Benarkah Anda Menyembah Yesus?

Lemah Putro, Minggu, 13 Agustus 2017

Pdm. Stephanas Budiono

Shalom,

Yakinkah Anda bahwa Kristus adalah Gembala yang menggembalakan kita? Hanya kepada Dia, bukan yang lain, kita patut menyembah! Jujur, dalam kehidupan nyata sehari-hari sulit bagi kita untuk fokus memosisikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat sekaligus Gembala Agung kita satu-satunya.

Keluaran 30:6-9 menuliskan, “Haruslah kautaruh tempat pembakaran itu di depan tabir penutup tabut hukum, di depan tutup pendamaian yang di atas loh hukum, di mana Aku akan bertemu dengan engkau. Di atasnya haruslah Harun membakar ukupan dari wangi-wangian; tiap-tiap pagi apabila ia membersihkan lampu-lampu haruslah ia membakarnya. Juga apabila Harun memasang lampu-lampu itu pada waktu senja, haruslah ia membakarnya sebagai ukupan yang tetap di hadapan TUHAN di antara kamu turun-temurun…”

Mazbah Pembakaran Ukupan dalam pengajaran Tabernakel berkaitan dengan penyembahan. Mazbah ini ditempatkan tepat di hadapan Allah yang bertakhta di atas Tabut Hukum (~ Tabut Perjanjian). Di tempat yang begitu dekat dengan takhta Allah, di hadapan Pribadi Yang Mahakuasa, tidak ada hal lain yang dapat dilakukan manusia selain menyembah. Musa secara pribadi bertemu Tuhan dan mendengar Firman-Nya. Harun sebagai imam besar (pemimpin ibadah yang paling tinggi) tidak berbicara dengan Allah tetapi membakar ukupan yang mengeluarkan bau wangi di hadapan-Nya. Jelas, penyembahan menyangkut masalah satu pribadi (seseorang) dan Tuhan. Namun kenyata-annya, banyak ‘perantara’ di antara kita dengan Tuhan yang mengganggu/menghalangi penyem-bahan dan doa kita dengan-Nya seperti: masalah keluarga, keuangan, kesehatan dsb. sehingga kita tidak fokus waktu berdoa dan menyembah Dia. Kita dengan lantang menyanyi dan memuji Dia sebagai satu-satunya Pribadi yang kita percaya dan andalkan serta Sumber kekuatan maupun pengharapan tetapi faktanya kita masih berusaha mengatur segala sesuatu tanpa melibatkan-Nya atau memaksa supaya sesuatu diwujudkan-Nya sesuai kehendak kita.

 

Jauh sebelum Mazbah Pembakaran Ukupan dibuat, bangsa Israel yang keluar dari negeri perbudakan di Mesir telah diperingatkan Allah, “Jangan ada padamu allah (elohim) lain di hadapan-Ku.” (Kel. 20:3)

Siapa dapat menjadi ‘allah lain’ yang menghalangi kita ‘bertemu’ dengan Tuhan? Bila kita memosisikan sesuatu atau seseorang yang dianggap ‘Allah’ tetapi sebenarnya elohim yang lain. Waspada, kita tanpa sadar dapat memosisikan diri sebagai ‘allah’ karena menentukan kebenaran sendiri dan memutarbalikkan kebenaran Firman. Dapat dibayangkan betapa kecewa tak terkatakan bila pada hari akhir Tuhan mengatakan kita salah menyembah!

Bagaimana kita mengetahui bahwa tidak ada allah lain di hadapan TUHAN? Bila pemahaman kita tidak meningkat, kita akan menempatkan allah lain di hadapan-Nya sebab Roh Kudus yang ada dalam orang percaya (termasuk kita) akan terus menggerakkan kita untuk bertumbuh dewasa rohani.

Perlu diketahui perbandingan utama antara allah lain dengan Allah yang hidup terletak pada atribut dan karya-Nya. Atribut Allah yaitu:

  • Allah itu eksis sendiri, sumber kehidupan Allah ada dalam diri-Nya sendiri dan tidak bergantung pada hal di luar diri-Nya (bnd. Kej. 1:1; Yoh. 1:1-4; 5:26; Mzm. 36:10).
  • Allah tidak berubah – keputusan-Nya, kebenaran-Nya, pengetahuan-Nya dan maksud-Nya tidak berubah. Manusia dapat berubah tetapi Ia dapat diandalkan dan selalu komitmen serta memenuhi janji-Nya (Bil. 23:19).
  • Allah tidak terbatas, Ia sempurna, kekal dan tidak terbatasi oleh alam semesta. Ia maha-kuasa dan mahahadir (Yer. 32:27; Mzm. 40:6; 89:3; 145:6).
  • Allah itu hanya satu, Firman-Nya satu dan Roh-Nya satu (Kej. 1:1-3; Yoh. 1:1-4; 5:44; Ul. 6:4; 4:39; Yes. 44:6; 45:5; Mrk. 12:29; 1 Kor. 8:4; Yak. 2:19).

Karya Allah:

v Keselamatan.

Allah membawa keluar bangsa Israel dari tanah Mesir tempat mereka diperbudak (Kel. 20:2b) untuk dijadikan ‘harta kesayangan-Nya’ dan kerajaan imam serta bangsa yang kudus (Kel. 19:3-6). Anehnya, dalam perjalanan di padang gurun mereka teringat kembali akan Mesir (Bil. 11:4-6) padahal kenikmatan makanan di Mesir diperolehnya karena bekerja sebagai budak.

Introspeksi: kita dahulu juga diperbudak oleh dosa (Rm. 6:6), apakah sekarang kita mau kembali kepada perbudakan dosa dan tradisi? Kita harus meninggalkan ‘mental budak’ setelah dimerdekakan oleh Kristus melalui pengurbanan-Nya disalib! Rasul Paulus menegur jemaat Galatia (juga kita) untuk tidak kembali pada kuk perhambaan setelah dimerdekakan oleh Kristus (Gal. 5:1-3, 6-13). Juga sebagai imam, hendaknya pelayanan kita tulus tanpa paksaan maupun motivasi-motivasi tersembunyi. Ingat, kita tidak boleh mempunyai allah lain (uang, kedudukan, hobi, koleksi, kepandaian, ketrampilan bahkan kita sendiri) yang menggantikan posisi Allah. Dengan demikian, kita dapat menyembah Dia dengan sepenuh hati, segenap jiwa dan seluruh kekuatan.

v Ciptaan-Nya.

Allah menciptakan seluruh alam semesta bukan untuk dijadikan ‘patung’ dan disembah (Kel. 20:4-5). Waspada, jangan membangun kebiasaan demi kebiasaan dengan menjadikan karya ciptaan-Nya sesembahan kita, Allah yang cemburu akan membalas sampai keturunan ketiga dan keempat. Contoh:

- Ketamakan akan harta sebab kehidupan seseorang tidak tergantung pada kekayaannya (Luk. 12:13-21). Manusia tidak dapat mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan; oleh sebab itu jangan menggantungkan masa depan pada karya ciptaan-Nya, bukan kepada Sang Pencipta, karena ketamakan/keserakahan sama dengan penyembahan berhala (Kol. 3:5).

- Kegiatan pelayanan (bernubuat, mengusir setan, mengadakan banyak mukjizat dll.) yang berakhir sia-sia sebab Tuhan tidak mengenalnya bahkan dianggap sebagai pembuat kejahatan (Mat. 7:21-23). Ingat, Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya dan setiap orang yang menyebut Nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan (2 Tim. 2:19)!

Sekarang kita mengetahui siapa Allah, karya keselamatan-Nya serta jangan salah kaprah memberdayakan berkat atau ciptaan-Nya. Dengan kemahakuasaan-Nya Dia berkuasa mengerjakan pekerjaan spektakuler di pemandangan manusia. Namun kebesaran-Nya justru dinyatakan melalui mahakarya keselamatan di dalam Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Mahakarya yang tidak pernah timbul dalam hati manusia. Allah yang mahabesar mengambil rupa hamba bahkan mati di atas salib. Yesus, hamba Tuhan yang ditolak, dihina, dianggap kena tulah, tidak masuk hitungan manusia, padahal Ia menanggung segala sengsara dan penderitaan demi manusia berdosa. Hanya Allah yang berkuasa dan mampu melakukan hal itu. Yesus saja yang layak ditinggikan, disanjung dan dimuliakan (Yes. 52:13-15; 53:1-5).

Oleh Yesus Kristus, kita dijadikan satu Tabernakel yang didiami oleh satu Roh Kudus. Buanglah cara pikir lama dan belajarlah berpikiran baru bersama Tuhan karena Dia tidak terbatas, tidak berubah, hanya satu dan ada dari awal. Kita memiliki Allah yang telah menyelamatkan kita dan karya keselamatan-Nya membuat kita menjadi baru. Oleh sebab itu jangan terikat harta dunia dan segala ciptaan-Nya yang akan musnah. Hendaknya hati kita tidak menjadi tamak tetapi hati yang telah diperbarui sehingga suka memberi (dengan rela) dan penuh sukacita bagi Tuhan. Biarlah kasih Kristus mengurapi, menaungi dan memenuhi hati serta kita memanfaatkan ibadah untuk men-dengarkan Firman Allah dan bertobat. Kalau masih ada ikatan allah lain, ungkapkan kepada Tuhan dan akui dengan jujur maka Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan kita dengan berdoa kepada Allah (Rm. 8:26).

Bila kita mengenal siapa Allah juga perbuatan-perbuatan hebat yang dilakukan-Nya, penyembahan kita sudah pada sasaran yang benar dan pelayanan kita tidak akan ditolak-Nya. Amin.