Shalom,
Siapa pun di dunia ini paling membutuhkan keadilan, seperti: karyawan/pegawai dari pimpinan, rakyat dari pemerintah, umat Tuhan dari Tuhan Allah yang kita puja dst. Pemimpin yang adil dapat meyakinkan bawahannya untuk memercayainya.
Bagaimana keadilan Allah mampu menumbuhkan keyakinan kita menurut Mazmur 119:137-144?
- Hukum-hukum Tuhan itu benar (ay. 137-139).
Kita yakin bahwa Tuhan itu mahaadil maka hukum-hukum-Nya benar – tidak pilih kasih atau memihak – berbeda dengan hukum di dunia ini yang mana hukumnya bagus tetapi keadilan tidak ditegakkan dengan baik.
Kita harus meyakini hukum-hukum Tuhan itu adil dan benar – tidak berat sebelah atau tebang pilih – siapa pun dan apa pun keadaan kita (kaya-miskin, pendidikan tinggi-rendah, etnis apa pun).
Ketika melihat ketidakadilan, Tuhan memerintahkan peringatan-peringatan-Nya (ay. 139) supaya keadilan tetap dilaksanakan karena Ia setia terhadap setiap hukum-Nya. Tahukah kesetiaan selalu berkaitan dengan ketaatan/kepatuhan? Dengan kata lain, ketidaksetiaan sama dengan ketidaktaatan atau ketidakpatuhan. Ilustrasi: kita harus mematuhi peraturan lalu lintas di mana pun kita berada; kalau tidak patuh, kita akan kena tilang dan bayar denda.
Perhatikan, ketidaktaatan kepada peraturan pemerintah akan mendatangkan hukuman; demikian pula kalau kita melanggar Firman Tuhan, kita akan diperingatkan, hukuman akan berlaku kecuali kita (atas dorongan Roh Kudus) menginsafi karena peringatan Tuhan, dan datang merendahkan hati memohon ampun kepada-Nya maka Ia akan memberikan anugerah pengampunan.
Di era Perjanjian Lama, Allah berulang-ulang memperingatkan pemimpin-pemimpin bangsa Israel yang terpecah dua: Yehuda (kerajaan Selatan) dan Israel (kerajaan Utara) karena mereka tidak patuh/taat.
Sebagai orang percaya, kita seharusnya peka untuk tidak berbuat dosa dan kepekaan terhadap ketidaktaatan dapat diperingatkan melalui:
-
- Hati nurani.
Semua orang (percaya/tidak percaya Tuhan) mempunyai hati nurani tetapi keistimewaan hati nurani orang percaya adalah disucikan oleh darah Yesus sehingga harusnya kita peka diingatkan ketika mau berbuat dosa.
-
- Firman Tuhan.
Firman Tuhan yang didengar melalui ibadah maupun pembacaan Firman secara mandiri di rumah bermanfaat membuat kita peka untuk dapat menyadari sebelum kita berbuat dosa. Oleh sebab itu jangan kita keras kepala mengabaikan peringatan Tuhan melalui Firman maupun Roh Kudus! Bangsa Israel dan Yehuda diperingatkan melalui nabi-nabi (2 Raja. 17:13).
-
- Sesama orang percaya yang dipakai Tuhan untuk menegur kita; oleh sebab itu sangat penting kita ikut dalam persekutuan ibadah (Ibr. 10:24-25).
Pertemuan ibadah bersama bertujuan saling memerhatikan satu sama lain, menasihati dan menegur kesalahan sesama yang dilakukan dengan kasih bukan dengan emosi atau iri hati atau dengki atau balas dendam. Contoh: Raja Daud yang jatuh dalam dosa perzinaan diperingatkan oleh Nabi Natan (2 Sam. 12:1-13).
Aplikasi: hendaknya kita belajar untuk tidak sombong tetapi rendah hati dan introspeksi serta koreksi diri bila ditegur atas kesalahan kita untuk memperbaiki diri.
-
- Hajaran (Ibr. 12:4-6).
Kalau hati nurani, Firman Tuhan dan sesama (suami, istri, orang tua, anak, teman, dst.) tidak digubris, datanglah hajaran. Contoh: Tuhan menghajar bangsa Israel (kerajaan Utara) dan membuang mereka ke Asyur, dan Yehuda (kerajaan Selatan) dibuang ke Babel.
Sesungguhnya, bila kita dapat ‘menikmati’ hajaran Tuhan, ini merupakan kasih dan perhatian khusus dari-Nya juga keadilan dan kesetiaan Tuhan yang berlaku atas kehidupan kita yang sudah tidak setia dan tidak patuh kepada-Nya. Jujur, kita jatuh bangun dalam pergumulan tetapi belum sampai mencucurkan darah. Ketika jatuh dalam dosa, hajaran Tuhan datang karena kita dikasihi oleh-Nya. Jangan anggap enteng atau ngambek apalagi putus asa kalau dihajar karena ini demi kebaikan kita sendiri.
- Janji Tuhan itu pasti (ay. 140-141).
Janji (bhs.Ibr. : imrah = utterance, word) bermakna tunggal, janji apa yang satu ini? Ketika manusia melanggar hukum Tuhan dengan memakan buah terlarang, Ia kemudian menyatakan janji bahwa keturunan perempuan (Hawa) akan meremukkan kepala ular (Kej. 3:15).
Mengapa janji Tuhan patut dicintai? Karena menyangkut keselamatan dari dosa akibat ketidaktaatan (Mzm. 119:41). Tidak ada janji yang melebihi janji keselamatan sebab apa pun keadaan kita, kita membutuhkan keselamatan. Misal: mau ke mana pun, kita butuh keselamatan tetapi keselamatan yang mutlak dan utama ialah keselamatan dari dosa. Ingat, janji Tuhan tidak pernah batal sepanjang masa hanya karena pemberontakan atau ketidakpatuhan manusia. Janji-Nya teruji oleh waktu; buktinya janji keselamatan digenapi di dalam Yesus Kristus yang meremukkan kepala ular di atas kayu salib di Golgota. Namun janji-Nya masih berkelanjutan hingga Ia datang kembali untuk menyelamatkan kita sepenuhnya dari godaan Iblis yang akhirnya dicampakkan ke dalam api dan belerang (Why. 20:10) dan kita akan berkemenangan serta tinggal bersama-Nya selamanya di Yerusalem baru (Why. 212-6).
Aplikasi: pemazmur merasa kecil nan hina di hadapan janji Tuhan (ay. 141) tetapi dia tidak melupakan titah-titah-Nya sebab ini justru mendorongnya untuk taat dan setia (ay. 128); demikian pula kita mutlak harus mengingat seutuhnya titah-titah Tuhan supaya peka akan dosa yang kita lakukan sebab kita masih berperang melawan hawa nafsu, masalah (ekonomi, politik, keamanan, kesehatan dll.) dan dosa yang menggoda kita. Kita mampu mengingat titah Tuhan bukan dari kekuatan sendiri tetapi karena kuasa Roh Kudus.
- Peringatan-peringatan Tuhan menghidupkan (ay. 142-144).
Heran, pemazmur ditimpa oleh kesusahan dan kesesakan tetapi perintah-perintah Tuhan malah menjadi kesukaan dan kegemarannya. Bagaimana dengan kita, sudahkah kita menggemari perintah dan janji Tuhan yang kekal dan bersifat adil? Atau kita malah menggemari tontonan film drama Korea/Cina/Indo dll. yang membangkitkan emosi padahal tidak nyata dalam keseharian hidup?
Harus diakui, saat kita diingatkan oleh Tuhan melalui hati nurani, Firman Tuhan, sesama bahkan hajaran sangatlah menyakitkan, membuat kita sesak hati tetapi keadilan, kesetiaan dan kasih Tuhan melebihi semuanya. Setiap orang percaya yang hidup minoritas di lingkungan orang duniawi dimeterai dengan kesusahan dan kesesakan seperti dialami oleh Nuh yang hidup campur aduk dengan anak-anak manusia. Kesusahan dan kesesakan adalah konsekuensi yang dihadapi oleh orang percaya (Yoh. 15:18-19; Flp. 1;29; 2 Tim. 3:12-13). Kalaupun kesusahan dan kesesakan adalah peringatan dan hajaran dari Tuhan untuk menyadarkan kita, semuanya itu baik dan adil serta menghidupkan kita karena kita kembali beroleh bagian dalam kekudusan Tuhan (Ibr.12:7-10).
Introspeksi: mampukah kita bertahan dalam penderitaan – penyakit tidak kunjung sembuh, ekonomi tidak pulih, masalah tidak ada jalan keluar dll. – walau kita tekun beribadah dan rajin melayani Tuhan? Waspada, Kristen tanpa pertobatan pasti Kristen tanpa penderitaan sebab dia berusaha mengelak dan menolak ketika menghadapi penderitaan bahkan melimpahkan kesalahan kepada pihak lain. Bagaimana reaksi kita saat menghadapi masalah kecil hingga masalah berat? Kalau kita tidak bersabar dan rela menghadapi masalah jasmani terlebih lagi ketika menghadapi soal ibadah dan pelayanan yang ditandai dengan penderitaan!
Perlu diketahui peringatan Tuhan bertujuan menguduskan kita supaya kita tidak dihukum bersama dengan dunia yang tidak adil dan tidak setia juga banyak melanggar Firman Allah dan menghujat Dia (2 Ptr. 2:6-8). Jadi sangat logis bila kita, pengikut Kristus, mengalami kesusahan dan penderitaan sebab kita mengikut jejak yang ditinggalkan Yesus (1 Ptr. 2:21) yang mahabenar, mahakudus, mahaadil yang menderita hingga mati disalib demi manusia yang tidak benar, tidak kudus, tidak adil.
Kita bergumul melawan dosa belum sampai berlumuran darah. Kalaupun kita mendengar gereja ditutup, ibadah di rumah dilarang dll. jangan kemudian kita gampang tersulut emosi tetapi serahkan masalah ini kepada Allah yang mahaadil. Semua ini seizin Tuhan terjadi dan jalan salib yang dialami orang percaya akan membawa kita pada kehidupan walau harus mati sebagai martir karena upah di Surga tersedia. Sungguh merupakan suatu kebahagiaan bila kita dianiaya karena kebenaran sebab kita hidup dan memiliki Kerajaan Surga (Mat. 5:10-12).
Sungguh kita berbahagia memiliki Allah yang mahaadil dan mahasetia! Hukum Tuhan yang benar, janji-Nya yang pasti dan peringatan-Nya yang menghidupkan menumbuhkan keyakinan kita akan keselamatan dari-Nya walau kita harus mengalami kesusahan dan kesesakan di dunia yang penuh kelaliman. Ia yang mahaadil akan membawa kita pada kehidupan kekal di Yerusalem baru bersama-Nya selamanya. Amin.