• MATI BERSAMA YESUS
  • Yohanes 12:20-24
  • Lemah Putro
  • 2025-04-18
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1747-mati-bersama-yesus
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
mati_bersama_yesus

Shalom,

Kali ini kita merayakan Jumat Agung atau Good Friday atau Hari Sengsara Kristus. Bagaimana perasaan kita saat merayakan hari “kedukaan” ini? Apakah penuh dukacita seperti dialami oleh keluarga yang ditinggal anggota (orang tua, saudara, anak dll.) yang dikasihinya atau kita seperti mengikuti upacara perkabungan anak seorang teman? 

Apa hubungan kita dengan Yesus, Anak Allah, yang telah mati? Seberapa dekat hubungan kita dengan-Nya? Kenangan dan warisan apa yang Ia tinggalkan bagi kita? Kita adalah manusia berdosa sementara Dia adalah Anak Allah, Sang Firman menjadi manusia, dan mati demi menyelamatkan manusia berdosa termasuk kita. 

Apa kata Alkitab tentang Yesus?

“Semua orang yang menerima-Nya diberinya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” (Yoh. 1:12) 

Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh. 1:29). Yohanes sendiri mula-mula tidak mengenal-Nya tetapi dia diutus untuk membaptis dengan air serta menyaksikan Roh turun dari langit seperti merpati hinggap di atas Yesus (ay. 31-33). Terbukti Yesus adalah Anak Allah.

Seberapa jauh pengakuan kita kepada Yesus sebagai Anak Allah yang mati demi manusia berdosa dan kita diangkat menjadi anak-anak Allah? 

Andreas dan Filipus memberitahu Yesus bahwa beberapa orang Yunani ingin bertemu dengan-Nya (Yoh. 12:20-24). Apa jawaban Yesus ketika bertemu dengan mereka? “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati ia akan menghasilkan banyak buah.” (ay. 23-24)

Heran, Yesus berbicara mengenai biji gandum untuk menjelaskan Anak Manusia akan dipermuliakan. Yohanes 12 merupakan langkah awal Yesus masuk dalam sengsara karena setelah itu Yudas Iskariot dirasuk Iblis dan keluar dari persekutuan siap menjual Yesus, Anak Allah (Yoh. 13). Padahal bersama 11 rekannya, Yudas diberi kuasa mengusir setan, membangkitkan orang mati dll. (Luk. 9:1). Bagaimana mungkin dia mengkhianati Yesus, Gurunya? 

Introspeksi: percayakah kita bahwa Yesus adalah Anak Allah yang rela mati demi kita, orang berdosa? Kita kuat dan hidup karena Firman menjadi manusia dan bertabernakel di tengah-tengah kita. Ia adalah wujud dari Anak Tunggal Allah penuh kemuliaan. 

Bagaimana kondisi para murid ketika Yesus dihukum mati tanpa salah atas desakan dari imam-imam kepala dll.? Petrus menyangkal, Tomas tidak percaya dan semua murid lari meninggalkan-Nya. 

Marta dan Maria sedih karena Lazarus mati. Ketika Yesus tiba di rumah duka di Betania, Marta mengatakan kepada Yesus, “Sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” (Yoh. 11:21) Apa jawab Yesus? “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” (ay. 25) Marta percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang datang ke dalam dunia (ay. 27). 

Lazarus dibangkitkan dan Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal harganya (Yoh. 12:3). Yudas Iskariot protes karena merasa lebih baik minyak narwastu dijual dan uangnya diberikan keada orang-orang miskin. Tampaknya Yudas peduli dengan orang miskin padahal dia adalah pencuri yang mengambil uang kas yang dipegangnya (ay. 6).  

Waktu berjalan terus dan kematian Yesus makin dekat. Ia berdoa untuk murid-murid-Nya supaya mereka menjadi satu (Yoh. 17) kecuali Yudas Iskariot yang memang dari awal tidak percaya kepada-Nya. Yudas memilih jalan hidupnya sendiri sama seperti Adam-Hawa yang menggunakan free will mereka berakibat jatuh dalam dosa.

Yesus berdoa di taman Getsemani. Ia sangat ketakutan dan peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah bertetesan ke tanah. Doa-Nya, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Seorang malaikat dari langit datang memberi kekuatan kepada-Nya (Luk. 22:43).

Selama Yesus berada di bumi, Ia banyak mengusir setan yang percaya bahwa Ia adalah Anak Allah, Mesias (Luk. 4:41). Ia juga mengusir Legion (banyak setan) yang merasuki orang Gerasa dan memukuli dirinya dengan batu lalu legion itu pindah ke 2.000 babi yang terjun ke danau dan mati lemas (Mrk. 5:1-13). 

Waspada, di perjamuan Paskah orang Yahudi, Iblis merasuki pikiran Yudas Iskariot setelah Yesus mencelupkan roti dan memberikan kepadanya. Yudas meninggalkan persekutuan dan siap menjual Gurunya.

Introspeksi: sungguhkah kita mengenal Yesus, Anak Allah? Dan apa yang memenuhi pikiran kita? Jangan memberi kesempatan pada Iblis untuk meracuni pikiran kita membuat kita menolak Dia!

Karena saat itu menjelang persiapan hari Sabat, kaki-kaki penjahat yang tergantung di kayu salib harus dipatahkan supaya mayat mereka dapat diturunkan (Yoh. 19:31) tetapi Yesus telah mati tanpa perlu dipatahkan kaki-Nya. Salah satu penjahat bertobat dan memohon kepada Yesus untuk mengingatnya apabila Ia datang sebagai Raja (Luk. 23:42). Yesus langsung merespons hari itu juga dia bersama dengan Yesus di dalam Firdaus (ay. 43). Yesus dijatuhi hukuman mati sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah (Yoh. 19:7). 

Bagaimana dengan Paulus? Awalnya dia sangat membenci Yesus, Anak Allah, tetapi setelah bertobat, dia sangat mengasihi Yesus bahkan rela menderita dan mati demi Dia. 

Apa yang dilakukan Yesus dalam penderitaan-Nya disalib? Ia tidak mengucapkan perkataan sia-sia atau membalas caci maki tetapi memohon agar Bapa mengampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34). Terjadi gelap gulita dari pukul 12 sampai pukul 3 (ay. 44) dan Ia bagaikan biji gandum yang harus jatuh ke tanah dan mati supaya hidup. Bagi kita sekarang, kehidupan/kemanusiaan lama kita harus mati – membuang dendam, sakit hati, amarah, iri hati, dll. – dan mengampuni mereka untuk memiliki kehidupan baru yang penuh pengharapan.  

Di atas salib pula Yesus melihat ibu-Nya lalu kata-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” juga kepada murid yang dikasihi-Nya (Yohanes), “Inilah ibumu!” maka sejak itu murid itu menerima dia (Maria) dalam rumahnya (Yoh. 19:25-27). Terbukti Yesus mempersatukan suatu kehidupan keluarga. Faktanya, banyak keluarga justru pecah gara-gara harta warisan, perselingkuhan, keserakahan dst., hanya Yesus yang berkuasa mempersatukan kembali hidup nikah dan keluarga yang porak-poranda! 

Di detik-detik menjelang ajal, Yesus tidak banyak berbicara kecuali mengatakan, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mrk. 15:34) Ia haus dan diberi minum anggur asam kemudian kata-Nya, “Sudah selesai.” lalu menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya (Yoh. 19:28-30) 

Aplikasi: Yesus menderita luar biasa untuk kita; oleh sebab itu jangan terlambat menyerah kepada Tuhan, menggabungkan diri kepada Dia, Anak Allah, yang telah mati demi menyelamatkan kita. 

Bagaimana kita menghargai pengurbanan Yesus, Anak Allah, yang rela mati demi keselamatan kita, manusia berdosa? Apa yang harus kita lakukan sebagai rasa syukur kita kepada-Nya? Cintai Firman Allah dengan tekun merenungkannya siang malam untuk mengenal isi hati-Nya, matikan dan kubur manusia lama yang penuh dengan kejahatan untuk diubah menjadi kehidupan baru yang selaras dengan kehendak-Nya hingga tiba saatnya Ia datang kembali menjemput kita, anak-anak-Nya, untuk tinggal bersama-Nya di Yerusalem baru selama-lamanya. Amin. 

  • Video Youtube Ibadah: