Shalom,
Perlu diketahui tema besar di tahun 2025 adalah “kebersamaan bertumbuh melayani Tuhan”. Pertumbuhan rohani dapat dicapai melalui perkembangan makin mencintai Firman Tuhan. Ilustrasi: ketika melihat keponakan yang sudah lama tidak bertemu selama 15-20 tahun, kita akan kaget melihat postur tubuhnya yang bertumbuh makin tinggi dan besar. Demikian pula bila kita mengalami pertumbuhan rohani maka kita pasti makin cinta Firman Tuhan. Bukan sekadar slogan tetapi benar-benar menjadi pengalaman pribadi kita masing-masing.
Bagaimana dengan pemazmur, sungguhkah dia mencintai Firman Tuhan? “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (ay. 97)
Kata “betapa” menunjukkan ungkapan kekaguman bahwa dia sangat mencintai Firman Tuhan. Kita mengagumi sesuatu bukan hanya dari mendengar atau melihat fotonya tetapi mengalaminya secara pribadi. Misal: kita mengagumi keindahan pemandangan Trawas bukan hanya melihatnya di YouTube tetapi langsung pergi ke tempatnya di daerah Trawas.
Tindakan “mencintai” di dalam Perjanjian Lama digunakan di pelbagai relasi seperti: hubungan antarsahabat, orang tua-anak, suami-istri, sampai hubungan manusia-Allah. Itu sebabnya ada pertumbuhan/perkembangan yang awalnya mengasihi biasa-biasa saja menjadi lebih mengasihi meningkat makin dalam mencintainya. Demikian pula bila kita makin mencintai Firman Tuhan, jelas bukan sekadar main perasaan tetapi lebih kepada komitmen, kesetiaan dan penghormatan kepada Tuhan. Pemazmur tidak hanya bertutur kata tetapi mengalami percintaan dengan Firman dibuktikan dengan merenungkannya sepanjang hari. Ilustrasi: kalau kita makin cinta minum kopi, kita akan makin sering ngopi.
Apakah ini berarti pemazmur seorang pengangguran sehingga sepanjang hari kerjanya hanya merenungkan Firman Tuhan? Maksudnya ialah dia menyiapkan ruang khusus dalam pikirannya untuk ditempati oleh Firman. Dengan demikian Firman tersebut tidak terlupakan atau hilang dari ingatannya.
Introspeksi: masih ingatkah kita akan pembacaan ayat Firman Tuhan tadi pagi? Di tengah kekhawatiran menghadapi masalah, apakah kita cepat teringat akan Firman Tuhan di Filipi 4:6 yang mengatakan supaya kita tidak khawatir tentang apa pun tetapi menyatakan permohonan kita kepada Allah di dalam doa permohonan dan ucapan syukur? Atau saat kita merasa lelah menghadapi berbagai macam persoalan, ingatkah kita akan Firman Tuhan di Matius 11:28 yang mengundang kita yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya karena Ia akan memberikan kelegaan? Jadi, ketika stres menghadapi masalah hidup, kita jangan terjerumus dan terseret arus tetapi Firman Tuhan yang kita renungkan dan simpan di dalam pikiran dan hati akan menguatkan kita. Ini terjadi bila kita mencintai Firman Tuhan dan merenungkannya siang malam.
Apa dampak nyata bagi orang yang makin cinta Firman Tuhan seperti sudah dialami oleh pemazmur?
- Membuat seseorang makin berhikmat (ay. 98) → pikiran
“Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.
Logikanya musuh yang berani menyerang pasti lebih pintar, lebih kuat, lebih banyak jumlahnya, lebih canggih strateginya, lebih lengkap senjatanya dll. Namun pemazmur mengaku dia lebih bijaksana daripada mereka bukan karena dia hebat tetapi karena dia berpegang pada Firman.
Kita tahu kisah Daud yang mana hampir sepanjang hidupnya dilalui dengan berperang. Ketika masih muda, dia menghadapi musuh yang tidak sebanding dalam postur, pengalaman, strategi perang, senjata hebat. Daud yang cinta Firman Tuhan kelihatan seperti orang bodoh karena maju perang tidak membawa senjata atau
memakai baju perang kecuali umban dan batu (1 Sam. 17:49-50). Namun dia mampu mengalahkan Goliat bukan hanya karena dia disertai Tuhan tetapi Tuhan juga memberikannya hikmat. Apa hikmatnya? Daud tidak mau risiko bertarung jarak dekat yang pasti tidak menguntungkan baginya. Dengan hikmat Tuhan, Daud mengambil batu dari kantung dan diumbannya dari jarak jauh terkena tepat pada dahi Goliat dan matilah dia.
Juga saat menghadapi mertuanya sendiri, Raja Saul, yang mengejar-ngejarnya membawa 3.000 tentara elit (1 Sam. 26:2). Walau banyak musuh harus dihadapi, Daud selalu diberi hikmat dari Tuhan dan berkemenangan. Kenyataannya, negara kecil Israel selalu dikepung oleh negara-negara yang memusuhinya tetapi mereka masih eksis hingga sekarang karena hikmat dari Tuhan mereka mampu membuat senjata canggih untuk menangkis senjata musuh. Mereka menang sebab mereka merenungkan Taurat Tuhan sejak kecil (Ul. 6:7).
Aplikasi: ketika kita menghadapi orang-orang (penting, pintar, berpengaruh dll.) yang membenci dan memusuhi kita, jangan takut asalkan kita tetap merenungkan dan melakukan Firman, Tuhan pasti memberikan kita hikmat menghadapi mereka. Jangan membalas dengan berbuat dosa sekalipun mereka menggunakan siasat licik! Percayalah, Tuhan membela anak-anak-Nya yang mencintai Firman-nya dan memberikan kita hikmat dan kemenangan.
Selain berhikmat, pemazmur (juga kita) lebih berakal budi (ay. 99).
Lebih berakal budi artinya lebih dalam pengertiannya, lebih luas wawasannya dan lebih cerdas. Tentu kita mengharapkan pengajar harus lebih pintar; kalau tidak, kita tidak akan mau belajar dengannya. Sebenarnya pengajar lebih pandai karena dia lebih dahulu belajar dan sebelum mengajar dia belajar lagi. Bahkan banyak pengajar tidak hanya menguasai ilmu tetapi sudah mempunyai pengalaman praktik.
Pemazmur tidak bermaksud sok pintar atau sombong tetapi hendak menjelaskan bagaimana kekuatan Firman Tuhan memberinya pemahaman lebih dalam ketimbang semua pengalaman dan kepandaian pengajar. Sesungguhnya meluangkan waktu untuk merenungkan Firman Tuhan bukanlah membuang waktu; sebaliknya, membuat wawasan kita bertambah luas dan pemahaman kita makin mendalam sehingga kita makin cerdas dan efektif dalam menerapkan ilmu yang telah kita pelajari dengan prinsip kebenaran Firman Tuhan termasuk kejujuran, integritas, ketertiban dll.
Selain terhadap pengajar, pemazmur (juga kita) lebih mengerti daripada orang-orang tua (ay. 100) yang memiliki pengalaman jauh lebih banyak daripada orang muda. Umumnya orang tua lebih bijak karena mempunyai pengalaman segudang. Namun pemahaman dan ketaatan pada Firman Tuhan memberi kita pengertian melebihi pengalaman hidup. Bukankah orang-orang muda sebagai generasi penerus diharapkan lebih cerdas dan kompeten daripada semua pendahulunya?
Apa beda pengertian yang dimiliki oleh orang-orang yang berpegang pada Firman? Raja Salomo muda sangat mencintai Firman Tuhan dan memohon Tuhan memberinya hikmat. Salomo berhikmat melebihi semua orang termasuk ayahnya, Daud. Namun dia tetap menghargai pesan ayahnya sebelum meninggal yakni mewujudkan pembangunan Bait Allah yang telah dirancang oleh Daud. Salomo yang berhikmat tinggi tidak meremehkan atau menghina rancangan ayahnya tetapi menghargainya walau dia mampu merancang jauh lebih bagus. Dia bahkan memakai semua bahan yang sudah disiapkan oleh Daud.
Pembelajaran: hikmat Tuhan membuat seseorang tidak hanya pandai tetapi juga disertai kerendahan hati dan kemauan untuk menghargai orang lain.
Kontras dengan sikap anak Salomo, Rehabeam, yang tidak mencintai Firman. Dia mengabaikan nasihat dari para tua-tua yang mendampingi ayahnya tetapi malah mendengarkan nasihat orang-orang muda sebaya yang mendampinginya (1 Raja. 12:6-8). Rehabeam muda yang berkuasa menganggap nasihat orang tua tidak cocok dan tidak relevan dengan zaman. Dia merasa paling pintar dan tidak mau merendahkan diri; inilah hikmat duniawi.
Perhatikan anak muda, sepandai apapun kalian, tetaplah rendah hati; berpeganglah pada Firman Tuhan yang menjamin kalian bijaksana, pandai juga rendah hati. Sebaliknya bagi orang tua, jangan kalian menghambat anak muda. Jangan sombong karena kaya pengalaman tetapi bimbing dan ajari mereka agar berpegang pada Firman Tuhan supaya mereka bijaksana dan tahu hormat terhadap orang tua.
- Membuat seseorang makin berkelakuan benar (ay. 101-102) → perbuatan
“Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku supaya aku berpegang pada firman-Mu. Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.”
Semakin seseorang mencintai Firman Tuhan, semakin dia berkelakuan benar. Jadi, Firman tidak hanya membuat kita berhikmat tetapi juga terlihat nyata di dalam kelakuan kita sehari-hari.
Mengapa pemazmur menahan kakinya? Agar dapat berhenti saat menghadapi godaan dosa dan kejahatan. Dia juga tidak menyimpang dari Firman Tuhan. Ilustrasi: kehidupan kita bagaikan sebuah kendaraan yang memerlukan pedal gas dan pedal rem. Kedua pedal ini mutlak dibutuhkan; kalau salah satu tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan kecelakaan. Selain itu diperlukan pula kemudi yang baik bukan setir yang melenceng untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan. Hal yang sama berlaku pula dengan kita; karena mencintai Firman Tuhan, kita dapat menginjak “gas pol” untuk beribadah dan melayani Tuhan dengan setia tetapi jangan lupa Firman Tuhan juga berfungsi sebagai rem kuat yang mampu menghentikan langkah kita agar tidak jatuh ke dalam dosa. Waspada, aktif dalam pelayanan tidak menjamin hilangnya godaan untuk berbuat dosa. Buktinya, banyak konselor Kristen jatuh dalam perselingkuhan, pengusaha Kristen tergoda melakukan korupsi dan penipuan dll. karena mereka tidak mampu mengerem/berhenti menghadapi dosa. Jadi, cinta Firman Tuhan menjamin kita on the track – lurus/tidak melenceng dari jalur kebenaran Firman Tuhan. Kalaupun kita sempat melenceng keluar dari jalur kebenaran, Firman Tuhan mampu meluruskan kembali langkah kita.
- Membuat seseorang makin membenci dosa (ay. 103-104) → perasaan
“Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. Aku beroleh
pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta.”
Ternyata makin kita mencintai Firman Tuhan, makin kita merasakan manisnya Firman tersebut bagaikan manisnya madu. Madu tidak hanya manis dan memberikan stamina baru tetapi juga termasuk barang yang sangat berharga. Ingat janji Allah kepada bangsa Israel ketika mereka keluar dari Mesir? Mereka dijanjikan tinggal di tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madu (Ul. 31:20) bukan berlimpah dengan emas dan berlian.
Pemazmur merasakan betapa berharganya Firman Tuhan baginya. Dan makin dia mengerti Firman Tuhan, makin dia mengalami Firman Tuhan berdampak dia membenci segala jalan dusta. Timbul dua perasaan yang kontradiktif: di satu sisi makin merasakan manisnya Firman Tuhan; di sisi lain makin membenci jalan dusta (jalan serong/menyimpang TB2).
Introspeksi: di posisi mana kita berada? Kalau kita makin mencintai Firman Tuhan, kita akan makin benci terhadap jalan hidup yang berdosa bahkan memikirkannya pun tidak. Kali ini kita tidak hanya mengerem kaki untuk tidak melakukan dosa tetapi penyucian berlaku hingga dalam hati. Orang dapat melihat penampilan luar kita alim nan baik tetapi siapa mengetahui isi hati kita yang masih menyukai dusta, siasat jahat, menyimpang dari ikatan kesetiaan suami-istri dst. Perhatikan, tajamnya Firman penyucian bagaikan pedang bermata dua yang menusuk sampai ke perasaan kita (Ibr. 4:12). Bertobatlah sebelum terlambat!
Marilah kita bertumbuh di dalam mencintai Firman agar kita makin berhikmat, berkelakuan benar dan makin membenci jalan-jalan yang menyimpang. Ingat, Tuhan membela umat-Nya yang cinta Firman-Nya. Amin.