannya untuk dituruti/dilakukan maka kita akan berbahagia.

Dunia sekarang ini sedang dalam kondisi sangat gelap dibuktikan dengan makin meningkatnya kuantitas dan kualitas kejahatan yang dilakukan tanpa rasa takut dan malu. Di era Musa, Firaun menunjukkan kekerasan hatinya sehingga Allah menjatuhkan 10 tulah kepada bangsa Mesir dan bangsa Israel dilepaskan dari perbudakan melalui pengurbanan darah domba Paskah. Sekarang, Iblis, bapa pembunuh dan pendusta (Yoh. 8:44) berusaha memperbudak kita dalam dosa dan hanya Anak Domba Allah, Yesus Kristus, dengan darah-Nya yang tercurah di atas kayu salib mampu membebaskan kita dari ikatan dosa.

Bagaimana kita dapat menerima Firman Tuhan – Roti hidup yang turun dari tempat maha-tinggi? Kita harus tinggal di kota Yerusalem – kota damai (Luk. 24:49). Dengan kata lain, kita harus hidup penuh damai dimulai dari kehidupan nikah, rumah tangga melebar ke hidup bermasyarakat. Ingat, tujuan akhir kita ialah tinggal di Yerusalem baru. Untuk itu kita harus berusaha hidup damai dengan semua orang (saling memaafkan) dan mengejar kekudusan (Ibr. 12:14-15).

Yesus sanggup mencelikkan orang buta (Mat. 20:29-34; Luk. 18:35-39, 42-43) bahkan peduli terhadap Zakheus yang tidak dapat melihat-Nya karena terhalang oleh postur tubuh yang pendek (Luk. 19:1-5). Baik orang buta (fisik) maupun Zakheus mengalami halangan untuk sembuh atau bertemu Yesus tetapi mereka pantang menyerah dan berakhir dengan keba-hagiaan.

Aplikasi: hendaknya kita pantang menyerah tetapi tekun dan gigih dalam mengenal pribadi Yesus untuk beroleh pertolongan dan diperlengkapi kuasa dari-Nya.

Di padang gurun bangsa Israel dipimpin oleh tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari (Kel. 13:22); sekarang kita dituntun oleh terangnya Roh Kudus sehingga jalan orang benar makin bertambah terang sampai rembang tengah hari (Ams. 4:18). Semua ini dimulai dari penghargaan kita terhadap Firman Tuhan walau satu patah kata untuk disimpan dalam hati agar kita dapat melihat kemuliaan-Nya di dalam Anak Tunggal Bapa (Yoh. 1:14). Berbeda dengan jalan orang fasik seperti dalam kegelapan yang menyebabkan mereka tersandung (Ams. 4:19).

Firman Tuhan menjadi pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105) sehingga kita tidak mudah tersandung. Jadi, untuk menjadi anak terang kita harus:

  • Menghargai kurban Tuhan.
  • Menyimpan Firman Tuhan yang kita dengar dan mempraktikkannya. Kita diminta cepat mendengar (Firman) dan lambat berkata-kata (Yak. 1:19) untuk melakukannya maka hidup kita akan terus menerus dibarui. Jangan seperti menantu Lot yang tidak sigap tetapi lamban mendengar peringatan Firman berakhir dengan tidak masuk dalam keselamatan.
  • Menerima meterai Roh Kudus yang mengesahkan kita menjadi milik Allah. Setelah Yesus dibaptis dan keluar dari air, Yohanes Pembaptis melihat Roh Allah seperti burung merpati dan mendengar suara dari Surga yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.”
  • Lebih lanjut, kita hidup/berjalan di dalam Roh maka kita tidak akan menuruti keinginan daging (Gal. 5:16).  

Dari semula Allah melihat manusia tidak mampu keluar dari jerat perbudakan dosa; itu sebabnya Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia menjadi manusia bahkan mati disalib untuk mengalahkan musuh sehingga semua lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan (Flp. 2:8-11). Hendaknya kita yang beroleh kasih karunia keselamatan dari-Nya belajar menjadi orang-orang benar yang dituntun oleh Roh Kudus agar bercahaya makin hari makin terang menjelang kedatangan-Nya kembali. Amin.