Memahami Kasih Karunia Kristus yang Melimpah

Pdm. Sukarjo Sutioso, Johor, Minggu, 24 Juni 2018

Shalom,

Kita baru saja mengakhiri liburan panjang, ada yang mengisi liburan dengan bepergian ke luar kota, ada pula yang beristirahat santai di rumah. Banyak peristiwa terjadi baik perjalanan yang menyenangkan seperti tidak terjadinya kemacetan parah di mana-mana namun ada pula perjalanan mengerikan yang menimpa kapal motor Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba dalam perjalanan ke Pulau Samosir akibat kelebihan kapasitas. Bagaimana dengan perjalanan hidup rohani kita?

Kondisi dan situasi apa pun boleh terjadi tetapi kita harus tetap ingat pesan Rasul Paulus dalam suratnya di Efesus 3:14-19, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus dan dapat mengenal kasih itu sekalipun ia melampaui segala penge-tahuan. Aku berdoa supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”

Frasa “Itulah sebabnya” mengacu pada ayat sebelumnya, “Sebab itu aku minta kepadamu supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.” (ay.13)

Rasul Paulus di penjara dan sebentar lagi akan dieksekusi mati. Heran, Rasul Paulus sujud kepada Bapa bukan untuk dirinya sendiri agar dilepaskan dari penjara tetapi mendoakan jemaat Efesus agar mereka tidak tawar hati. Rasul Paulus tahu tentang perjalanan hidup mereka. Saat itu Paulus datang ke Efesus, kota yang penuh dengan penyembahan berhala. Dia memberitakan tentang Kerajaan Surga dan Yesus Kristus namun orang-orang disana menolaknya karena pemberitaannya mengancam sumber penghidupan mereka. Demetrius, tukang perak yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak, menjadi provokator yang menggerakkan pekerja-pekerja lain untuk menolak Paulus (Kis. 19:24-28). Ternyata ada pula orang-orang Efesus yang bertobat dan percaya kepada Kristus Yesus. Mereka disebut orang-orang kudus (Ef. 1:1).

Introspeksi: Apakah kondisi kita lebih baik dari jemaat Efesus yang beroleh kasih karunia keselamatan di dalam Yesus Kristus? Setiap dari kita mempunyai kesaksian pribadi bagaimana kita dijangkau Tuhan untuk mengenal Dia dan diangkat dari kegelapan dosa masa lalu.

Dan Rasul Paulus mempunyai pengalaman sendiri mengenai perjalanan hidupnya dalam pengenalannya akan Yesus. Dia orang Israel asli, disunat pada hari kedelapan, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, orang Farisi dalam menaati hukum Taurat (Flp. 3:5-6) dan dididik oleh Gamaliel (Kis. 22:3). Dia sangat membenci pengikut-pengikut Yesus dan berusaha membunuh mereka. Dia setuju melihat Stefanus dibunuh (Kis. 7:58 – 8:1a,3). Namun setelah berjumpa dengan Yesus dan dipenuhi Roh Kudus, Paulus berubah total dan menjadi pengikut-Nya yang militan.

Introspeksi: Sudahkah kita mengalami keubahan hidup setelah bertahun-tahun mengikut Dia? Atau kita masih suka menghakimi bahkan ‘membunuh’ anak-anak Tuhan lainnya melalui kata-kata kita yang pedas menyakitkan?

Rasul Paulus sangat peduli terhadap jemaat Efesus. Ada tiga hal doa yang dimohonkan Rasul Paulus agar mereka tetap setia dalam perjalanan mengikut Tuhan, yaitu :

1. Roh Kudus menguatkan dan meneguhkan sehingga oleh iman mereka Kristus diam dalam hati dan mereka berakar di dalam kasih (ay.16-17).

Sebagai ahli Taurat, Rasul Paulus pasti mengetahui sejarah bangsa Israel termasuk kisah Yosua. Musa mengestafetkan tongkat kepemimpinannya kepada Yosua yang setia mengikutinya. Yosua pasti gemetar ketakutan dan merasa tidak mampu memimpin bangsa Israel seperti tuannya (Musa) juga melihat tegar tengkuknya bangsa Israel selama dia mendampingi Musa memimpin mereka. Itu sebabnya TUHAN mengatakan kepada Yosua, “Kuatkan dan teguhkan hatimu sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini… kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh bertindak hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu…” (Yos. 1:6-7) Dan sampai menjelang akhir hidupnya, Yosua dengan mantap mengatakan bahwa dia dan seisi rumahnya tetap beribadah kepada Tuhan (Yosua 24:15b).

Paulus juga rindu mengestafatkan pemberitaan Injil kepada jemaat Efesus. Untuk itu dia menekankan perlunya Roh Kudus menuntun mereka agar teguh dan kuat supaya tidak kembali pada jalan kehidupan mereka yang lama.

Aplikasi: Kita harus giat bekerja melayani Tuhan dan perlu Roh Kudus yang menguatkan dan meneguhkan kita dalam menghadapi banyak ancaman dan godaan yang dapat membuat kita kecewa dan sedih. Berimanlah seperti Yosua yang mantap memutuskan kita dan seisi rumah tetap beribadah kepada Tuhan apapun yang terjadi sampai akhir hidupnya.

2. Mereka bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami betapa lebar, panjang, tinggi dan dalamnya kasih Kristus (Ef. 3:18-19a).

Rasul Paulus menekankan kita bersama-sama memahami (= mengerti betul dan sungguh-sungguh) apa yang diperbuat Yesus Kristus mati di atas kayu Salib. Kalau hanya sekadar percaya, Iblis juga percaya dan dapat membuat mukjizat. Jadi kita harus meningkat pada Injil keselamatan. Kalau ada jalan lain, Yesus tidak perlu datang ke bumi untuk menyelamatkan kita. Biarlah kita memahami Injil Kese-lamatan ini dengan benar di dalam perjalanan hidup ini sambil menantikan kedatangan Yesus yang kedua kali. Kita melakukan ini secara bersama-sama, tidak sendiri-sendiri agar saling menguatkan. Buktinya, para murid Yesus yang telah mengikuti Dia selama 3½ tahun belum/tidak mengenal-Nya dengan baik. Misal:

- Ketika mereka bersama Yesus menyeberang danau, tiba-tiba mengamuklah topan dengan dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu sehingga perahu mulai penuh dengan air. Mereka sangat ketakutan dan membangunkan Yesus yang sedang tidur di buritan (Mrk. 4:35-33).

- Mereka tidak mengerti perkataan Yesus tentang Anak Manusia yang akan diserahkan ke dalam tangan manusia (berita salib) tetapi malah bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka (Luk. 9:45-46). Mereka sibuk memikirkan hal-hal jasmani.

- Ketika Maria Magdalena, Yohana, Maria ibu Yakobus dll. memberitahukan murid-murid Yesus bahwa Ia sudah bangkit Yesus bangkit dari kematian, mereka tidak percaya dan dianggap omong kosong (Luk. 24:1-11). Bagaimanapun juga Yesus tetap mengasihi mereka. Ia menemui mereka dan sikap mereka berubah setelah mata rohaninya disingkapkan.

Aplikasi: hendaknya kita mengikut Yesus dan mengenal-Nya dengan baik. Jangan mengikut Dia dengan motivasi lain, misal: supaya kita sukses dan kaya meskipun menjadi kaya itu tidak dosa. Hati-hatilah agar tidak terjerat oleh pemberitaan injil lain dan ajaran-ajaran sesat karena kita tidak suka dengan berita salib. Kita percaya bahwa Yesus setara dengan Allah dan tujuannya ke bumi untuk menye-lamatkan manusia berdosa (Flp. 2:5-11). Biarlah kita saling menguatkan dalam menantikan kedatangan-Nya untuk kedua kalinya.

3. Mereka dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah (Ef. 3:19b). Allah, Sang Pencipta, memiliki segala sesuatu, apa yang tidak dapat dipenuhi oleh-Nya? Ilustrasi: jika Allah ibarat lautan, kita adalah bejana yang sangat mudah untuk dipenuhi oleh-Nya. Namun ingat, Allah itu kudus dan Ia menghendaki kita kudus (1 Ptr. 1:16). Jadi, hidup kita harus dikuduskan lebih dahulu agar dapat dipenuhi oleh-Nya.

Aplikasi: Hendaknya kita mempersilakan Allah ‘menenggelamkan’ kita dalam kepenuhan kekudusan-Nya sehingga kita timbul sebagai manusia baru yang kudus dan tak cacat di hadapan-Nya sesuai rencana-Nya (Ef. 1:4). Sebagai manusia baru kita harus berubah dengan tidak melakukan dosa lama dan hidup menurut standar Allah yang kudus.

Kita harus paham bahwa Injil keselamatan dan hidup dalam kekudusan saling berkaitan. Jujur, dalam perjalanan kehidupan kita masih banyak kekurangan dan penuh dosa. Cepat mohon ampun kepada-Nya untuk disucikan kembali oleh-Nya. Bila kita mengenal Allah yang adalah Kasih (1 Yoh. 4:8,16), kita akan mengasihi orang-orang yang belum mengenal Dia seperti Paulus setelah mengenal Yesus dia mengasihi bangsa kafir yang dahulu dibencinya.

Kita juga memahami pentingnya Roh Kudus yang menuntun kita di jalan kebenaran karena Dia adalah pribadi Allah Tritunggal. Perhatikan, jalan hidup yang kita tempuh tidak selalu mulus, hadapi hambatan dalam pelayanan dengan damai sejahtera tanpa sungutan dan kekecewaan.

Biarkan Ia menguji dan mengenal pikiran kita untuk melihat apakah jalan kita serong dan menuntun kita di jalan yang kekal (Mzm. 139:23-24). Ia mengetahui setiap gerak-gerik hidup kita bahkan sejak dalam kandungan (Mzm. 139:1-3,13-18).

Sungguh kita tidak akan pernah mampu menjangkau pikiran Allah dengan pikiran kita yang terbatas! Biarlah dalam pengikutan kita kepada Tuhan, kita senantiasa me-mohon pertolongan Roh Kudus agar pribadi Yesus – Sang Firman – ada di dalam kita dan Allah Bapa menyelidiki pikiran kita untuk tetap berada di jalan benar menuju Yerusalem baru. Amin.