Shalom,
Berbicara tentang persembahan yang berkenan, ingatkah kita akan peristiwa persembahan yang diindahkan Tuhan dan menjadi perhatian-Nya yakni tentang persembahan Kain dan Habel (Kej. 4:4-5)? Mengapa persembahan Kain tidak diindahkan sedangkan persembahan Habel diperkenan oleh Tuhan? Sebab Habel mempersembahkan kurban kepada Allah dengan iman (Ibr. 11:4) sementara Kain berasal dari si jahat dan segala perbuatannya jahat (1 Yoh. 3:12). Kesimpulan, pribadi yang mempersembahkan kurban harus ditandai dengan adanya iman dan perbuatan.
Prinsip yang sama tentang persembahan yang benar juga terlihat jelas pada diri pemazmur bagaimana dia mempertontonkan keadaan dirinya (“ini aku”) dan apa yang dikatakannya, “Kiranya persembahan sukarela berupa puji-pujian berkenan kepada-Mu.” (ay. 108)
Jelas persembahan harus ditandai dengan sukarela; jika tidak, berapapun besar dan mahalnya suatu persembahan namun tanpa iman, sukarela apalagi perbuatan jahat maka semuanya tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Bagaimana seharusnya sikap seseorang dalam mempersembahkan kurban agar berkenan di hadapan-Nya?
- Memosisikan Firman sebagai pedoman dan penuntun hidup (ay. 105).
Ilustrasi: terang lilin yang kecil berguna menerangi ruang gelap di sekitarnya membuat kita tidak jatuh terantuk sementara terang jangkauannya lebih luas di mana semua orang dapat melihat. Terang Firman Tuhan menjadi pemandu saat memutuskan keputusan kecil maupun keputusan yang besar dalam perjalanan hidup kita. Contoh keputusan kecil: makan di tempat kuliner yang buka malam hari di lokasi remang-remang. Keputusan besar: memilih pekerjaan atau pasangan hidup itu merupakan keputusan besar. Tanpa tuntunan Firman Tuhan, jalan pintas paling mudah ketika ada masalah dalam pernikahan ialah bercerai oleh karena cara pikir praktis dan emosi.
Ketika Firman Tuhan menjadi pelita bagi kaki kita, Firman akan menjadi penuntun dan pedoman dalam mengambil baik keputusan besar maupun keputusan kecil sepanjang hidup.
Bila kita yakin Firman Tuhan pelita bagi kaki dan terang bagi jalan, kita tidak akan berat untuk membaca Firman- Nya setiap hari sebab Firmanlah pedoman dan penuntun hidup kita. Kenyataannya, orang Kristen bahkan semua orang dalam keseharian hidup harus berjibaku atau bersentuhan dengan keinginan dan perasaan ingin dihargai/dihormati tetapi juga bisa pada situasi dihina, diejek; bagaimana kita menghadapi situasi seperti itu tanpa kekuatan Firman Tuhan? Bagaimana tutur kata dan perilaku kita di luar gereja?
- Berkomitmen setia menaati Firman Tuhan (ay. 106, 111-112).
Kita tidak hanya berpegang pada pedoman (peraturan) Firman Tuhan yang kemungkinan tidak ditaati tetapi Firman Tuhan menjadi milik pusaka yang disayang serta menjadi kegirangan hati untuk selama-lamanya sampai akhir hayat.
Ilustrasi: untuk menjadi pemain sepakbola yang andal dan bagus, dia harus disiplin latihan (walau tidak ada pertandingan) juga menaati pola makan dan pola tidur/istirahat sehat. Kita perlu mendisplinkan diri membaca dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari dan menaatinya seumur hidup. Percayalah, bergaul dengan Firman Tuhan setiap hari, hidup kita akan berubah karena dikoreksi oleh janji dan perintah Firman. Misal: Firman menjanjikan kita menjadi mempelai perempuan Tuhan (Why. 19:7) dan memerintahkan kita untuk mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mat. 22:37-39). Ironis, Kekristenan kadang sangat mengidolakan janji Tuhan tetapi mengabaikan perintah-Nya. Kalau sikap kita terus seperti ini, kita menjadi Kristen pemimpi dan sekadar berhalusinasi.
Introspeksi: sering kita mengolok-olok mereka yang datang hanya saat Natal atau Paskah, sudahkah kerajinan kita beribadah dan melayani Dia diperkenan Tuhan oleh karena kita hanya memegang janji Tuhan tetapi tidak melakukan perintah-Nya? Memang kita perlu memegang prinsip-prinsip Allkitab untuk mengambil keputusan dalam hidup tetapi lebih dari itu kita harus menaati perintah-Nya. Jujur, tidaklah mudah untuk mempraktikkan Firman sebab menyangkut gengsi, perasaan dan perkataan yang perlu dibenturkan dengan pedoman Firman Tuhan. Jangan hanya memegang janji-Nya namun memilah-milah perintah-Nya yang cocok dengan keadaan kita.
- Fokus dan setia di tengah penderitaan (ay. 07, 109-110).
Kadang saat menderita atau mendapat masalah, kita mencoba menyelesaikannya dengan cara pikir kita yang terbaik namun apakah sesuai dengan Firman Tuhan? Misal: apakah tindakan korupsi itu sesuai Firman Tuhan walau tidak ada orang melihat atau mengetahuinya? Bagi ± 10.000 karyawan Sritex yang terkena PHK dampak penutupan pabrik Sritex yang pailit, mereka tetap harus hidup menafkahi anak istri walau tidak ada penghasilan/pemasukan, hendaknya mereka tetap berpegang pada Firman Tuhan. Yesus sendiri pernah mengalami penderitaan lapar setelah puasa 40 hari (Mrk. 1:12-13). Dalam kondisi lapar, Yesus tidak sendirian tetapi berada di antara binatang-binatang liar. Namun dalam penderitaan, Yesus selalu mengulang “Sebab ada tertulis” sampai tiga kali ketika dicobai oleh Iblis. Ia mau mengajarkan agar kita tetap berpedoman pada Firman Tuhan bukan yang lain.
Dalam kondisi tertindas dan terancam maut, pemazmur tetap melakukan ketetapan Tuhan, tidak melupakan Taurat-Nya dan hidup sesuai dengan Firman-Nya. Dia terus fokus pada Firman Tuhan bukan pada penderitaan dan nyawanya.
Aplikasi: hendaknya kita membaca Alkitab bukan hanya saat keadaan baik tetapi juga saat menghadapi tantangan dan masalah. Jujur, bila dalam penderitaan, emosi marah, kecewa, sungutan, sumpah serapah dll. gampang dan cepat muncul. Waspada jangan kompromi dengan dosa, Tuhan memberikan hikmat bagaimana harus berkata-kata dan tetap mempertahankan iman kekristenan walau ada risiko.
Marilah kita memberikan persembahan yang berkenan kepada Tuhan dengan memosisikan Firman Tuhan sebagai pemandu dan penuntun hidup, berkomitmen untuk setia menaati Firman-Nya dan tetap fokus serta setia di tengah penderitaan. Tuhan pasti membela anak-anak-Nya yang hidup berkenan di hadapan-Nya. Amin.