• KEKUATAN PENGHARAPAN PADA FIRMAN (JOHOR)
  • Mazmur 119:145-152
  • Johor
  • 2025-04-13
  • Pdp. Mario Gani
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1746-kekuatan-pengharapan-pada-firman-johor
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Logikanya manusia dapat hidup karena masih bernapas, jantungnya masih berdetak, paru-parunya berfungsi dengan baik, masih suka makan dsb. Namun sesungguhnya manusia hidup bukan hanya seperti kendaraan yang dapat berjalan karena spare partsnya bagus, bahan bakarnya ada dll. tetapi lebih dari itu manusia membutuhkan pengharapan untuk dapat bertahan hidup. Ilustrasi: bayi yang baru lahir memang bisa hidup karena ia bernapas dan menangis. Namun saat digendong oleh ibunya untuk diberi air susu, di alam bawah sadar dia mempunyai harapan untuk hidup. Dia memandang wajah ibunya dan merasakan sosok yang mampu memberikan rasa aman, pengayoman dan perlindungan. Terlebih lagi ketika mendengar suara ibunya dan merasakan belaian tangannya, dia merasa tenang dan berpengharapan.

Bayi mungil yang tidak berdaya benar-benar menyandarkan pengharapannya untuk hidup hanya kepada ibunya. Selama sembilan bulan berada di dalam rahim ibunya, dia dalam keadaan nyaman dan aman, hangat, tidak silau oleh cahaya dan mendapatkan makanan langsung dari tali pusat. Penderitaan hidup dimulai ketika dia lahir dan harus pindah ke lingkungan asing yang berbeda dan ini sangat menentukan apakah ia dapat bertahan hidup atau tidak. Dia membutuhkan kekuatan dan daya juang yang bisa didapatkan dari ibunya. Sang ibu memberikan dia keamanan, pengayoman dan ini adalah kekuatan suatu pengharapan. 

Diperkirakan pemazmur 119 menulis dalam kondisi dan situasi sulit tanpa pengharapan yang dialami bangsa Israel pada masa pembuangan di Babel akibat dosa pemberontakan mereka terhadap Allah. Untuk itu Tuhan terpaksa mendisiplinkan mereka pada situasi asing yang membuatnya menderita. Secara materi, bangsa Israel tepatnya suku Yehuda tidak begitu menderita seperti saat nenek moyangnya berada di perbudakan Mesir. Memang mereka kehilangan materi tetapi masih cukup sejahtera sebab Tuhan memerintahkan mereka membangun rumah, menanami ladang-ladang, mengawinkan anak-anak mereka dan hidup menjadi berkat di sana (Yer. 29:5-7). Hidup mereka di sana berkecukupan secara materi namun penderitaan yang sangat berat menyangkut batin mereka. Mereka sebelumnya adalah suatu kerajaan yang selalu berkemenangan dalam peperangan, punya negeri yang subur, memiliki raja yang hebat; tetapi tiba-tiba harga diri, kebanggaan, kejayaan dan kemerdekaan mereka direnggut akibat tegar tengkuk dan pemberontakan mereka. Tuhan terpaksa menempatkan mereka pada kondisi tanpa pengharapan dan mendidik mereka menjadi pribadi yang menyadari bahwa hanya Firman Tuhanlah kekuatan dan pengharapan mereka. Tidak ada lagi yang diharapkan kecuali Tuhan.

Tak heran pemazmur begitu fanatik pada Firman, mulai ayat 1 – 176 tidak ada satu pun terluput dari cintanya terhadap Firman. Tampaknya Tuhan membentuk mereka bagaikan seorang bayi tidak berdaya menghadapi penderitaan. Mereka dapat bertahan hidup dan kuat di dalam pengharapan kepada Firman yang menjanjikan mereka pembebasan 70 tahun kemudian.

Introspeksi: apakah kita berada dalam situasi yang menyesakkan? Menderita penyakit parah tidak dapat disembuhkan? Di-PHK? Ditipu dan dikhianati? Usaha gagal total dll? Tuhan izinkan semua terjadi agar pengharapan kita kembali kepada Tuhan bukan pada kekayaan dan kepandaian kita. Ia mau memurnikan pengharapan kita. 

Apa ciri-ciri orang yang berpengharapan pada Firman menurut Mazmur 119:145-152?

  • Tetap berharap dengan sikap hormat dan takut kepada Tuhan (ay. 145-146).

Pemazmur tetap berharap kepada Tuhan meskipun sepertinya Tuhan belum menjawab permohonannya – belum menyelamatkan dan belum menolong masalahnya.

Dapat dibayangkan menantikan 70 tahun pembebasan untuk dikembalikan ke negerinya tentu sangatlah lama! Misal: seorang anak suku Yehuda dibuang ke Babel ketika berumur 10 tahun. Masihkah dia berkesempatan melihat kondisi negeri asalnya setelah berumur 80 tahun? Bukankah Musa menulis umur manusia rata-rata 70-80 tahun? Bagaimanapun juga pemazmur tetap berharap meskipun seakan-akan tidak ada lagi harapan. Dia percaya penuh kepada Tuhan dan apa pun yang Tuhan lakukan pasti yang terbaik. Dia mengharapkan jawaban atas penyelamatan yang dinantikannya. Karena dia mengharapkan sesuatu yang jauh belum terlihat (bnd. Rm. 8:24), pengharapannya dilakukan dengan tekun. Dia tekun berharap meskipun seakan-akan tidak ada harapan. Ilustrasi: di masa pandemi, seorang anak SD membutuhkan HP untuk sekolah online. Pada saat bersamaan, sang nenek ganti HP dan HP bekas ini diturunkan kepada cucunya. Si cucu senang sekali mempunyai HP meskipun bekas. Waktu berjalan, si anak memberanikan diri lapor kepada orang tuanya mengenai HPnya yang mulai rusak. Si ayah menyuruhnya bersabar dan tetap memakai HP bermasalah itu. Si anak mengharapkan sesuatu tanpa memaksa, dia menantikannya dengan tekun. Akhirnya beberapa bulan kemudian ketika si ayah mendapat berkat, dia membelikan HP bagus kepada anaknya.

Introspeksi: Pertolongan apa yang kita nantikan saat ini? Dan apa yang sedang kita harapkan dari Tuhan? Apakah kesembuhan dari penyakit? Pertolongan masalah ekonomi? Masalah nikah? Nantikan pertolongan Tuhan dengan tekun tanpa perlu marah kalau belum dijawab oleh-Nya. Yakinlah Tuhan pasti menolong pada waktu-Nya! 

  • Tetap merenungkan Firman (ay. 147-148). 

Umumnya orang yang dalam tekanan dan penderitaan berat akan kesulitan tidur. Hal ini dialami oleh pemazmur, dia kepikiran dan pagi-pagi buta sudah bangun berteriak minta tolong. Namun apa yang dilakukannya ketika bangun waktu jaga malam? Ternyata dia tidak menangisi masalahnya saja (ay.147), tetapi dia beralih pada merenungkan Firman (ay.148). Terjadi perubahan fokus perhatian dari fokus pada masalah berubah fokus kepada Firman Allah. Pemazmur menyadari bahwa seharusnya dia bukan sekadar merengek-rengek memohon Tuhan supaya menolongnya tetapi meningkat makin mengerti kehendak Tuhan dalam Firman-Nya bahkan dia berharap makin mengenal pribadi-Nya. 

Perhatikan, ada perbedaan tipis antara orang Kristen yang fokus pada diri sendiri dan mereka yang fokus pada pribadi Tuhan. Mereka sama-sama beribadah dengan rajin dan setia melayani serta tekun membaca Alkitab dan berdoa tetapi tujuannya beda. Yang satu fokus memenuhi kebutuhannya sendiri sementara yang satunya berupaya untuk mengenal siapa Tuhan itu. Marilah kita memanfaatkan setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, untuk sungguh-sungguh mengenal Tuhan dan kehendak-Nya atas hidup kita. Jangan suka memilih-milih ayat Firman Tuhan yang bersifat menghibur saja saat susah, mencari ayat-ayat berkat saja di kala kekurangan, ayat-ayat kesembuhan saja saat sakit dst.! Jangan pula cepat menolak Firman Tuhan yang seakan-akan tidak menjawab masalah kita secara langsung! Ingat, pengharapan pada Firman bertujuan bukan saja untuk pemenuhan kebutuhan kita, bukan pula hanya untuk menjawab segala permasalahan kita. Apakah kita rindu mengenal pribadi Dia yang kita harapkan atau lebih rindu akan pertolongan-Nya melebihi Pribadi yang menolong kita? 

  • Tetap dekat pada Tuhan (ay. 149-152).

Pemazmur menjaga diri agar tetap dekat dengan Tuhan walau sebenarnya Tuhan yang lebih dahulu dekat padanya. Sepanjang sejarah Alkitab mulai Kejadian sampai Wahyu yang selalu berinisiatif untuk mendekat adalah Allah bukan manusia. Ketika Allah datang mendekati Adam dan Hawa, mereka malah takut dan menjauh karena dosa. Saat Tuhan memerintahkan pembangunan Tabernakel, Ia bermaksud mau tinggal di tengah-tengah umat-Nya. 

Tuhan selalu berinisiatif mau dekat dengan manusia tetapi Ia menjauhkan diri oleh sebab dosa kejahatan kita (Yes. 59:1-2). Jadi, agar kita tetap dekat dengan Tuhan, hiduplah kudus dan jauhi dosa. Jika ada kesalahan, cepat menyesal, mengaku dan minta ampun kepada-Nya. Jalinlah hubungan yang erat dengan Tuhan setiap saat dan berkomunikasi dengan-Nya ke mana pun dan mau melakukan apa pun. Di saat melakukan kesalahan, justru jangan menjauh dari Tuhan dengan alasan tidak layak menghadap-Nya. Ingat, Tuhan rindu dekat dengan kita padahal kita yang membutuhkan Dia. Tuhan tahu kita tidak mampu mendekat pada-Nya akibat dosa. Itu sebabnya Ia menyediakan pengampunan oleh darah-Nya (bnd. Kel. 12:13). Tuhan menginvestasikan seluruh hidup-Nya agar Ia dapat dekat dengan kita.

Apa dampak bagi kita yang rindu dekat dengan Tuhan?

    • Tuhan mendengar suara kita (ay. 149). 

Apakah suara kita berupa rintihan mohon pertolongan? Atau suara memohon ampun? Atau suara ucapan syukur kepada-Nya? 

    • Tuhan berjanji melindungi kita (ay. 150). 

Pemazmur tidak bicara panjang lebar minta Tuhan membalaskan musuh-musuhnya. Orang yang dekat dengan Tuhan tidak perlu banyak bicara seperti relasi suami dan istri yang dekat sudah mengerti apa kehendak pasangannya. Tuhan berjanji melindungi kita, milik kepunyaan-Nya, dari orang-orang yang mau mencelakai kita.

    • Tuhan meneguhkan iman kita (ay. 151-152). 

Iman kita dibangun di atas fondasi kuat dalam menghadapi ancaman apa pun. Ia meneguhkan iman kita di saat kita bimbang dan takut menghadapi berbagai masalah seperti dialami Petrus yang hampir tenggelam ketika berjalan di air (Mat. 14:30). 

Sungguhkah kita berpengharapan kuat pada Firman Tuhan? Ciri-cirinya, tetap berharap kepada Tuhan dengan sikap hormat dan takut walau tampak seperti tidak ada harapan, tetap merenungkan Firman Tuhan tanpa memilah-milah menurut selera untuk mengenal Dia dan kehendak-Nya atas hidup kita, mendekat kepada Tuhan dengan menjaga kekudusan hidup serta menjauh dari perbuatan dosa. Dekat dengan Tuhan membuat kita tidak takut menghadapi apa pun sebab Ia mendengar suara kita, melindungi kita dan meneguhkan iman kita. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: