Teguh Dalam Penderitaan

Minggu, Johor, 13 Agustus , 2017

Pdt. Evendy Tobing

Shalom,

Setiap dari kita pasti ingin diberkati Tuhan namun enggan bahkan menolak bila diberi penderitaan padahal Alkitab memberikan banyak contoh tidak ada berkat dan damai sejahtara tanpa melalui penderitaan. Apa nasihat Rasul Paulus kepada Timotius muda berkaitan dengan penderitaan? 2 Timotius 2:1-13 menuliskan, “Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu. Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal. Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."

Apa kriteria seseorang bergumul dalam penderitaan? Apakah menderita karena kelaparan, kemiskinan, gagal dalam bisnis, pengangguran, sakit penyakit bahkan kematian?

Isu yang berkembang saat ini mengatakan kesuksesan hidup jasmani menjadi bukti orang tersebut diperkenan Allah (Yoh. 10:10; Ul. 8:18), isu semacam ini merupakan falsafah teologi kemakmuran. Harus diakui murid-murid Yesus pun sulit menerima apa yang dimaksud Yesus tentang penderitaan. Dalam pengikutan bersama Gurunya, mereka ikut bersorak menyaksikan mukjizat-mukjizat yang diperbuat Gurunya dan nama mereka ikut terangkat tetapi saat Yesus memberitahu bahwa Ia akan menderita, Petrus langsung menarik dan menegur Yesus agar penderitaan dijauhkan dari-Nya. Apa respons Yesus? “Enyahlah Iblis.” (Mat. 16:21-23) Mengapa Yesus berkata begitu keras kepada Petrus? Karena konsep berpikir Petrus telah dirasuki Iblis dan ini adalah keinginan Iblis supaya Yesus tidak menderita dan mati agar kita akhirnya tidak terselamatkan. Jelas sekarang, tidak ada keselamatan tanpa penderitaan dan kematian. Terbukti, strategi yang dipasang oleh iblis dari sejak dahulu sampai hari ini ialah kalau boleh Yesus tidak menderita juga orang percaya tidak menderita bahkan lupa akan makna penderitaan itulah keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus.

Ayat-ayat Yohanes 10:10 dan Ulangan 8:18 sering dipakai oleh mereka yang menyesatkan namun kita tidak perlu risau karena Iblis juga menggunakan ayat-ayat Alkitab. Ayat-ayat ini digunakan untuk ‘meyakinkan’ bahwa orang percaya harus kaya dan sehat; jika miskin dan sakit-sakitan berarti tidak beriman kepada Yesus Kristus, masih berdosa dan tidak pantas didiami Roh Kudus.

Sesungguhnya terlalu naif bila Yohanes 10:10 dan Ulangan 8:18 berbicara tentang kemakmuran jasmani sebab Kitab Ulangan ditulis untuk mengulang peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya dengan tujuan mengingatkan generasi baru bangsa Israel yang tidak mengenal perbuatan TUHAN akan kegagalan-kegagalan yang dialami nenek moyang mereka dan kegagalan itu terus terulang sehingga Tuhan harus menegaskan bahwa mereka memperoleh kekayaan karena pemberian-Nya diawali dengan janji.

Jujur, isu ‘pemberitaan Firman’ tentang hidup kaya melimpah dan sehat walafiat sangatlah diinginkan oleh banyak orang sehingga pemberitaan Firman Pengajaran tidak laku. Sesungguhnya, penderitaan kemiskinan, sakit penyakit dan kematian merupakan fakta hidup yang dialami oleh setiap orang bukan karena tidak beriman.

Kalau begitu, apa kata Alkitab tentang penderitaan?

1. Penderitaan adalah kondisi seluruh manusia – percaya/tidak percaya, kaya/miskin, tua/muda (Rm. 8:22).

2. Penderitaan karena perbuatan dosa (1 Ptr. 2:20).

Berapa banyak dari kita menderita karena melakukan kekeliruan dan dosa di hadapan Tuhan? Misal: kita menyembah Tuhan sambil berurai air mata sementara hati sedang menyimpan kebencian kepada seseorang. Ini menjadi penderitaan kalau tidak diselesaikan.

3. Penderitaan adalah kasih karunia (Flp. 1:29; 1 Ptr. 2:19).

Perlu diketahui, untuk dapat percaya kepada Tuhan merupakan suatu kasih karunia. Buktinya, orang-orang Niniwe yang sangat jahat dan siap dihukum TUHAN (Yun. 1:2) langsung berkabung, berpuasa dan bertobat begitu mendengar peringatan Yunus bahwa 40 hari lagi kota Niniwe akan ditunggangbalikkan (Yun. 3:4-10).

Ternyata penderitaan juga termasuk kasih karunia dari Tuhan. Pernahkah kita memikirkan mereka yang hidup sangat menderita sementara kita hidup tenang tak berkekurangan apapun?

Mengapa kita harus menderita?

  • Karena Kristus telah memberikan teladan menderita demi kita agar kita mengikuti jejak-Nya (1 Ptr. 2:21-23). Ilustrasi: jangan menjadi komentator sepak bola yang tidak main tetapi pintar mengomentari seakan lebih baik daripada si pemain bola. Yesus tidak hanya berteori tetapi Dia telah memberikan teladan dalam penderitaan.
  • Dibalik penderitaan ada kemenangan. Apa yang dilakukan Yesus saat Ia dalam puncak penderitaan? Ia mengatakan, “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
  • Karena memberitakan Yesus Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati (2 Tim. 2:8). Itu sebabnya berita salib Kristus hampir tidak terdengar lagi diganti dengan berita kemakmuran dan janji berkat yang menyenangkan telinga. Dengan kata lain, kita tidak akan menderita bila berita yang kita sampaikan bukan mengenai Kristus yang tersalib. Namun Rasul Paulus tetap bersikukuh memberitakan Yesus Kristus tersalib dan karena itulah dia menderita (ay. 9).

Dalam menghadapi penderitaan, kita ikut menderita dan bersemboyankan ‘main dihambat, makin merambat’.

Menurut survei beberapa tahun lalu, gereja yang paling maju justru saat mengalami banyak tantangan. Ilustrasi: situasi yang paling menakutkan di laut terjadi ketika laut teduh dan cuaca cerah sebab awak kapal santai bahkan tidur; jauh berbeda saat cuaca buruk, semua terjaga dan siap serta waspada. Demikian pula, ketika kekristenan berada di zaman nyaman, mereka ‘tertidur’ dan sejarah membuktikan gereja tertidur selama 1000 tahun dan gereja menggelapkan dunia (tahun 500 – 1500). Sampai sekarang, ketika ‘kantong-kantong’ Kristen berada di zona-zona nyaman, gereja mengalami stagnasi tidak merambat/meluas.

Ketika masuk dalam penderitaan, kita harus bersikap seperti:

v Seorang prajurit yang siap berjuang.

Kita sekarang bukan lagi sekadar pengikut Kristus tetapi sebagai prajurit-Nya. Kita harus menjadi pelaku Firman Tuhan, mau ikut menderita atau mundur? Sebagai prajurit yang siap maju berperang ada aturannya, antara lain: jika takut perang disuruh pulang, yang baru menikah juga tidak boleh perang karena peperangan membutuhkan konsentrasi penuh dll. (Ul. 20:3-8).

Pemberita Injil boleh menderita bahkan dibelenggu seperti seorang penjahat tetapi Firman Allah tidak terbelenggu (2 Tim. 2:9).

Bagaimana sikap orang percaya dalam berjuang? Tidak memusingkan diri dengan soal-soal penghidupan agar berkenan kepada komandannya (ay. 8). Dia juga harus mempunyai ambisi kudus untuk beroleh kemenangan. Ilustrasi: seorang teknisi servis jam harus ikut perang karena wajib militer. Saat ada gencatan senjata perang berhenti untuk sementara waktu, teknisi ini ‘buka’ servis jam untuk mengisi waktu daripada menganggur. Teman-teman yang mengetahui keahliannya datang membawa jam untuk diperbaiki olehnya. Teknisi ini sibuk memperbaiki jam-jam sementara teman-temannya memperbaiki dan mempersiapkan senjatanya masing-masing. Ketika gencatan senjata dicabut dan perang dimulai kembali, orang pertama yang mati ialah teknisi jam karena dia tidak mempersiapkan senjatanya tetapi sibuk dengan penghidupannya sehari-hari. Tentu ini tidak berarti kita melakukan pelayanan lalu melupakan keluarga kita. Semua harus diatur dengan baik sehingga tidak menghalangi pelayanan.

v Seorang olahragawan yang disiplin dan tekun berlatih. Dengan kata lain, dia siap pakai kapan pun karena sudah terlatih. Ingat, tidak ada keberhasilan tanpa kedisiplinan.

Apa yang menghambat kita untuk berlatih? Beban menghambat kecepatan dalam perlombaan lari (Ibr. 12:1).

Kita adalah pelari ‘profesional’ yang sangat dihargai karena tidak ditonton/disaksikan oleh ‘kaum awam’ tetapi oleh ‘teladan-teladan iman’ yang telah menjadi ‘juara-juara dunia’. Segala beban dosa harus ditanggalkan dan kehidupan kita harus murni serta transparan di hadapan Tuhan supaya berita yang kita sampaikan benar karena didengar oleh saksi – pahlawan-pahlawan iman – yang sudah terlebih dahulu melakukannya. Mereka tidak dapat dibodohi!

v Seorang petani yang harus bekerja keras agar dapat menikmati hasil usahanya.

Seorang teolog besar mengatakan dosa paling serius adalah kemalasan sebab orang malas tidak akan dipakai di mana-mana. Untuk mendapatkan hasil panen, seorang petani harus bekerja keras mulai dari awal hingga akhir.

2 Timotius 4:2a menuliskan, “Beritakan firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,” Bagaimana kita dapat siap kalau kita tidak bekerja keras?

Aplikasi: seorang pemberita Firman harus mempersiapkan materi khotbah setiap saat bukan hanya ketika ada jadwal untuk khotbah. Perhatikan, apa pun yang kita kerjakan secara asal-asalan tanpa usaha keras tidak akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan.

Bagaimana kita menghadapi penderitaan?

Ø Kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus (2 Tim. 2:1).

Rasul Paulus menegaskan penderitaan lahiriah yang makin merosot dianggapnya ringan dan tidak sebanding dengan pembaruan manusia batiniah serta kemuliaan kekal yang akan diperolehnya (2 Kor. 4: 8-10, 16-17).

Ø Sabar menanggung semuanya bagi orang-orang pilihan Allah (ay. 10a).

Aplikasi: bila kita mengerti bahwa pelayanan adalah kasih karunia dari Tuhan, kita akan bersyukur dan mampu bersabar mengendalikan ego yang memengaruhi kita sehingga pelayanan kita menjadi berkat sekalipun harus menderita.

Ø Fokus pada tujuan dengan mata tertuju kepada Yesus (Ibr. 12:2).

Ketika seorang pelari melihat pelatih berdiri di belakang garis finish, dia akan berlari sekencang mungkin namun saat dia merasa paling depan, matanya tidak fokus lagi kepada si pelatih dan mulai menoleh sedikit kebelakang, tanpa disadari ada sedikit rumput terkait di kakinya membuatnya terjatuh dan dia dilewati oleh pelari yang lain. Itu sebabnya jangan pernah menoleh ke belakang lagi, semua yang sudah kita kubur adalah ‘bau’ jangan digali lagi. Semua keberhasilan dan kegagalan yang sudah kita tinggalkan jangan dilihat lagi tetapi fokuslah terhadap yang di depan. Perhatikan, tujuan kita ditentukan sekarang ini bukan nanti!

Ø Kuat dalam berpengharapan (2 Tim. 2:10b).

Seorang petani berharap mendapatkan panen raya sebagai hasil dari kerja kerasnya; sebaliknya, prajurit yang mundur sebelum perang berakhir tidak akan pernah melihat kemenangan; atlet yang berhenti sebelum pertandingan berakhir tidak akan mendapatkan medali.

Marilah kita menjadi pelaku Firman Tuhan dengan membagikan karunia dan talenta kita, jangan puas lalu berdiam diri karena di luar banyak orang membutuhkan kita. Ingat, keberhasilan gereja tidak terletak pada banyaknya jumlah jiwa di dalam gereja tetapi ketika semua jemaatnya aktif dalam pelayanan.

Bila sampai saat ini kita belum merasakan penderitaan Kristus, sesungguhnya kita belum menjadi pengikut-Nya. Jika kita menderita karena dosa, apa bedanya kita dengan mereka yang belum/tidak mengenal Kristus? Kita harus bersikap mau menderita karena Kristus telah menderita lebih dahulu demi kita. Amin.