Shalom,
Setiap orang pasti mempunyai pengharapan baik yang bersifat materi/lahiriah maupun yang bersifat batiniah/rohani. Apa itu pengharapan? Pengharapan berasal dari kata dasar “harap” yang berarti keinginan terhadap sesuatu yang lebih baik. Jadi, pengharapan adalah sebuah keadaan atau perasaan hati yang menginginkan sesuatu itu lebih baik. Harapan juga berbicara tentang angan-angan, cita-cita, asa, ekspektasi, visi, ide di masa depan. Pengharapan orang yang satu dengan yang lain pasti berbeda, misal: pengharapan seorang mahasiswa ialah ingin secepatnya lulus dengan nilai terbaik, pengusaha yang saat ini digempur dengan kondisi perekonomian yang tidak baik-baik saja sangat mengharapkan ekonomi cepat pulih dan stabil dll. Namun kita mempunyai pengharapan sama dalam hal batiniah/rohani yakni menginginkan damai sejahtera, sukacita, bahkan keselamatan kekal yang sedang kita nanti-nantikan.
Memang masing-masing dari kita mempunyai pengharapan jasmani maupun rohani tetapi tidak semua orang mampu bertahan hingga pengharapan itu menjadi nyata oleh sebab tidak cukup kuat dan mampu untuk bersabar, untuk tekun menggumuli sampai harapan itu terwujudkan. Ada banyak orang rontok pengharapannya semasa penantian karena kenyataannya tidak sesuai dengan ekspektasi yang dia inginkan, membuatnya kecewa, putus asa bahkan kemudian meninggalkan apa yang menjadi pengharapannya.
Setiap orang membutuhkan kekuatan (daya tahan, kemampuan) untuk mewujudkan pengharapannya. Apa dan siapa yang kita harapkan dalam hidup ini?
Perhatikan, pengharapan yang dibangun/diletakkan atas dasar Firman akan membuat kita kuat menjalaninya. Kenyataannya, banyak orang meletakkan pengharapan serta keinginannya pada ego dan keserakahan; pada akhirnya langkah yang ditempuh salah dan ujung-ujungnya akan mengalami penderitaan. Oleh sebab itu pengharapan harus dikendalikan dan Roh Kudus mampu mengendalikan diri kita.
Jelas, pengharapan itu kuat jika dibangun atas dasar Firman. Bagaimana cara kita membangun diri untuk memperoleh kekuatan di dalam pengharapan?
- Mempunyai kesungguhan hati akan Firman (ay. 145-146).
Pemazmur berseru/berteriak memanggil Tuhan dengan segenap hati disertai rasa ikhlas dan tulus tanpa keraguan memohon keselamatan serta berpegang pada ketetapan dan perintah Tuhan. Pemazmur sungguh-sungguh meletakkan pengharapannya pada Firman. Orang semacam ini mempunyai kekuatan pengharapan yang kukuh tidak mudah bergeser sedikitpun melewati keadaan yang terpuruk sekalipun. Dia meyakini janji Firman Tuhan mutlak dapat dipercaya seutuhnya.
Jika kita rindu membangun kekuatan di dalam pengharapan, kita harus mempunyai kesungguhan/keseriusan menjadikan Firman sebagai yang utama untuk jawaban atas seluruh pengharapan.
Ada kekuatan luar biasa diberikan kepada orang yang sepenuh hati memerhatikan/menyimak Firman Tuhan yakni damai sejahtera dan kebahagiaan (Yes. 48:18). Tuhan tidak menjanjikan kekayaan bertambah, kesehatan prima atau semua berjalan mulus tidak ada halangan bila kita memerhatikan Firman-Nya namun damai sejahtera membuat kita mampu melewati masa yang paling sulit sekalipun. Bila hati penuh damai sejahtera, hidup kita tidak mudah terpengaruh ketika berada di puncak keberhasilan maupun saat terpuruk di tempat paling rendah. Itu sebabnya sebelum naik ke Surga, Yesus meninggalkan damai sejahtera kepada murid-murid-Nya (Yoh. 14:27).
Aplikasi: kita membutuhkan damai sejahtera untuk melewati masa sukacita maupun dukacita; tanpa damai sejahtera kita akan diliputi rasa cemas, khawatir, gelisah dan gentar.
- Ada upaya/tindakan menghampiri Tuhan dengan meluangkan waktu khusus dan yang terbaik (ay. 147-148).
Kerinduan kepada Firman harus dibuktikan dengan tindakan nyata yaitu meluangkan waktu khusus dan terbaik untuk berdoa dan merenungkan Firman.
Pemazmur menghampiri Tuhan di pagi-pagi buta saat hari masih gelap karena jarak pandang normal tidak kelihatan. Dia memiliki tekad bangun lebih awal untuk berdoa dan berharap pada Firman. Dia tidak menunggu sampai hari siang atau masalah datang baru berdoa. Sebelum mengawali suatu kegiatan, dia terlebih dahulu datang menghampiri Tuhan dalam doa dan berharap pada Firman untuk memberikan petunjuk, tuntunan, bimbingan kepadanya sepanjang hari.
Sungguh kita tidak dapat lepas dari membangun relasi dengan Tuhan melalui doa dan Firman. Buktinya, ketika kita menghadapi persoalan yang sangat berat kemudian datang kepada bapak gembala menceritakan pergumulan kita, bapak gembala akan menasihati berdasarkan Firman kemudian berdoa untuk kita. Ketika mengunjungi orang sakit, kita memberikan penguatan dengan Firman juga mendoakan dia.
Yesus sendiri memberikan teladan dengan pergi ketempat sunyi di pagi-pagi benar untuk berdoa pribadi (Mrk. 1:35). Ia hendak menunjukkan kepada kita agar doa pagi menjadi prioritas yang sangat privasi untuk membangun hubungan dengan Allah Bapa dalam ketenangan, bebas dari gangguan siapa pun sebelum memulai beraktivitas sepanjang hari. Ada saat-saat tertentu Yesus berdoa dan melayani bersama murid-murid-Nya tetapi pada momen-momen tertentu Ia seorang diri secara pribadi menghadap Allah Bapa-Nya. Memang ibadah bersama sangatlah penting karena saling memotivasi dan menguatkan – berdoa dan mendengarkan serta merenungkan Firman Tuhan bersama-sama – tetapi ada momen-momen tertentu yang mana kita harus secara pribadi membangun hubungan dengan Tuhan. Ilustrasi: dalam rumah tangga besar, kita dapat bercerita dan ngobrol dengan seluruh anggota keluarga mulai dari mertua, keponakan, sepupu, paman, bibi dst. tetapi ada momen tertentu ketika suami/istri hanya ingin mengungkapkan isi hati kepada pasangannya sendiri, tidak kepada orang lain.
Ingat, berdoa dan merenungkan Firman Tuhan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Doa merupakan sarana kita berbicara, mengungkapkan isi hati kepada Allah sementara mendengar Firman Tuhan merupakan sarana Tuhan berbicara kepada kita.
Waktu doa dilakukan di pagi hari (ay. 147) juga waktu merenungkan janji Tuhan dilakukan di waktu jaga malam (ay. 148). Dalam tradisi Yahudi ada 4 giliran jaga malam – jaga 1: pkl. 18:00-21:00; 21:00-24:00; pkl. 24:00-03:00 dan terakhir pkl. 03:00-06:00. Diduga pemazmur terjaga di malam hari antara pukul 24:00-03.00 dini hari. Pemazmur berupaya terjaga di tengah malam bukan karena kewajiban tetapi karena kerinduan ingin menghampiri Tuhan sehingga dia rela dan ikhlas mengurbankan waktu tidurnya untuk berdoa dan merenungkan Firman Tuhan.
Bangun tengah malam bagi orang Kristen adalah simbol menantikan kedatangan Tuhan dan untuk itu kita harus berjaga-jaga untuk siap menyongsong-Nya (Mat. 25:6). Yesus sendiri mengingatkan murid-murid-Nya untuk berjaga-jaga dan berdoa (Mrk. 14:38). Tahukah di dalam berjaga-jaga dan berdoa, di sini terletak kekuatan kita?
Introspeksi: apakah kita rela bangun tengah malam untuk merenungkan Firman Tuhan? Atau kita rela melekan tengah malam sibuk buka laptop untuk lembur pekerjaan atau nonton sepak bola dll. untuk memuaskan keinginan diri sendiri dan menjauhkan hubungan kita dengan Tuhan? Marilah kita membangun relasi erat nan intim dengan Tuhan dengan sengaja meluangkan waktu bangun pagi lebih awal untuk berdoa dan terjaga tengah malam untuk berelasi dengan-Nya. Kalau kualitas hubungan kita dengan Tuhan baik, pengharapan, pelayanan dan tahbisan kita akan kuat. Jadi, kalau seseorang merasa “kering” dalam beribadah dan pelayanan, dia harus koreksi diri apakah relasinya dengan Tuhan dekat dan sudah memiliki quality time dengan-Nya.
Di ayat lain pemazmur menghampiri Tuhan tidak hanya dua kali sehari tetapi tujuh kali sehari memuji-muji Tuhan (ay. 164). Ini bukan menekankan frekuensi banyaknya tetapi tentang kualitas mendahulukan Tuhan di atas segalanya. Kita menghampiri Tuhan sesuai kebutuhan dan kedekatan dengan-Nya. Ketika Daniel menghadapi persoalan yang sangat rumit mengancam nyawanya, dia menghadap Tuhan tiga kali sehari (Dan. 6:11). Bukan jumlah berapa kali kita menghadap Tuhan dalam sehari, yang penting seberapa jauh kualitas kita menghadap kepada-Nya. Jangan melakukannya sekadar memenuhi ritual lahiriah dan agamawi karena tidak akan pernah membangun kekuatan sama sekali!
Mari kita membangun kekuatan pengharapan berdasarkan Firman Tuhan. Kita mempunyai kesungguhan hati akan Firman serta berupaya menghampiri Tuhan dalam doa dan perenungan Firman untuk mendapatkan kekuatan damai sejahtera sehingga kita dimampukan melewati masa-masa tersulit sekalipun sebab Tuhan senantiasa menyertai kita. Amin.