Kasih Karunia Kristus Bagi Jemaat Efesus 4:7-10

Pdm. Kasieli Zebua, Johor, Minggu, 22 Juli 2018

Shalom,

Kita patut bersyukur kepada Tuhan yang senantiasa memelihara dan menuntun langkah hidup kita dari hari ke hari hingga hari ini. Pemberitaan Firman Tuhan hari ini merupakan salah satu cara Tuhan membimbing kita untuk tetap berada dalam jalur yang benar.

Tuhan telah memanggil kita dan menghendaki agar kita hidup berpadanan dengan panggilan tersebut (Ef. 4:1). Dalam konteks ini, hidup yang berpadanan dijelaskan lebih lanjut supaya kita hidup di dalam kesatuan (Ef. 4:2-6). Perhatikan, Yesus menebus kita agar terjadi kesatuan. Di luar Kristus bukan kesatuan yang ada tetapi perceraian/perpisahan.

Bagaimana kita dapat menyatu? Dengan memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera (Ef. 4:3).

Harus diakui tidaklah mudah untuk menyatu, Roh Kuduslah yang memberikan kita kemampuan untuk menyatukan kita dalam panggilan Tuhan.

Apa yang Kristus lakukan dalam memperlengkapi orang-orang yang dipanggil-Nya? Efesus 4:7-10 menuliskan, “Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian (gifts = karunia-karunia) kepada manusia." Bukankah "Ia telah naik" berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.”

A. Kristus memberikan kasih karunia kepada setiap jemaat (ay. 7)

Kata “tetapi” di awal ayat 7 menunjukkan suatu pertentangan dengan ayat sebelumnya yang berbicara mengenai kesatuan. Di dalam kesatuan, masing-masing orang yang menyatu diberikan/dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Dengan kata lain, panggilan Allah agar kita menjadi satu tidak membuat kita menjadi seragam/sama semuanya tetapi masing-masing mempunyai bagian/porsinya sendiri. Setiap orang (bukan hanya orang-orang tertentu) di dalam kesatuan diberi kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Singkatnya, mereka satu di dalam keberagaman bukan satu dalam kese-ragaman.

Dikatakan anugerah diberikan menurut ukuran (portion = porsi/bagian) pemberian Kristus. Jadi, Kristus memberikan kasih karunia dengan adil kepada jemaat sesuai dengan porsinya masing-masing. Misal: dalam anggota tubuh Kristus, ada porsi gembala, penatua, pemimpin pujian, jemaat dst. Setiap dari kita diberikan kasih karunia bukan hanya untuk menyatu tetapi juga menggunakan karunia yang telah diberikan oleh-Nya untuk kesatuan.

Apa yang Tuhan berikan agar jemaat aktif di dalam kesatuan yang Ia inginkan? 1 Korintus 12:1, 4-7 menuliskan, “Sekarang tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya… Ada rupa-rupa karunia tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.”

Masing-masing dari kita diberikan rupa-rupa karunia Roh untuk kepentingan bersama di dalam kesatuan. Contoh: di dalam keluarga, suami dan istri mempunyai porsinya sendiri-sendiri namun Tuhan mau mereka tetap menyatu. Masalah timbul jika masing-masing tidak hidup sesuai dengan porsinya sehingga mengusik kesatuan. Demikian pula jika kita sebagai anggota tubuh Kristus tidak berperan sesuai dengan karunianya masing-masing berakibat tubuh Kristus tidak dapat menyatu. Betapa besar perhatian Tuhan kepada jemaat! Ia sudah memanggil dan menebus kita, memberikan kemampuan untuk memelihara kesatuan dengan memberikan kasih karunia untuk kepentingan bersama.

Roma 12:4-8 menyampaikan beragam karunia yang dianugerahkan kepada kita untuk diper-gunakan demi kepentingan bersama. “Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karu-nia untuk melayani baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang mem-beri pimpinan hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”

Kita semua harus berperan aktif menggunakan karunia-karunia (bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, membagi-bagikan, memberi pimpinan, menunjukkan kemurahan) yang telah diberikan untuk kepentingan bersama (kesatuan dalam keluarga maupun dalam masyarakat). Ilustrasi: jika tangan mati, ini akan mengganggu aktivitas seluruh tubuh. Tuhan memberikan pelbagai karunia supaya setiap anggota tubuh Kristus hidup dan men-capai kedewasaan penuh seperti Dia.  

Perlu dipahami, kalau Tuhan mempercayakan karunia-Nya kepada kita, ini bukan karena kita mampu atau layak (kaya, pandai, tampan dll.) tetapi merupakan inisiatif pemberian Tuhan kepada kita. Hendaknya kita menghargai dan bersyukur atas pemberian serta keper-cayaan Tuhan kepada kita. Kita, bangsa kafir, sesungguhnya tidak mendapat bagian dari apa yang Tuhan janjikan tetapi Ia berkemurahan dengan memberikan anugerah yang sangat berharga demi kesatuan.

Rasul Paulus mengaku dirinya yang sangat hina telah mendapat kasih karunia dan dia me-ngerjakannya dengan sungguh-sungguh (Ef. 3:7-8). Bahkan dalam kondisi terpenjara pun dia tidak berhenti menyatakan kasih karunia karena dia tahu untuk itulah dia dipanggil. Dia memberikan teladan kepada jemaat di Efesus bagaimana mengusahakan kesatuan tubuh Kristus. Kesatuan ini harus diusahakan karena ini tidak mudah untuk dilakukan.

Jika Rasul Paulus mengatakan dia paling hina di antara orang kudus, apakah kita lebih layak dan lebih hebat daripada Rasul Paulus karena kita tidak pernah membunuh seperti yang pernah dilakukannya? Apapun karunia yang kita terima, pergunakan dengan sebaiknya. Jangan mematikan kasih karunia yang Tuhan berikan karena suatu saat Ia akan menuntut tanggung jawab dari kita yang sudah dipercaya oleh-Nya. Kalau kita sudah mengerjakannya dengan baik, kita akan berani berhadapan muka dengan-Nya.

B. Dengan kemenangan-Nya, Kristus memberikan kasih karunia kepada jemaat (ay. 8-10)

"Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian (gifts = karunia-karunia) kepada manusia." Rasul Paulus mengutip ayat ini dari Mazmur 68:19

Kristus telah turun dari Surga ke bumi menjadi Manusia bahkan mati disalib dan dikuburkan. Namun karena Dia adalah Tuhan, Ia menang atas kematian naik melintasi langit tertinggi dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa.

Kristus memberikan kasih karunia kepada kita melalui perjuangan berat yaitu kehidupan-Nya sendiri dengan mati dan bangkit untuk menebus manusia berdosa. Memang kita mem-peroleh kasih karunia keselamatan tanpa perjuangan dan kerja keras kita (Ef. 2:5,8-9) tetapi Kristus yang berusaha dan bekerja keras bahkan mati untuk itu.

Ilustrasi: orang tua bekerja keras membanting tulang mengumpulkan kekayaan untuk masa depan anaknya. Bagaimana perasaan orang tua jika melihat si anak tidak tahu diri dengan menghabiskan harta warisan mereka untuk berfoya-foya? Kita telah menerima kepercayaan pemberian kasih karunia dengan cuma-cuma melalui pengurbanan Kristus namun kita menyia-nyiakannya. Bukankah sikap kita menyakitkan hati-Nya? Rasul Paulus berdoa supa-ya jemaat (juga kita) menyadari betapa dalam, lebar, tinggi dan dalamnya kasih Kristus kepada mereka (juga kita).

Kristus yang telah turun, Ia juga telah naik jauh lebih tinggi daripada semua langit untuk memenuhkan segala sesuatu (ay. 10). Semua telah dikerjakan Kristus, tidak ada yang tidak diperlengkapi, tidak ada yang kurang, semua lengkap, segala sesuatu terpenuhi.

Sadarkah kita bahwa Kristus sudah berjuang mati-matian untuk menyatukan manusia de-ngan Allah? Mengapa manusia menyukai perpecahan, perceraian dan perpisahan? Jangan menyalahkan Tuhan jika suami-istri, atau anggota tubuh Kristus mengalami perpecahan, perceraian dan perpisahan, sebab Tuhan telah memenuhi semuanya! Suami-istri, atau sesa-ma jemaat harus terus berusaha memelihara damai sejahtera.

Ingat, Tuhan sudah memberikan nyawa-Nya dan memperlengkapi kita serta memenuhi semuanya. Oleh sebab itu kita tidak dapat berdalih dan berkata saya ‘masih penuh keku-rangan’ untuk tidak menyatu, untuk tidak melayani dan untuk bertumbuh mencapai kede-wasaan seperti Kristus. Marilah kita belajar bersyukur karena kita yang tidak layak telah mendapatkan kasih karunia dari-Nya. Bila kita dipercayakan karunia-karunia Roh, jangan menyia-nyiakannya tetapi kerjakan karunia-karunia tersebut dan berusahalah hidup dalam kesatuan oleh ikatan damai sejahtera. Dengan demikian, tubuh Kristus akan terbentuk de-ngan indah penuh damai sejahtera dan diperkenan oleh Kristus sebagai Kepala dari tubuh-Nya. Amin.