Baptisan – Keselamatan – Karunia Roh Kudus – Kemuliaan Bersama-Nya

Pdt. Paulus Budiono, Minggu, Lemah Putro, 30 September 2018

Shalom,

Ketika kita menyanyikan lagu “Kupersembahkan Hidupku”, apakah kita menyerahkan tubuh, jiwa dan roh kita sepenuhnya kepada Tuhan yang menciptakan kita? Demikian pula ketika dibaptis, tubuh ‘ditenggelamkan’ bersama jiwa dan roh mati bersama Kristus dan dibangkitkan juga bersama-Nya. Logikanya, kalau kita menyerahkannya separuh, kebangkitannya pun separuh, kesetiaannya juga separuh dan berkat Tuhan yang diterima juga separuh. Marilah kita introspeksi, sudahkah kita menyerahkan seluruh jiwa raga kita kepada-Nya untuk menerima keselamatan sepenuhnya?

Hari ini ada penyerahan anak dan baptisan air; keduanya berkaitan dengan kelahiran (baru). Ada tiga pribadi yang berbicara tentang baptisan air, yaitu:

Setelah bangkit dari kematian, Yesus mengatakan, “Siapa yang percaya dan di-baptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mrk. 16:16)

Yesus mengatakan hal ini kepada murid-murid-Nya karena ketidakpercayaan mereka akan kesaksian dari para wanita yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya (ay. 14).

Tidak ada agama apa pun berani memberikan janji keselamatan selain Yesus karena Ia bukan agama tetapi Ia adalah hidup itu sendiri. Ia telah bangkit dari kematian dan memberikan jaminan yang pasti akan keselamatan kekal.

  • Petrus.

Petrus pernah menyangkal Gurunya, Yesus, tiga kali (Mat. 26:75) tetapi setelah bertobat dia dipenuhi Roh Kudus dan percaya bahwa Yesus yang disalib diangkat menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36). Kemudian dia berkhotbah di hadapan orang-orang Yahudi dan mereka yang tinggal di Yerusalem, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam Nama Yesus Kistus untuk pengampunan dosamu maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (ay. 38) Pengakuan dan ajakannya merupakan berita penuh kepastian seperti perintah yang pasti dari Yesus, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Mrk. 16:15)

Jelas dikatakan dalam baptisan tidak hanya ada keselamatan tetapi juga peng-ampunan dosa dan karunia Roh Kudus.

Rasul Paulus mengingatkan, “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” (Ef. 4:30)

Apa kaitan baptisan air dengan Roh Kudus? Awalnya Yesus mengaitkan kese-lamatan dan baptisan air kemudian Petrus menghubungkannya lebih jauh dengan karunia Roh Kudus. Paulus menjangkau lebih luas lagi yaitu berkaitan dengan Roh Kudus menjelang keselamatan di akhir zaman. Jadi, baptisan air bukan sekadar agama dan ritual tetapi berkaitan dengan keselamatan waktu Tuhan datang kembali. Oleh sebab itu jangan melecehkan penyerahan anak maupun baptisan air, menganggapnya sekadar upacara sakramen setelah itu tidak lagi muncul ber-ibadah dan si anak tidak dipelihara dalam didikan Firman Tuhan.

Ingat, hanya Yesus yang rela mati disiksa tanpa salah dan mencurahkan darah-Nya demi kita, manusia berdosa. Siapa Yesus? Ia adalah Allah, Sang Firman (Yoh. 1:1,14). Kemudian Ia memberikan Roh Kudus kepada Petrus yang pernah menyangkal-Nya juga kepada Paulus yang sebelumnya menganiaya bahkan membunuh pengikut-pengikut-Nya.

Siapa Roh Kudus? Ia adalah Allah sendiri (Kej. 1:1-2,26). Ilustrasi: kita begitu bangga dan merasa aman ketika dijaga dan dilindungi oleh bodyguard namun sering kita ciut hati terhadap pengayoman Roh Kudus dalam hidup kita. Roh Kudus bukan angin tetapi Pribadi yang memiliki perasaan sehingga Ia dapat berduka, sakit hati, tersinggung, cemburu, bersukacita dst.

Ketika dibaptis dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, kita menerima karunia Roh Kudus dan Allah Tritunggal berdiam dalam hidup kita sambil menanti kedatangan-Nya kembali untuk beroleh keselamatan sepenuhnya.

Berdasarkan pengalaman pribadi, Rasul Paulus benar-benar mendukacitakan Roh Kudus sebelum bertobat. Dia begitu kejam melakukan persekusi terhadap para pengikut Yesus tetapi mereka tetap teguh tidak mau menyangkal Yesus bahkan rela mati seperti dialami oleh Stefanus (Kis. 7:35-60). Namun setelah bertemu Tuhan dalam perjalanan menuju Damsyik Saulus/Paulus berubah total. Dia meng-alami kebutaan selama tiga hari dan selama itu dia berdoa serta berpuasa. Heran, Tuhan dapat memakai siapa pun untuk menjadi alat-Nya. Pada hari ketiga muncul-lah Ananias (jemaat lokal bukan pendeta besar atau pendeta pusat dari Yeru-salem) menumpangkan tangan ke atas Saulus/Paulus dan terceliklah matanya lalu dipenuhi Roh Kudus dan dibaptis (Kis. 9).

Jangan bangga dengan titel dan posisi kependetaan jika dapat ‘menobatkan’ se-seorang sebab Tuhan memiliki cara-Nya sendiri yang unik dalam memakai sese-orang untuk membawa jiwa yang perlu diselamatkan.

Paulus mengaku dia mengalami kasih karunia Tuhan luar biasa dalam hidupnya; itu sebabnya dia bekerja lebih keras daripada rasul-rasul lainnya (1 Kor. 15:9-10). Tutur kata yang sebelumnya penuh umpatan dan hujatan terhadap Yesus dan pengikut-pengikutnya berubah menjadi perkataan yang membangun (Ef. 4:29). Perkataan apa yang dapat membangun iman selain Firman Allah yang keluar dari mulut orang Kristen? Hendaknya kita membuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah juga segala kejahatan menjelang hari penyelamatan (ay. 31). Dengan demikian, kita menuju kepada kedewasaan rohani untuk tidak mudah diombang-ambingkan oleh angin-angin pengajaran yang menyesatkan (ay. 13-14).

Sungguh luar biasa, tanpa mengikuti sekolah Alkitab, Paulus dididik langsung oleh Roh Kudus dalam waktu singkat (tiga hari) lalu mulailah dia memberitakan Yesus dan mengatakan bahwa Ia adalah Anak Allah. Hal ini membuat semua orang yang mendengarnya heran akan perubahan perkataan Paulus (Kis. 9:20-21).

Jelas Paulus mengalami pembaruan hidup karena ada meterai Roh Kudus dalam hidupnya (Ef. 1:12-13) sekaligus berani menanggung risiko taruhan nyawa dengan pengakuannya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Buktinya, beberapa hari kemudian orang Yahudi berencana membunuh dia (Kis. 9:23).

Bila kita percaya pada Injil keselamatan, kita dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai jaminan menjadi milik Allah (Ef. 1:13-14) bukan sekadar dapat berbahasa lidah. Perlu diketahui, kita dahulu mati dalam dosa karena menaati penguasa kerajaan angkasa tetapi oleh kasih Allah yang besar kita dihidupkan bersama Kristus untuk melakukan pekerjaan baik (Ef. 2:1-10). Namun pekerjaan baik manusia tidak dapat dijadikan tolok ukur sebab setiap budaya mempunyai ukuran kebaikan sendiri yang belum tentu bernilai di hadapan Tuhan.

Tuhan menyediakan pekerjaan baik bagi kita selaras dengan pimpinan Roh Kudus untuk menjadikan kita Bait Allah yang rapi tersusun, tempat Ia berdiam di dalam Roh (Ef. 2:21-22). Alangkah indahnya bila seluruh anggota tubuh Kristus terbentuk dengan tertib, rapi penuh kasih Allah yang dicurahkan oleh Roh Kudus (Rm. 5:5). Perhatikan, kasih dalam hati membuat segala kejengkelan, kemarahan, kebencian dan dendam terhadap seseorang sirna. Namun sayang, kita sering tidak peka bah-kan mengabaikan bisikan Roh Kudus. Kita lebih mendahulukan perasaan dan emosi kita menyebabkan Roh Kudus berdukacita. Waspada, jangan terus menerus mendukakan Roh Kudus yang menjurus kepada pemadaman gerakan Roh Kudus bahkan paling menakutkan jika menghujat Roh Kudus tidak lagi ada pengampunan (Mat. 12:31).

Jangan menyia-nyiakan Roh Kudus yang memberikan jaminan kepada kita pada hari kedatangan Tuhan. Ketika nafiri berbunyi, orang-orang mati (di dalam Kristus) akan dibangkitkan dan yang hidup diubahkan dalam sekejap tidak bertahap (1 Kor. 15:52) menyongsong Tuhan di angkasa (1 Tes. 4:17). Sangat mengerikan, mereka yang mati dan tidak dibangkitkan menunggu pengadilan takhta putih untuk dilem-parkan ke dalam lautan api (Why. 20:11-15).

Bagaimana cara kita menghindari untuk tidak mendukacitakan Roh Kudus? Buang-lah segala perkataan kotor yang keluar dari mulut, kepahitan, kegeraman, kema-rahan, fitnah dan segala kejahatan; sebaliknya, pakailah perkataan baik untuk membangun supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia serta ramah penuh kasih dan saling mengampuni (Ef. 4:29-32).

Yesus menjadi teladan sempurna bagi kita. Berapa banyak kita telah menyakiti hati-Nya? Ajaib, Ia tidak membalas tetapi malah mendemonstrasikan kasih-Nya kepada kita. Bila kita mengalami kasih dan pengampunan dari-Nya, kita mampu mengampuni mereka yang menyakiti kita. Dengan kata lain, kita dimampukan untuk membalas kejahatan dengan kebaikan serta mampu mengasihi musuh (Rm. 12:17; 1 Ptr. 3:9; Mat. 5:44).

Mulut/lidah berperan penting karena dari mulut keluar pujian mengagungkan Tuhan sekaligus umpatan penuh kebencian. Oleh sebab itu simpanlah Firman Tuhan dalam hati karena apa yang keluar dari mulut berasal dari hati (Mat. 12: 34b). Bila hati penuh dengan Firman Tuhan, yang keluar dari mulut pasti perkataan membangun yang membawa berkat.

Lebih lanjut Rasul Paulus menasihati kita yang dibaptis/dibangkitkan bersama Kristus untuk mencari dan memikirkan perkara-perkara di atas di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah. Bila Ia menyatakan diri kelak, kita pun akan ber-sama Dia dalam kemuliaan (Kol. 3: 1-4). Untuk itu kita harus mematikan segala sesuatu yang duniawi yaitu: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan yang sama dengan pemberhalaan (ay. 5).

Ingat, kita diubahkan untuk tunduk dan taat kepada Yesus yang kita nantikan (Flp. 3:20-21) bukan menjadi sombong. Namun faktanya, kita sering membanggakan pengajaran dan doktrin kita yang ‘paling murni’ dan ‘hebat’ padahal Firman Tuhan membuat kita rendah hati. Oleh sebab itu jangan menjadi seteru salib Kristus (ay. 18) tetapi hendaklah kita mengaitkan diri dengan kurban-Nya sehingga kita sadar bahwa kita hidup oleh sebab kasih dan kemurahan-Nya untuk satu kali kelak tinggal bersama Dia dalam kemuliaan selamanya. Amin.