Hidup Meneladani Kristus - Efesus 5:1-6:9

Pdm. Kasieli Zebua, Minggu, Johor, 7 Oktober 2018

Shalom,

Apakah Anda lagi berbeban berat atau bersukacita? Kalau ada beban, serahkan semua beban hidup Anda kepada Tuhan untuk beroleh solusi; kalau ada sukacita, semakin bersukacitalah di dalam-Nya. Sungguh, tidak ada manusia seperti Dia! Jujur, saat kita mempunyai beban, kita ingin beban itu cepat terlepas; kalau orang lain berbeban, sedapat mungkin kita menjauh darinya agar tidak ikut menanggung bebannya. Namun Tuhan mau menanggung beban dan kelemahan kita bahkan segala dosa kita diselesaikan oleh-Nya melalui penderitaan hingga mati di salib (Mat. 8:17; Yes. 53:4). Marilah kita memberikan hidup kepada-Nya sebab Ia bertanggung jawab atas kehidupan kita.

Setiap dari kita pasti mempunyai tokoh atau seseorang yang dikagumi karena dia telah memberikan teladan baik untuk dijadikan panutan. Banyak tokoh terkenal memberikan teladan baik yang patut dicontoh, misal: Martin Luther, Billy Graham, mother Teresa dll. tetapi Firman Tuhan mencatat Kristuslah teladan sempurna seperti tertulis dalam Efesus 5:1-2, “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah (= imitators of God) seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah (walk = berjalanlah) di dalam kasih sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”

Yang dimaksud dengan ‘penurut’ ialah kita melakukan apa yang dikatakan Tuhan sementara ‘meneladani’ ialah kita melakukan/mencontoh apa yang dilakukan-Nya.

Dalam hal apa kita patut meneladani Kristus?

1. Meneladani kasih-Nya (Ef. 5).

Dunia mempunyai kasih tapi kasih sejati hanya ditemukan di dalam Kristus.

Sebagai anak Allah, kita patut meneladani Dia yang sudah memberikan contoh/teladan kepada kita. Contoh: kita ingin anak-anak kita mencontoh kita, tak jarang kita marah bahkan memukul mereka jika mereka tidak menuruti atau mencontoh kita. Masalahnya, orang tua terkadang memberikan contoh tidak baik seperti melarang anak merokok padahal mereka sendiri merokok.

Kristus telah mengasihi kita, diwujudkan melalui pengurbanan-Nya sebagai kurban yang harum bagi Allah, dan Allah ingin kita hidup dalam (menghidupi) kasih itu.

Firman Tuhan mengajar kita untuk meneladani kasih Allah di dalam Kristus untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

  • Kita mempraktikkan kasih Kristus dalam hubungan dengan sesama

Kita tidak hanya mendengar dan mengetahui kasih Kristus tetapi harus mengalami kasih-Nya yang mengubahkan kehidupan kita sehingga kita dapat mempraktikkan kasih-Nya terhadap sesama.

Kita harus dapat memahami betapa lebar dan panjang, tinggi dan dalamnya kasih Kristus (Ef. 3:18). Sejauh mana Allah di dalam Kristus mendemonstrasikan kasih-Nya kepada kita?

- Kita yang sebelumnya mati di dalam dosa dihidupkan oleh kasih Allah di dalam Kristus (Ef. 2:1-5). Kita yang dahulu “jauh” tidak termasuk Yahudi menurut daging, tanpa Kristus, tidak mendapat bagian dari janji Allah, tanpa pengharapan dan tanpa Allah sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus (Ef. 2:11-13).

- Allah mengurbankan Putra tunggal-Nya, Kristus, mati bagi kita saat kita lemah, durhaka, berdosa dan berseteru dengan-Nya (Rm. 5:6-10).

Sungguh, kita tidak layak menerima kasih-Nya; sebaliknya, kita patut menerima hukuman dan murka Allah. Namun, kasih Allah justru dinyatakan saat kita lemah tak berdaya dan jauh dari-Nya.

Logikanya, sangatlah mudah mengasihi orang baik dan ini dapat dilakukan oleh siapa saja. Namun mengasihi orang yang memberontak dan mendurhaka tidak mungkin dapat dilakukan oleh manusia selain Allah sendiri dan Ia mau kita mencontohnya.

Aplikasi: jika kita mempunyai persoalan dengan sesama dan saudara seiman, ingatlah akan kasih Tuhan yang dinyatakan dalam pengurbanan dan pengampunan.

Rasul Paulus mengalami kasih Kristus sehingga dia dapat mengasihi jemaat Efesus dan jemaat-jemaat lainnya. Dia mengaku dirinya paling berdosa tetapi beroleh kasih karunia-Nya (1 Tim. 1:14-16).

Hendaknya kita tidak sekadar berteori dalam mengasihi tetapi kita harus menghidupi kasih itu. Yesus pernah memberikan perintah kepada murid-murid-Nya, tertulis dalam Yohanes 13:34-35, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Perintah yang Yesus berikan tidak bersifat otoriter sebab Ia telah melakukannya terlebih dahulu untuk menjadi teladan bagi para murid-Nya. Bukankah Ia mengasihi mereka yang keras kepala dan meninggalkan-Nya? Kepada Yakobus dan Yohanes yang temperamental dan ambisius? Yudas Iskariot yang gagal dalam ‘ujian’ dengan mengkhianati-Nya? Petrus yang nyaris gagal ‘ujian’ dengan menyangkal Dia tetapi akhirnya bertobat. Klimaks kasih-Nya dinyatakan saat disalib Ia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:34) Sangat jelas, Ia mengasihi tanpa syarat dan tidak menuntut pembalasan.

Introspeksi: bagaimana sikap kita menghadapi orang-orang yang keras kepala dan suka mela-wan? Teladani Guru kita yaitu Yesus Kristus dalam memperlakukan para murid-Nya. Sekali Ia mengampuni, Ia tidak pernah mengungkit-ungkit masa lalu mereka.

Setelah kebangkitan-Nya, Yesus tidak mengungkit penyangkalan Petrus, tetapi Ia menyadarkan Petrus sejauh mana dia mengasihi Gurunya sebab Ia mau memberikan tugas penggembalaan (Yoh. 21:15-19). Tidak mungkin Petrus mampu menggembalakan domba-domba-Nya tanpa mengasihi Dia.

Tuhan sudah mendemonstrasikan kasih-Nya maka bila kita mengalami kasih-Nya hidup kita diubahkan untuk mampu meneladani apa yang telah dikerjakan oleh-Nya. Jika tidak, kita akan bersikap seperti murid-murid-Nya.

Apa ciri-ciri dari kasih? Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, tidak berkesudahan (1 Kor. 13:4-8a).

Bagaimana kasih itu diwujudkan? Tidak melakukan percabulan, rupa-rupa pencemaran, kesera-kahan dan tidak mengucapkan perkataan kotor (Ef. 5:3-4) sebab perbuatan-perbuatan ini adalah bukti kasih duniawi yang penuh hawa nafsu dan menyebabkan terjadinya percabulan, kesera-kahan dan mengasihi diri sendiri.

Dengan menghidupi kasih Kristus, kita menjadi anak-anak terang di tengah-tengah kegelapan. Terang Kristus yang bercahaya atas kita justru tampak jelas saat kita menghadapi persoalan untuk menelanjangi tempat-tempat tersembunyi yang memalukan (Ef. 5:13-14).

Yesus adalah terang dunia, barangsiapa mengikut Dia tidak akan berjalan dalam kegelapan melainkan mempunyai terang hidup (Yoh 8:12). Kita adalah terang dunia, hendaknya terang kita bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatan baik kita dan memuliakan Bapa di Surga (Mat. 5:14-16). Jadi, tidak ada sesuatu yang terselubung/tersembunyi dalam kasih terang Kristus, semua transparan dan dapat dilihat orang-orang di sekitar kita.

  • Kita mempraktikkan kasih Kristus dalam hubungan suami-istri

Istri yang mengalami kasih Kristus akan mampu tunduk kepada suaminya dan suami yang menghidupi kasih Kristus dapat mengasihi istrinya. Perhatikan, tolok ukur kasih mereka adalah kasih Kristus. Ketundukan istri dan kasih suami dinyatakan justru saat mereka menghadapi masalah.

Introspeksi: apakah suami-istri masih sering bertengkar karena kasih mula-mula telah sirna? Apakah anak suka memberontak kepada orang tua karena kurang/tidak merasakan kasih sayang dan perhatian mereka? Jika ada masalah, belajarlah kepada Kristus dan teladani apa yang telah dilakukan-Nya kepada kita.

2. Meneladani ketaatan-Nya (Ef. 6).

Teladan Kristus Yesus kepada kita ialah Ia dalam keadaan sebagai manusia merendahkan diri-Nya dan taat (kepada Bapa-Nya) sampai mati di kayu salib (Flp. 2:8).

Ketaatan menuntut tanggung jawab dan penyerahan penuh/total. Jujur, tidaklah mudah bersikap taat sebab harus tunduk dan menuruti peraturan. Mengapa banyak orang dipenjara? Karena mereka (sengaja) melanggar peraturan yang sudah diketahuinya.

Firman Tuhan mengajar kita untuk meneladani ketaatan Kristus dan mempraktikkannya dalam kehi-dupan sehari-hari, yaitu:

v Kita mempraktikkan ketaatan Kristus dalam hubungan anak dengan orang tua (Ef. 6:1-4).

Yesus sebagai Anak tunggal Bapa menjadi teladan sempurna dalam ketaatan. Di dalam pergumulan-Nya di Taman Getsemani, Yesus berdoa sampai tiga kali, “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini daripada-Ku tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (Mrk. 14:36)

Bagaimana dengan kita yang berposisikan sebagai orang tua atau anak? Adakah anak memiliki masalah dengan orang tua? Atau orang tua memiliki masalah dengan anak? Belajarlah kepada Kristus dan miliki kasih-Nya. Kenyataannya, banyak anak kecewa kepada orang tua sehingga tim-bul pemberontakan dan memang ada orang tua yang tidak layak ditaati karena mereka tidak memberikan teladan baik. Namun jika anak mengalami kasih Kristus, dia akan dapat memaafkan dan menerima orang tuanya serta menaatinya.

v Kita mempraktikkan ketaatan Kristus dalam hubungan hamba dengan tuan (Ef. 6:5-9).

Para hamba/pelayan, contohlah Yesus Kristus dalam kerendahan hati. Ia mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba (Flp. 2:6-7). Rasul Paulus menjadikan Kristus teladan, itu sebabnya dia mengatakan, “Jadilah pengikutku sama seperti aku juga menjadi pengikut Kris-tus.” (1 Kor. 11:1)

Aplikasi: pekerja-pekerja sekuler maupun rohani, taatlah kepada pemimpin Anda. Ingat, ketaatan membutuhkan kerendahan hati. Jangan bersikap seperti ahli-ahli Taurat yang mengatakan taat tetapi sesungguhnya mereka melanggar hukum Taurat karena mereka tidak rendah hati.

Harus diakui, tidaklah enak bagi daging untuk menaati perintah Tuhan apalagi dituntut penyerahan penuh kepada-Nya. Namun yakinlah ketaatan berbuah keberhasilan; sebaliknya, ketidaktaatan mem-bawa kepada kegagalan. Untuk itu belajarlah kepada Tuhan dalam kerendahan hati. Jangan main-main dalam pelayanan sebab kita mempunyai Tuan di atas segala tuan. Pelayanan kita tidak hanya dinilai saat kita tampil tetapi di dalam segala aspek kehidupan kita.

Milikilah hati penuh kasih yang dibuktikan dengan suka mengampuni dan mau berkurban. Juga ke-taatan disertai tanggung jawab dan kerendahan hati untuk melakukan perintah Tuhan dalam hu-bungan suami-istri, hubungan orang tua-anak, hubungan tuan/pemimpin-hamba/pekerja. Kita harus mempraktikkan hal itu. Kasih itu harus dapat dirasakan dan dinikmati; kasih Kristus sudah sempurna bagi kita hendaknya kita mau meneladani Dia. Amin.