• HAMBA YANG DIJAMIN
  • Mazmur 119:121-128
  • Lemah Putro
  • 2025-03-16
  • Pdp. Arnold N. Sutandharu
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1731-hamba-yang-dijamin
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Terlihat agak unik kali ini pemazmur menggunakan kata “jaminan” memohon agar Tuhan menjadi jaminan hidup baginya (ay. 122) karena biasanya pemazmur menggunakan kata-kata “Tuhan, Engkau perisai”, “Engkau gunung batu”, “Engkau kota benteng” dst.

Kata “jaminan” bermakna: terlibat, ikut campur, bertukar. Seperti apa sebuah jaminan itu? Seperti asuransi, kalau terjadi sesuatu dengan kita maka ada pihak ketiga yang ikut campur dalam urusan kita untuk melindungi kita sehingga kita menjadi baik-baik saja. Jadi, penjamin adalah pihak ketiga yang ikut campur membela urusan orang lain (sudah terikat perjanjian jaminan sebelumnya) supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk pada orang lain tersebut. Penjamin bertugas meyakinkan orang itu akan baik-baik saja.

Bagaimana kasus jaminan dipraktikkan di zaman Israel kuno?

Yehuda berjanji kepada ayahnya, Yakub, bahwa dia menjadi “penjamin” kembalinya Benyamin dari Mesir ketika dia dan saudara-saudaranya dipaksa oleh Yusuf membawa Benyamin ke Mesir untuk menghadap Yusuf (Kej. 44:32). Ternyata Yusuf “cari perkara” sehingga Benyamin tidak boleh pulang. Karena itu Yehuda pasang badan sebagai penjamin, menggantikan Benyamin sebagai budak di Mesir (ay. 33). Perhatikan, menjadi penjamin sangat berisiko tinggi; itu sebabnya penulis Amsal yang bijaksana mengingatkan agar kita tidak gegabah menjadi penjamin untuk orang lain (Ams. 6:1-5; 11:15; 17:18; 22:26-27).

Namun pemazmur sebagai hamba berani meminta kepada Tuhan, Tuannya, menjadi penjamin baginya supaya keadaannya baik. Dengan kata lain pemazmur menginginkan Tuhan datang secara pribadi menggantikan dan memastikan dia dalam keadaan baik. Kesediaan Tuhan memenuhi permintaan Pemazmur ini, adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Tuhan itu Maha Tinggi, Maha Besar, tetapi mau melibatkan dirinya sebagai Penjamin bagi hidup Pemazmur yang kecil.

Introspeksi: bukankah kita, orang percaya, adalah hamba-hamba Tuhan? Kita yang percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat memiliki perjanjian yang dijamin oleh Yesus sendiri (Ibr. 7:22). Sungguh suatu hak istimewa (privilege) bila Tuhan yang Maha Besar nan mulia mau menjadi Penjamin kita!

Memahami luar biasanya jaminan Tuhan ini, bagaimana sepantasnya kita sebagai hamba Tuhan yang sudah dijamin berperilaku?

  • Menjalankan/bertindak sesuai hukum dan keadilan di seluruh aspek kehidupan kita (ay. 121-122). Pemazmur “sudah” (bukan “akan”, atau “berniat”, atau “berjanji”) menegakkan keadilan dan kebenaran.

Hamba yang dijamin “sudah” menjalankan keadilan Tuhan sesuai dengan standar Firman-nya bukan sesuai keinginan, pengalaman, pemikiran, dan hikmat diri sendiri. Raja Daud, hamba Tuhan, telah memberikan contoh dalam hal ini. Sebagai Raja, ia menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsa Israel (2 Sam. 8:15).

Apa itu keadilan? Prinsip keadilan ialah memberikan kepada seseorang apa yang menjadi haknya. Perhatikan, setiap orang mempunyai hak. Apabila hak orang lain ada pada kita, kita wajib memberikan hak itu kepada mereka. Contoh: ketika Yesus dijerat pertanyaan apakah harus membayar pajak kepada kaisar, jawab-Nya sederhana, “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka, “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata-Nya, “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Mat. 22:20-21)

Introspeksi: apakah kita yang mempunyai kedudukan di pemerintahan menjadi penguasa atau wakil rakyat, sudah menegakkan keadilan dan kebenaran? Bukan hanya berdasarkan hukum Indonesia tetapi berdasarkan standar Firman Tuhan?

Juga sebagai suami/istri, apakah kita sudah menegakkan keadilan dan kebenaran dalam hubungan suami-istri?

Sudahkah kita saling mengasihi dan menghormati? Sudahkah masing-masing berbagi tanggung jawab tanpa memaksakan kehendak dan kemauan diri sendiri?

Sebagai orang tua, sudahkah kita melakukan keadilan bagi anak-anak kita? Mereka memiliki hak untuk dikasihi, diayomi. Bukan cuma disodori uang pengganti kasih! Bahkan mereka berhak diarahkan dan ditegur tidak dibiarkan menjadi anak gampangan (bnd. Ibr. 12:6-8).

Demikian pula sebagai karyawan, sudahkah kita menegakkan keadilan dan kebenaran dengan bekerja sungguh-sungguh tidak korupsi waktu maupun uang?

Bagaimana dengan pengusaha, sudahkah membayar pajak kepada pemerintah tanpa disunat? Apa pun status dan posisi kita, jalankan keadilan dan kebenaran untuk menghadirkan Tuhan di mana pun kita berada.

Sebagai hamba Tuhan, kita jangan menyamakan diri dengan orang lain yang “biasa” melakukan kecurangan “berjamaah.” Seharusnyalah kita bekerja selaras dengan standar Firman Tuhan. Karena itu Rasul Paulus mengingatkan, agar apa pun yang kita perbuat, kita melakukannya dengan segenap hati seperti untuk Tuhan bukan untuk manusia (Kol. 3:23).

  • Senantiasa menantikan Tuhan sendiri yang bertindak (ay. 123-126).

Pemazmur sedang berhadapan dengan para pemeras yang berlaku tidak adil kepadanya walau dia sudah menegakkan keadilan dan kebenaran.

Pemerasan tidak hanya terjadi pada orang yang rendah statusnya atau yang lemah fisiknya atau yang miskin sehingga mereka mudah diinjak-injak dan dieksploitasi. Pemerasan dan ketidakadilan terjadi pada siapa pun dan kapan pun. Contoh: Daud selalu mengalami pemerasan dimulai dari rumah oleh kakak-kakaknya yang tidak senang melihat dia mengantar makanan untuk mereka di medan perang. Mereka menuduh dia mempunyai hati jahat (1 Sam. 17:28). Setelah menjadi panglima, Daud malah dibully oleh Raja Saul, mertuanya. Bahkan setelah berkuasa menjadi raja pun, Daud masih menghadapi musuh dan pengkhianat yang melakukan ketidakadilan padanya.

Perhatikan, di mana pun dan dalam kondisi apa pun – baik atau buruk, muda atau tua – kita selalu berhadapan dengan para pemeras yang melakukan ketidakadilan.

Bagaimana menghadapi para pemeras? Seperti Pemazmur, kita:

    • Menantikan cara-Nya Tuhan (ay 123).

Cara Tuhan menolong kita meliputi dua hal. Ia menolong kita dengan tindakan keselamatan juga dengan Firman-Nya. Keselamatan dari Tuhan bukan sekadar tindakan keselamatan berupa pertolongan dan mukjizat kesembuhan dari-Nya. Tuhan juga menolong melalui Firman yang Ia nyatakan kepada kita. Dua hal ini yang dinantikan Pemazmur.

Namun kenyataannya, seringkali kita hanya menantikan Tindakan Keselamatan, namun meremehkan Firman yang dinyatakan kepada kita. Buktinya, ketika kita mendengarkan Firman Tuhan yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang kita butuh dan harapkan (Firman penghiburan dan penguatan karena sedang dalam masalah pelik), kita meremehkannya dan merasa Firman tidak relevan, tidak menjawab masalah yang dihadapi.

Misal: kita perlu Firman penghiburan karena hati sesak nan risau tetapi pengkhotbah memaparkan pembuatan pagar Tabernakel. Kita kemudian mengganggap Firman tidak mengena sama sekali dengan apa yang kita butuhkan saat itu. Bukankah ini sikap meremehkan Firman? Apakah Tuhan tidak tahu kita datang dengan hati susah butuh pertolongan? Dan bukankah Firman yang disampaikan telah didoakan serta dalam urapan Roh Kudus?

Perhatikan, apa pun bentuk pemberitaan Firman yang disampaikan walau tampak tidak ada hubungannya dengan masalah kita, tetap pegang ayat-ayat Alkitab yang diberitakan untuk direnungkan lebih dalam karena ini cara Tuhan menolong kita. Terkadang kita sibuk memikirkan Firman Tuhan untuk menghibur dan menguatkan padahal Tuhan bermaksud menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendisiplinkan kita (2 Tim. 3:16). Tuhan lebih mengetahui kebutuhan dan kekurangan kita untuk dikoreksi dan ditolong.

Karena itu, jangan kita terbiasa meremehkan Firman Tuhan. Jangan pula kita puas dengan Firman di Gereja saja. Firman di Gereja durasinya sangat terbatas! Sebaliknya, mari kita punya kerinduan menggali lebih dalam secara mandiri dan pribadi apa makna dan pesan Tuhan yang tertulis dalam Alkitab untuk mengenal Dia lebih dekat.

Pertolongan Tuhan tidak hanya terjadi melalui mukjizat, tetapi juga saat kita paham akan Firman.

    • Menantikan waktunya Tuhan (ay. 126).

Pemazmur menanti waktunya Tuhan untuk bergerak dan hal ini diketahuinya dengan berpegang pada Firman. Firman itu membuatnya makin kuat, kukuh dan berhikmat.

Contoh: Daud disodori dua kali kesempatan untuk membunuh Raja Saul dengan mudah (1 Sam. 24; 26). Dengan demikian masalah akan selesai – dia tidak dikejar-kejar lagi dan naik jabatan menjadi raja. Semua anak buahnya mengatakan bahwa ini adalah waktunya Tuhan (1 Sam. 24:5). Secara logika, hanya Tuhan lah yang sanggup menyerahkan Saul ke tangannya dengan cara yang “ajaib” seperti ini! Tetapi Daud paham akan Firman: dia tidak boleh menjamah orang yang diurapi Tuhan (1 Sam. 26:23). Karena itu dia membiarkan Saul hidup, karena dia mengerti itu bukan waktunya Tuhan.

Aplikasi: hendaknya kita menyimpan Firman Tuhan yang mampu membuat kita mengenali apakah waktunya Tuhan sudah tiba.

  • Mencintai Firman Tuhan (ay. 127-128).

Pemazmur mencintai perintah Firman Tuhan melebihi emas tua/murni berkualitas tinggi. Jujur, beranikah kita lebih memilih Firman daripada emas apalagi saat kita butuh uang? Apa yang menjadi “emas” dalam kehidupan kita? Harta kekayaan juga termasuk emas.

Suatu saat orang muda kaya yang sudah mendedikasikan waktu, pikiran dan upayanya memenuhi hukum- hukum Taurat disuruh Yesus menjual semua miliknya dan mengikut Dia jika anak muda itu ingin memperoleh hidup kekal (Mat. 19:16-21). Ternyata dia lebih memilih hartanya ketimbang Yesus, Sang Firman (ay. 22).

Aplikasi: memang tidak mudah untuk memilih Firman atau emas tetapi setidaknya kita memiliki kerinduan dan memahami bahwa Firman Tuhan sangatlah berharga dan Dia lebih dari emas kesenangan, kehormatan, pujian dan harta duniawi. Salah satu bukti kita menghargai Firman Tuhan ialah pikiran kita menjadi aktif (tidak pasif, diam, melamun) saat mendengarkan pemberitaan Firman. Pikiran kita turut bergerak mencari dan mengingat persamaan dan hubungan antarayat yang satu dengan ayat lainnya. Pikiran kita lincah menemukan penerapan Firman itu dalam hidup kita sendiri. Demikianlah kita bisa mengalami betapa Firman Tuhan itu menggairahkan dan menyegarkan. Kita bisa menikmati Firman, sehingga tidak mudah perhatian kita dialihkan ke hal-hal lain di luar Firman yang sedang dinyatakan di hadapan kita.

Tetapi bukti utama orang yang mencintai Firman adalah di ayat 128: ia hidup sesuai Firman, dan membenci segala jalan serong yang tidak sesuai Firman. Hamba Tuhan tidak tahan tinggal dalam dosa. Jika ia berdosa, dia tahu ia sedang ada dalam kondisi kotor yang dibencinya. Karena itu dia akan segera berusaha segera keluar dari dosanya, kembali pada jalan Tuhan yang benar. Orang dunia sebaliknya, justru mencemplungkan diri ke dalam kubangan ketidaksenonohan dan menikmatinya.

Sebagai hamba yang dijamin keselamatannya oleh Tuhan, marilah kita berperilaku seperti Pemazmur: menjalankan keadilan dan kebenaran, menanti Tuhan sendiri bertindak dalam cara dan waktuNya, dan juga mencintai Firman- Nya sebagai hal yang paling berharga yang pernah ada di muka bumi ini.

Demikianlah kita akan bersinar di tengah kegelapan dunia menjadi kesaksian, agar makin banyak jiwa terhilang diselamatkan dan Nama Tuhan dipermuliakan. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: