Shalom,
Benarkah Firman Tuhan itu ajaib? Di mana letak keajaiban Firman Tuhan? Apakah hanya pada ayat-ayat tertentu dalam Mazmur 119:129-135 atau seluruh ayat dalam Alkitab adalah ajaib?
Apa yang pemazmur kagumi dan akui sebagai Firman yang ajaib?
“Peringatan-peringatan-Mu ajaib, itulah sebabnya jiwaku memegangnya.” (ay. 129) atau “Hukum-hukum- Mu mengagumkan, itu sebabnya aku menaatinya.” (FAYH)
Tahukah ada 7.000 bahasa di dunia ini dan Alkitab sudah diterjemahkan ke dalam 700 bahasa lokal? Dapat dibayangkan 700 suku, kaum dan bangsa membaca dan mengatakan bahwa hukum-hukum-Nya mengagumkan dan peringatan-peringatan-Nya ajaib!
Introspeksi: sudahkah kita mengalami Firman Tuhan yang ajaib dan mengagumkan? Atau keajaiban Firman hanya berlaku sesaat kemudian tergantikan dengan yang lain? Ilustrasi: kita mengagumi HP baru karena canggih dan mudahnya mendapatkan info namun setelah beberapa bulan kemudian muncul produk HP baru yang lebih banyak dan lengkap fiturnya maka HP lama sudah tidak “ajaib” lagi karena kekaguman kita beralih pada HP yang baru. Apakah kekaguman kita terhadap Firman Tuhan juga seperti itu?
Jujur, tidak semua orang senang menjalankan suatu peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, kantor, sekolah bahkan rumah tangga. Lebih banyak komentar negatifnya ketimbang menerimanya dengan hati legowo. Apa reaksi kita saat membaca dan mendengarkan hukum-hukum Tuhan berupa teguran, peringatan, peraturan bukan Firman berkat dan penghiburan? Apakah kita menerimanya dengan penuh kekaguman dan keajaiban atau malah mengomel dan menolaknya?
Percayakah Firman Tuhan yang disingkapkan memberi terang dan pengertian kepada orang bodoh atau pada waktu rencana Tuhan dipaparkan, orang yang berpikiran dangkal pun dapat memahaminya – terjemahan FAYH (ay. 130)? Inilah keajaiban dari Firman Tuhan!
Karena terang Firman itu ajaib berarti saat tidak ada Firman, yang ada hanyalah kegelapan. Waspada, Firman Tuhan menegaskan bila kita membenci saudara kita, kita berada di dalam kegelapan (1 Yoh. 2:9). Dengan kata lain, bila kita tidak mencintai Tuhan dan hidup di dalam terang-Nya, kita berada dalam kegelapan dosa.
Firman Tuhan yang disingkapkan/dipaparkan dalam ibadah seharusnya dapat dimengerti oleh orang bodoh sekalipun sebab Firman-Nya sederhana tidak neko-neko. Kebingungan dan ketidakpengertian mungkin terjadi karena bahasa dari si pembicara atau khotbahnya sangat teologis atau kita merasa pintar sudah tahu Firman sehingga tidak mau mendengarkan karena tidak memerlukannya. Waspada, jika seseorang merasa tahu semua, sesungguhnya dia tidak tahu apa-apa seperti dialami Yesus yang dilecehkan oleh orang-orang Yahudi berkaitan dengan khotbah-Nya dan meragukan bagaimana mungkin Ia masih belum berusia 50 tahun tetapi sudah melihat Abraham (Yoh. 8:57). Mereka merasa dirinya tahu banyak tentang Alkitab tetapi tidak mengenal siapa Yesus itu.
Apa kata pemazmur selanjutnya? “Mulutku kungangakan dan megap-megap, sebab aku mendambakan perintah- perintah-Mu.” (ay. 131) atau “Tidak heran kalau aku menantikan setiap perintah-Mu dengan penuh harap.” (FAYH)
Kapan kita mengangakan mulut? Ketika ingin memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut. Bukankah kita suka mengonsumsi “makanan” yang lezat dan membuang yang terasa pahit tidak enak di mulut? Bersediakah kita mengonsumsi perintah Firman bersifat keras yang menegur dan mengingatkan?
Introspeksi: sungguhkah kita menantikan pengungkapan Firman Tuhan yang ajaib? Tahukah keajaiban Firman Tuhan bukan karena peraturan tetapi karena Firman yang diungkapkan? Jangan menjadi imam-imam hanya karena kewajiban mengikuti peraturan gereja atau karena fasihnya pendeta berkhotbah tetapi oleh sebab ajaibnya Firman Tuhan yang berlaku atas hidup kita!
Perhatikan, kalau tidak ada perintah/peraturan, kacaulah hidup kita. Misal: pemerintah mengeluarkan peraturan kebebasan beribadah maka kita dapat beribadah dan dijamin keamanannya. Bagaimana dengan peraturan Allah berkaitan dengan Kerajaan-Nya? Apakah peraturan-Nya terlalu ketat bersifat mengekang?
Pemazmur kemudian menulis, “Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku sebagaimana sepatutnya terhadap orang-orang yang mencintai nama-Mu.” (ay. 132)
Pemazmur yakin Tuhan menolong dan memberikan perhatian kepada orang yang mencintai Nama-Nya. Kita mengetahui keajaiban Allah yang mahabesar, mahapenyayang, benteng keselamatan (Mzm. 28:8) dan Nama-nya adalah menara yang kuat (Ams. 18:10) dst. melalui penyingkapan Firman dan pertolongan Roh Kudus yang ada dalam kita. Oleh sebab itu pegang dan simpan Firman Allah di mana pun kita berada (bukan hanya saat ada di gereja) untuk mengalami keajaiban Firman-Nya. Jangan kita “mengajaibkan/mengagumi” manusia atau filosofi dunia atau gadget tercanggih sekalipun kemudian menganggap Firman Tuhan telah usang alias kuno!
Berikutnya tulis pemazmur, “Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku.” (ay. 133)
Sungguh sangat mengerikan seandainya Tuhan tidak setia pada janji-Nya! Ia berjanji menyertai kita dalam melangkah dan memberikan kemenangan untuk tidak dikuasai oleh kejahatan. Saat bangsa Israel berangkat dari Gunung Sinai, awan Tuhan ada di atas mereka pada siang hari dan ketika tabut berangkat, Musa berkata, “Bangkitlah TUHAN supaya musuh-Mu berserak dan orang-orang yang membenci engkau melarikan diri dari hadapan-Mu.” (Bil. 10:35) Artinya Tuhan menyertai mereka dan kejahatan tidak dapat menghancurkan mereka karena Tuhan ada di depan mereka. Sungguh ajaib bukan?
Introspeksi: percayakah kita akan janji Tuhan? Bukankah kita sering tertipu dan dikecewakan oleh janji manis manusia? Kita memerlukan bimbingan Tuhan melalui hukum-hukum-Nya agar tidak dikalahkan oleh kejahatan sebab kita berjalan di dalam terang Firman Allah. Ingat, Ia adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6). Juga jalan orang benar itu seperti cahaya fajar yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari (Ams. 4:18).
Lebih lanjut pemazmur menulis, “Bebaskanlah aku dari pada pemerasan manusia supaya aku berpegang pada titah-titah-Mu.” (ay. 134) atau “Bebaskanlah aku dari penindasan orang-orang jahat supaya aku dapat mentaati hukum-hukum-Mu.” (FAYH) Dengan lain kata, kalau kita diatur oleh kejahatan, kita tidak dapat mematuhi hukum Tuhan. Keajaiban hukum Tuhan ialah memerdekakan dan menyucikan kita dari jalan pikiran manusia yang makin jahat. Masih ingat Allah melihat perilaku manusia di zaman Nuh dan harus menghukum mereka oleh karena kejahatan mereka dan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata (Kej. 6:5)?
Introspeksi: apa yang kita lihat dan dengar perilaku manusia saat ini? Apakah dunia dan negara kita baik-baik saja? Kita melihat dan mendengar melalui medsos korupsi dan kejahatan makin marak dipraktikkan di hampir semua lini kehidupan. Firman Tuhan yang ajaib mengingatkan kita untuk tidak salah langkah supaya tidak ditindas oleh kejahatan.
Dan akhirnya penulis mengatakan, “Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu dan ajarkanlah ketetapan-ketetapan- Mu kepadaku. Air mataku berlinang seperti aliran air karena orang tidak berpegang pada Taurat-Mu.” (ay. 135- 136)
Rindukah kita melihat wajah Tuhan yang dapat menyinari kita? Dan maukah kita diajari segala hukum-Nya? Juga apakah kita berempati sedih melihat orang-orang tidak berpegang pada Taurat-Nya? Saat tinggal di Sodom dan Gomora, Lot terus menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tidak mengenal hukum dan mengikuti hawa nafsu mereka; jiwanya yang benar tersiksa melihat dan mendengar perbuatan mereka yang jahat (2 Ptr. 2:7-8). Apakah kita juga sedih melihat masih banyak jumlah penduduk Indonesia yang belum/tidak mengenal Tuhan dan hidup berkubang dalam lumpur dosa kejahatan dan kenajisan? Bukankah hukum dunia tidak mampu mencegah korupsi yang makin menjadi-jadi?
Sudahkah kita mengakui keajaiban Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 66 kitab adalah Firman Allah? Keajaiban Firman Tuhan juga saat Firman berinkarnasi menjadi daging di dalam Yesus Kristus. Marilah kita menyenangkan hati Tuhan dengan menyaksikan Firman Tuhan yang ajaib. Hanya Firman Allah dan
Roh Kudus yang berkuasa mengerjakan kehidupan seseorang agar percaya bahwa Yesus – Sang Firman – adalah jalan, kebenaran dan hidup. Amin.