• MAKIN CINTA FIRMAN TUHAN (JOHOR)
  • Mazmur 119:97-104
  • Johor
  • 2025-02-23
  • Pdm. Jusak Pundiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1724-makin-cinta-firman-tuhan-johor
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Tak jarang ketika mempunyai hobi terhadap benda, binatang atau kegiatan tertentu, kita lepas kontrol menuruti hobi tersebut hingga lupa waktu dan keluarga. Tentu tidaklah salah mempunyai hobi tetapi ini menjadi masalah bila hobi tersebut melebihi kecintaan kita kepada Firman Tuhan.

Pemazmur membuktikan bahwa cinta Firman Tuhan tidaklah bersifat kelompok tetapi pribadi lepas pribadi. Apa karakteristik orang yang mencintai Firman Tuhan?

  • Suka merenungkan Firman Tuhan sepanjang hari (ay. 97-100) dan berlaku seumur hidup.

Tidak disebutkan siapa penulis Mazmur 119 ini, diduga ditulis bukan pada zaman Daud atau raja-raja tetapi pada zaman sesudah pembuangan ke Babel. Tampak pemazmur mengalami tekanan dari musuh-musuh di sekelilingnya (ay. 98).

Bagaimana pemazmur menghadapi mereka? “Betapa kucintai taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (ay. 97)

“Betapa kucintai” menunjuk pada perorangan dan bersifat pribadi sementara “cinta” erat kaitannya dengan kepemilikan walau ada moto “cinta tidak harus memiliki” namun hubungan cinta antara Allah dan kita mutlak saling memiliki.

Pemazmur mengaku dia adalah milik Tuhan dan memohon keselamatan dari-Nya (ay. 94) karena dia melihat ke belakang saat bangsa Israel dilepaskan dari musuh hebat yang menjajah dan memperbudak yaitu Firaun, tentaranya dan bangsa Mesir seluruhnya.

Apa alasan Allah menyelamatkan bangsa Israel? Mereka dipilih menjadi umat kesayangan-Nya karena Tuhan mengasihi mereka (Ul. 7:6-8).

Perhatikan, kita dipilih Tuhan bukan karena faktor lahiriah seperti: kuat, kaya, pandai, berkedudukan tinggi dll. tetapi karena Tuhan mencintai kita. Dia harus memiliki kita; oleh sebab itu Dia melepaskan kita dari perbudakan dosa dengan pengurbanan Anak Tunggal-Nya mati disalib. Semua ini dilakukan karena begitu besar kasih-Nya kepada kita.

Apa yang Allah inginkan dari bangsa Israel dalam merespons cinta-Nya? Allah yang setia meminta orang-orang yang mengasihi-Nya untuk berpegang pada perintah-Nya sampai kepada beribu-ribu keturunan (Ul. 7:9-11). Itu sebabnya ibadah Sekolah Minggu dan Kaum Muda sangatlah penting; kita ajarkan mereka untuk cinta Tuhan sepenuhnya hingga mereka menikah dan beranak-cucu. Cinta kepada Tuhan tidak boleh terputus dari keluarga, rumah tangga kita turun-temurun sampai selama-lamanya dengan berpegang teguh pada perintah, peraturan dan Taurat Tuhan.

Berpegang kepada Taurat Tuhan dipahami sebagai cinta kepada Firman-Nya sebab jika seseorang mencintai sesuatu, dia pasti mempertahankannya mati-matian. Yesus pernah mengatakan, “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Mat. 6:21) Jadi, kalau kita cinta Firman Tuhan, kita akan berpegang pada Firman Tuhan mati-matian dan setia sampai mati. Di mana ada Firman Tuhan, di situ hati kita berada.

Lebih lanjut mencintai Firman Allah dibuktikan dengan merenungkannya sepanjang hari (ay. 97) berarti tidak ada hari tanpa merenungkan Firman-Nya. Ingat, kita cinta Tuhan sepenuh hati sebab Tuhan lebih dahulu mencintai kita dibuktikan dengan rela mati di atas kayu salib untuk menebus kita. Ini menjadi pandangan dan kerangka berpikir yang mutlak ada dalam kehidupan kita masing-masing apalagi menghadapi musuh-musuh (ay. 98).

Siapa musuh-musuh yang kita hadapi? Mereka ialah masalah, jalan buntu, penyakit dll. tetapi musuh yang sering tidak disadari dari dalam itulah ikatan dosa dan kebiasaan buruk yang kita lakukan.

Apa solusi menghadapi musuh-musuh ini? Hanya satu yaitu merenungkan Firman Allah sepanjang hari. Misal:

-     Ketika kita sakit, pengertian dari Tuhan akan menuntun kita untuk berobat dengan tepat.

-     Ketika menghadapi masalah, pengertian dari Tuhan akan menuntun kita agar sabar dan tidak gegabah untuk dapat melihat celah dalam menyelesaikan masalah.

-     Jika ada ikatan dosa dan kebiasaan buruk (suka bergosip, bicara kasar nan kotor, dll), Firman Tuhan akan menginsafkan dan mendorong kita untuk minta ampun kepada Tuhan dan minta maaf kepada sesama. Ia berkuaa menyucikan kita dengan darah Anak-Nya.

Selanjutnya pemazmur mengatakan bahwa dia lebih berakal budi daripada semua pengajar dan lebih mengerti daripada orang-orang tua (ay. 99-100). Apa maksudnya bagi kita sekarang? Pengajar/pendeta hanya sebatas di kelas/gereja dalam menyampaikan doktrin dan teori tetapi yang lebih penting ialah penerapannya di luar kelas/gereja. Misal: dosen teologi mengajar doktrin sebatas di kelas tetapi jauh lebih penting bila pengajaran tersebut diterapkan di luar kelas menjadi pengalaman hidup. Kalaupun dosen membagikan pengalamannya, itu hanya sebatas pengalaman hidupnya di masa itu yang beda situasi dan kondisi dengan keadaan mahasiswa sekarang. Demikian pula dengan pengalaman orang tua yang beda situasi dan kondisi dengan zaman sekarang. Diperlukan akal budi dan pengertian untuk diterapkan sesuai situasi dan kondisi masing-masing namun jangan khawatir cinta Firman Tuhan akan menolong dan memampukan kita.

  • Memilih menaati Firman Tuhan (ay. 101).

“Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku supaya aku berpegang pada firman-Mu.” Pemazmur sangat mencintai Firman Tuhan, dibuktikan dengan merenungkan Firman sepanjang hari agar tidak gagal ketika diperhadapkan pada pilihan antara kebenaran atau kejahatan seperti dialami oleh Adam dan Hawa berakibat manusia (sejak anak-anak) hatinya cenderung berbuat jahat (Kej. 6:5; 8:21) walau bumi dihukum dengan air bah kecuali Nuh sekeluarga selamat karena masuk dalam bahtera (Kej. 8:18).

Siapa yang mengajari pemazmur (juga kita) untuk mampu menahan kaki dari segala yang jahat? Tuhan yang mengajar dia (ay. 102).

Introspeksi: bagaimana kita mampu memilah-milah mana yang benar dan yang jahat saat terjepit tidak ada waktu untuk bertanya kepada pendeta? Dengan merenungkan Firman sepanjang hari, TUHAN – Bapa-Anak- Roh Kudus – memberikan kekuatan dan kemampuan bertambah untuk menaati perintah-Nya sehingga menjadi karakter kita dalam ketaatan.

Tuhan siapa yang dimaksud di sini?

Pemazmur mengalami tuntunan dari Roh Allah (Mzm. 143:10), bangsa Israel juga saat berada di padang gurun (Neh. 9:19-20a) sementara kita sekarang dipimpin oleh Roh Kudus ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:12- 13). Jadi, semakin kita melatih diri untuk menaati Firman Allah, semakin Roh Kudus memimpin kita; sebaliknya, semakin kita tidak taat, semakin kita mendukacitakan Roh Kudus. Kita dimampukan menerapkan Firman dalam setiap situasi dan kondisi bukan karena akal pikiran, emosi atau pengalaman kita tetapi karena tuntunan Roh Allah yang ada dalam kita.

Pilihan ada di tangan kita alias tergantung pada kita. Jangan salah pilih tetapi pilih apa yang dipimpin oleh Roh Allah yang sesuai dengan Firman-Nya!

  • Menghargai Firman Tuhan melebihi segalanya (ay. 103-104).

“Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih daripada madu bagi mulutku.”

Allah menjanjikan bangsa Israel menduduki negeri yang berlimpah dengan susu dan madu (Ul. 31:20). Memang mereka menikmati madu tetapi lupa kepada si Pemberi madu dengan melanggar Firman-Nya. Akibatnya Israel (Kerajaan utara) dibuang ke Asyur (2 Raja. 18:11) sementara Yehuda dan Benyamin (Kerajaan Selatan) dibuang ke Babel (2 Raja. 24:14). Di tempat pembuangan itu, madu sangat mahal dan langka. Dari situ pemazmur menggambarkan Firman Tuhan lebih manis dari madu yang tidak mampu dibeli dan sukar didapat. Pemazmur menghargai Firman Tuhan melebihi madu-madu duniawi.

Introspeksi: sudahkah kita menghargai dan mencintai Firman Tuhan lebih dari segala berkat duniawi yang tampak “manis” – tawaran pekerjaan dan jabatan yang menggiurkan bahkan “cinta” dari pemuda/i yang tidak mengenal Tuhan hingga rela meninggalkan Tuhan? Perhatikan, Firman Tuhan yang kita hargai akan

memengaruhi pola pikir dan perilaku kita dalam menghadapi “madu-madu” berupa berkat dan tawaran duniawi bersifat fana. Percayalah Tuhan mampu mendatangkan semua yang kita butuhkan di bumi seturut kuasa dan kehendak-Nya tetapi kita harus mengutamakan Firman Tuhan terlebih dahulu (Mat. 6:33). Roh kudus akan memberitahukan kepada kita hal-hal yang akan datang itulah yang kekal melebih “madu” duniawi ini.

Mengapa Firman Tuhan melebihi Madu? Karena pemazmur mengerti bagaimana menerapkan Firman Tuhan dalam keseharian hidup sehingga dia membenci jalan dusta (ay. 104).

    • Roh Tuhan memampukan kita untuk membenci ikatan dosa dan jalan dusta seperti yang ditawarkan oleh dunia. Ingat peribahasa “di luar bagai madu, di dalam bagai empedu” – kelihatan baik dan manis di luar tetapi di dalamnya kita terperosok dalam kepahitan demi kepahitan. Oleh sebab itu jangan sampai kita terjebak dan terjerumus pada berkat-berkat duniawi yang bukan dari Tuhan. Waspada, apa yang kita duga madu berkat ternyata empedu laknat yang tidak membawa kita kepada negeri seberang yang kekal tetapi hanya berakhir kepada kebinasaan kekal. Berkat duniawi hanyalah bonus tambahan karena kita mencintai dan menghargai Firman Tuhan melebihi segala perkara duniawi.
    • Dengan mencintai Firman Tuhan, kita tidak akan mudah terjebak pada tawaran-tawaran berkat duniawi apalagi jika diperoleh melalui jalan dusta. Sebaliknya, kita dituntun Roh Kudus membenci segala praktik dosa yang mendukacitakan Roh Kudus.

Marilah kita makin cinta Firman dengan cara merenungkan Firman sepanjang hari, menaati dan menghargainya maka cinta Bapa, pengurbanan Kristus, Anak-Nya, dan pimpinan Roh Kudus memampukan kita melakukan kehendak-Nya dan kita makin membenci perbuatan-perbuatan dosa yang menyakiti hati-Nya. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: