Satu Dalam Membangun Kesatuan

Pdm. Jusak Pundiono, Lemah Putro, Minggu, 2 September 2018

Shalom,

Ada sesuatu yang istimewa dalam Asian Games 2018 kali ini yaitu delegasi Korea bersatu. Di masa lampau mustahil dua Korea ini – Korea Utara dan Korea Selatan – bersatu, bagaimana dengan kita yang sudah mengadakan PPI “One Spirit in One Tabernacle”? Banyak hamba Tuhan dari interdenominasi berdatangan tetapi mereka menjadi satu juga satu meja makan dst. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan! Masalahnya, sadarkah kita akan panggilan kita? Percaya-lah bahwa Tuhan dapat memakai kita apa pun masa lalu dan latar belakang kehidupan kita untuk melayani Dia dalam menyatakan kemuliaan-Nya bagi segala bangsa. Dan hendaknya kita setia memenuhi panggilan pelayanan demi kesatuan tubuh Kristus. Melalui kesatuan tubuh Kristus, mereka yang belum/tidak mengenal Allah Tritunggal boleh percaya kepada-Nya juga percaya bahwa Yesus diutus oleh Bapa untuk menjadi Juru Selamat dunia.

Apa kata Rasul Paulus dalam suratnya berkaitan dengan kesatuan? Efesus 4:1-32 terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu:

A. Dasar-dasar dari kesatuan (ay. 1-16).

B. Hidup dalam kesatuan (ay. 17-32).

Ayat 1 dan ayat 17 diawali dengan kata “Sebab itu” menunjukkan adanya kaitan satu dengan lainnya.

Ada dasar dan ada bangunan nyata untuk menjadi kesaksian. Surat Efesus terkena pada Meja Roti Sajian dan di atasnya ada dua susun, 6 ketul roti sesusun (Im. 24:6), yang dibuat oleh semua suku Israel. Ketika bangsa Israel melihat 12 roti sajian, tidak ada seorang pun dapat menunjuk yang mana roti buatan sukunya. Roti sajian menjadi satu di atas satu meja dan disajikan di hadapan Allah Tritunggal (Allah yang satu, Kristus yang satu, Roh Kudus yang satu) yang sudah berkarya menyelamatkan kehidupan manusia dari kematian dosa.

Apa yang menjadi dasar dari kesatuan?

  • Hidup berpadanan dengan panggilan dan bersikap rendah hati, lemah lembut, sabar serta menunjukkan kasih di dalam saling membantu (ay. 1-2). Hal ini dapat terjadi jika kita terjun aktif di dalam pelayanan bertemu banyak orang dengan aneka ragam karakter sebagai latihan dan praktik kita tidak mudah tersinggung dan emosi saat bekerja sama dalam pelayanan.

Introspeksi: sudahkah kita masuk dalam pelayanan sesuai karunia yang diberikan oleh-Nya agar kita dapat fokus dan terus bertumbuh? Jangan sibuk mencari gelar dan kekayaan sebanyak-banyaknya kemudian baru sadar belum berbuat apa-apa bagi Tuhan ketika tubuh sudah sakit-sakitan dan tenaga sudah habis! Di hadapan Tuhan, kemenangan tersedia bagi mereka yang terpanggil, terpilih dan yang setia (Why. 17:14).

  • Satu dalam panggilan (ay. 3-6). Masing-masing ada panggilan tetapi tetap harus mengupa-yakan kesatuan. Setiap jemaat harus paham tentang tujuh kali “satu” (satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah) agar dapat menyatu. Tujuh kali “satu” ini harus lengkap dan tidak boleh ada satu pun ditiadakan.

Aplikasi: hendaknya kita juga mempelajari doktrin/ajaran tentang tujuh hal di atas dengan mendalami Alkitab secara mandiri juga bisa dengan membaca buku-buku doktrin maupun menjadi pendengar perkuliahan S2 di STTIA sebab akan berguna dalam menghadapi ajaran-ajaran sesat.

Dalam pelayanan di hari-hari mendatang ini, hendaknya porsi untuk giat di dalam pekerjaan Tuhan makin melejit dibandingkan dengan porsi untuk segala kegiatan duniawi sebab ini menuju pada kekekalan.

  • Anugerah Kristus untuk kesatuan (ay. 7-10).

Setiap jemaat yang percaya Kristus telah mati dan bangkit pasti dianugerahi karunia masing-masing entah melalui sekolah formal/informal, kursus dan training, kemampuan yang di-peroleh dari dunia kerja, jangan lupa bahwa kemampuan-kemampuan itu juga untuk ke-lengkapan kesatuan tubuh Kristus.

Jangan pernah melupakan bahwa semua yang diperoleh adalah anugerah pemberian-Nya untuk kesatuan. Kematian dan kebangkitan Kristus melepaskan kita dari cengkeram per-budakan Iblis sehingga berkat-berkat rohani dan jasmani dianugerahkan kepada kita menu-rut ukuran masing-masing untuk memperbesar kesatuan tubuh-Nya bukan memperbesar karier/bisnis dan kebanggaan diri.

Perhatikan, jangan masa lalu atau ‘ketidakmampuan’ kita jadikan dalih untuk enggan mela-yani Tuhan sebab ini sama dengan melecehkan Darah Kristus saat kita makan perjamuan Tuhan. Bukankah Tuhan menerima kondisi kita apapun bentuknya sebab kurban-Nya telah menutup segala dosa dan masa lalu kita? Masih pantaskah kita menolak masuk dalam pelayanan dengan mengecilkan anugerah-Nya untuk satu kesatuan?

  • Kedewasaan penuh seperti Kristus (ay. 10-16).

Kristus memberikan lima jawatan/fungsionaris untuk mendewasakan setiap anggota jemaat menjadi anggota tubuh Kristus. Salah satu fungsionaris ialah pengajar yang memiliki pemahaman utuh 7 kali ‘satu’ untuk memperlengkapi jemaat melalui training, penataran, seminar dan konsultasi agar gerak pelayanan tidak keluar dari kesatuan tubuh Kristus dan mengarah kepada Kristus sebagai Kepala sekaligus Mempelai Pria Surgawi dan kita, mem-pelai perempuan-Nya.

Perlu diketahui, anggota gereja tidak otomatis menjadi anggota tubuh Kristus kecuali bila anggota gereja tersebut mau didewasakan rohaninya untuk melawan angin-angin peng-ajaran sesat. Waspada, mereka yang tidak suka menerima Firman Tuhan yang menegur (lebih menyukai Firman yang berbicara mengenai berkat jasmani), cepat atau lambat akan terombang-ambing oleh ajaran sesat yang bergerilya memasarkan ajarannya dari rumah ke rumah, pribadi ke pribadi, sehingga orang tua harus juga siap membentengi anak-anaknya dari ajaran sesat.

Setiap anggota gereja akan dites/diuji kerapian keterikatannya dengan anggota tubuh lainnya. Oleh sebab itu setiap anggota gereja perlu hidup dalam kasih yang benar bukan kasih yang terfokus pada kelompoknya, keluarganya, sukunya dll. tetapi saling terikat dan diikat oleh semua pelayanan yang ada di gereja. Dan kasih menjadi puncak pertumbuhan terus menerus dari iman yang benar itulah iman yang timbul dari pendengaran akan Firman Kristus (Rm. 10:17) bukan iman karena melihat mukjizat.

Dasar-dasar kesatuan dan hidup dalam kesatuan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Bagaimana hidup dalam kesatuan?

v Tidak kembali kepada pola hidup lama (ay. 17-19).

Kita tidak boleh ‘balik kucing’ kepada cara-cara hidup lama yang kontras dengan cara-cara hidup di dalam Allah. Untuk itu kita harus dapat memahami siapa Allah secara progresif dengan menjadi manusia yang mempunyai pertimbangan tentang siapa Dia bukan sekadar orang Kristen ikut-ikutan; menjadi manusia intelek yang ‘melek’ tentang Allah yang fakta bukan Allah fatamorgana; menjadi manusia yang peka terhadap setiap perkara yang tidak benar serta tegas memiliki corak hidup bertolak belakang dengan corak hidup sebelumnya.

v Hidup sebagai manusia baru (ay. 20-24).

Kita hidup dalam keubahan untuk disempurnakan. Merupakan karya indah ketika kita menjadi kesaksian hidup di mana pun kita berada. Perhatikan, di depan Meja Roti Sajian ada Kandil Emas dengan tujuh lampu yang dinyalakan untuk menerangi perabot di depannya (Meja Roti Sajian tepat di depannya). Orang-orang di sekitar dapat melihat dengan jelas perubahan/perbedaan perilaku kita dahulu/lama dengan perilaku kita sekarang.

v Menanggalkan perilaku lama (ay. 25-29).

Kita memerinci perilaku-perilaku lama untuk dievaluasi apakah perilaku-perilaku tersebut masih muncul. Sesungguhnya, semakin kita belajar tentang Kristus, semakin dengan sendirinya kita menghentikan segala perilaku lama.

Mengapa gerakan LGBT begitu cepat melanda banyak negara bagaikan peristiwa Sodom dan Gomora terulang kembali? Kekristenan disusupi oleh sifat Sodom dan Gomora karena mereka tidak mengenal Allah, Sang Pencipta manusia serupa dengan gambar-Nya (Rm. 1:21-27).

v Tidak mendukacitakan Roh Kudus (ay. 30-32).

Allah melalui Kristus memeteraikan kita dengan Roh Kudus ketika kita mendengar Firman kebenaran yaitu Injil keselamatan dan percaya (Ef. 1:13). Agar kita tidak mendukakan Roh Kudus, kita harus membuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, fitnah dll. Sebaliknya, kita harus ramah, penuh kasih dan saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kita.

Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan supaya kita hidup kudus di hadapan-Nya. Ketika kita jatuh dalam dosa, Ia mengampuni kita melalui kurban Kristus. Marilah kita melayani Dia sesuai dengan karunia pemberian-Nya. Dengan berkaca pada cermin Firman Allah, perilaku kita dibarui setiap hari juga Roh Kudus yang ada di dalam kita membimbing dan menginsafkan kita sehingga kita tumbuh dewasa ke arah Kristus yang adalah Kepala. Kita harus menyadari bahwa apa pun bentuk denominasi gereja yang ada, semuanya satu di hadapan Tuhan, tidak ada nama lain karena semuanya menyatu menjadi Mempelai Kristus untuk tinggal bersama Dia selamanya di Yerusalem Baru. Amin.