Hidup Yang Sesuai Dengan Janji Di Dalam Kristus Yesus

Pdm.Setio Dharma Kusuma, Johor, Minggu, 8 Juli 2018

Shalom,

Perlu diketahui, ketika seseorang terpilih menjadi Presiden, pada dirinya juga terpanggil untuk berbuat sesuatu bagi negaranya. Dia pasti sudah memikirkan apa yang harus dikerjakan selama masa jabatannya. Sebelum pemilihan, dia sudah membuat kebijakan-kebijakan (program kerja) untuk membenahi negaranya yang akan dilaksanakan saat menjadi Presiden. Contoh: harga BBM di Papua sudah bisa sama dengan daerah-daerah di Indonesia lainnya; kebijakan ini mengacu pada dasar sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jelas, Presiden bertindak karena ada dasarnya. Dia tidak main aturan sendiri dalam memutuskan sesuatu tetapi berdasarkan peraturan dan undang-undang yang berlaku.

Berkaitan dengan panggilan, apa yang Rasul Paulus katakan dalam suratnya di Efesus 4:1-3? “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling mem-bantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:”

Dalam hal ini Rasul Paulus memberikan nasihat (ay 1), bukan suatu perintah bernada paksaan, dan tercetus dalam kata-katanya “hendaklah” dan “berusahalah” (ay 2-3). Berarti kata-kata ‘hendaklah rendah hati’ bukanlah suatu keharusan tetapi merupakan suatu pertumbuhan rohani dari orang yang hidupnya berpadanan dengan panggilan. Orang yang terpanggil hendaknya memiliki sifat rendah hati, lemah lembut, sabar, ada kasih dalam hal membantu, berusaha memelihara kesatuan roh, berusaha ada ikatan damai sejahtera. Dengan kata lain, dalam pelayanan berusahalah menyatu tidak cekcok dan tidak mudah marah, berusaha saling membantu bukan malah minta diperhatikan. Ini merupakan hasil pertumbuhan dalam diri orang tersebut berpadanan dengan panggilannya.

Panggilan inilah yang menjadi dasar (ketentuan/undang-undangnya) bagi Rasul Paulus dalam mena-sihati untuk rendah hati, lemah lembut, sabar, ada kasih dalam hal membantu serta memelihara kesatuan. Panggilan apa yang dimaksud oleh rasul Paulus? Yaitu: karena berita Injil orang-orang non-Yahudi (bangsa kafir) turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh juga peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus (Ef. 3:6).

Janji apa yang kita, bangsa non-Yahudi, terima di dalam Kristus Yesus?

1. Kita dipilih oleh Allah sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (Ef. 1:4).

Allah pasti mempunyai tujuan ketika memilih kita yaitu agar kita hidup kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Jika kita hidup dalam kekudusan sesuai dengan kehendak-Nya, kita tidak sukar/berat menjalankan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sebaliknya, dosa menye-babkan kita sulit untuk rendah hati, lemah lembut dan sabar menghadapi suami, istri, anak dll.

2. Kita beroleh penebusan yaitu pengampunan dosa oleh darah-Nya (Ef. 1:7-8).

Di dalam Kristus kita beroleh pengampunan dosa; berarti, di luar Kristus tidak ada penebusan. Pengampunan dosa berlaku hanya bagi mereka yang percaya bahwa Kristus telah mati dan bangkit untuk menebus dosa mereka. Ini tidak berlaku bagi semua orang yang mengaku Kristen tetapi sesungguhnya mereka tidak percaya akan kematian-kebangkitan Kristus, terlihat dari ‘buahnya’.

3. Kita yang telah mendengar Firman kebenaran, Injil keselamatan, dan percaya kepada-Nya dime-teraikan dengan Roh Kudus. Dan Roh Kudus adalah jaminan bagi kita untuk beroleh seluruh-nya yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah (Ef. 1:13-14).

Roh Kudus yang menolong kita untuk mampu berbuat lemah lembut, rendah hati dan sabar, bukan otak dan hasrat keinginan diri sendiri. Juga hanya di dalam Kristus ada pemeteraian Roh Kudus.

Introspeksi: apakah kita masih tidak bisa sabar, tidak bisa rendah hati, asal-asalan dalam pelayanan tanpa ada tanggung jawab? Ini berarti kita di luar Kristus. Kita tidak berpadanan dengan panggilan itu.

4. Kita dibangkitkan/dihidupkan dari kematian (oleh kesalahan-kesalahan kita) dan diberikan tempat bersama dengan-Nya di Surga (Ef. 1:20; 2:4-6).

Di dalam Kristus ada kebangkitan dari kematian. Jadi, kalau ada kematian dalam anggota keluarga kita, kesedihan pasti tak terelakkan namun tetap ada penghiburan bahwa suatu kali kelak kita pasti ketemu. Berbeda dengan kematian orang yang tidak mengenal Tuhan, keluarga dan sanak saudara menangis histeris karena merasa kehilangan untuk selamanya. Tentu menangis karena duka tidak dilarang tetapi percayalah akan janji kebangkitan bagi kematian orang percaya di dalam Kristus.

5. Kita diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya supaya kita hidup di dalamnya (Ef. 2:10).

Pekerjaan baik apa yang dilakukan oleh orang di dalam Kristus? Selain pekerjaan pelayanan, tentu juga di pekerjaan dalam mencari nafkah yang tidak bersentuhan dengan dosa perbuatan daging seperti: korupsi, penggelapan, penipuan, mabuk-mabukan, perzinaan, dsb.

6. Kita yang dahulu ‘jauh’ sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. Tembok pemisah, perseteru-an, dirubuhkan dan dua pihak dipersatukan (Ef. 2:13-18).

Bagaimana dapat rendah hati, lemah lembut dan sabar bila masih menyimpan perseteruan? Orang yang hidupnya berpadanan dengan panggilan tidak suka dan tidak mau menimbulkan perseteruan.

Aplikasi: hendaknya kita menjauhi perseteruan untuk dapat hidup damai, menyatu dan berbuat kasih. Ingat, 1 musuh sudah terlalu banyak tetapi 1000 teman terlalu sedikit.

7. Kita tersusun rapi dibangun menjadi bait Allah yang kudus tempat kediaman-Nya di dalam Roh (Ef. 2:21-22).

Jangan menyediakan diri sebagai tempat kediaman ‘ego’ yang tidak mau rendah hati, tidak mau lemah lembut dan tidak sabaran meskipun bertopengkan ayat-ayat Firman Tuhan.

Di era Tabernakel Musa (Perjanjian Lama), Allah berhadirat di Tempat Mahakudus. Hanya imam besar Harun yang diperbolehkan masuk ke dalamnya, itupun hanya satu tahun sekali. Namun semua ini digenapi dengan pengurbanan Yesus Kristus di atas salib. Ia hanya satu kali saja mem-persembahkan darah-Nya sendiri (Ibr. 9:24-26) dan jalan keselamatan terbuka lebar bagi kita.

Introspeksi: sudahkan kita menyediakan hati menjadi tempat kediaman Tuhan? Atau hati dan pikiran kita lebih mengedepankan ide, hasrat, keinginan kita daripada Firman-Nya? Apakah keinginan dan ide kita bertujuan memuliakan Tuhan? Atau justru ide kita dibungkus dengan ayat-ayat Firman Tuhan untuk memuliakan/ menonjolkan diri sendiri?

8. Kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya (Ef. 3:12).

Hubungan kita terbuka saat kita percaya kepada Yesus Kristus juga kepada Allah Bapa penuh kasih yang menguduskan kita. Bahkan Yesus saat menjadi Manusia mengajarkan doa ‘Bapa Kami’ sehingga relasi kita makin baik dan dekat kepada-Nya melalui doa. Semua ini karena Kristus yang mengerjakannya.

8 poin yang sudah diuraikan di atas menjadi dasar sehingga tidak lagi ada alasan bagi kita untuk tidak mengikuti nasihat Firman Tuhan yang ditulis oleh Rasul Paulus.

Meskipun berupa nasihat, Paulus mengatakan, “hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar, tunjukkan kasih dalam hal membantu” berarti semuanya itu tidak dilakukan kala sedang in the mood yang dipengaruhi oleh suasana hati; mau senang atau saat hati galau, selalu berusaha.

Hendaknya kita yang telah dipilih oleh Allah sungguh-sungguh memberikan hidup berpadanan de-ngan panggilan. Kita memohon kekuatan dari-Nya untuk dapat menjalani apa yang diinginkan oleh-Nya sehingga kita didapati tak bercacat di hadapan-Nya dan layak bersanding dengan-Nya di Yerusalem baru selamanya. Amin.