• EVERLASTING MINISTRY (JOHOR)
  • Mazmur 119:89-96
  • Johor
  • 2025-02-16
  • Pdm. Budy Avianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1723-everlasting-ministry-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Tema “Everlasting Ministry/pelayanan tanpa batas” cukup menarik dan menantang karena kenyataannya semua makhluk di dunia ini ada batasnya antara lain: batas umur, batas kesehatan dll. Bulan lalu (Januari) ada diklat GPT diikuti oleh ±40 orang juga ada batasnya dan telah berakhir di tanggal 31 Januari 2025.

Kalau begitu siapa Pribadi tanpa batas yang layak dilayani?

“Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga.” (ay. 89)

Ternyata Firman yang adalah Pribadi Allah sendiri bersifat tanpa batas. Bagaimana Allah memperkenalkan diri ketika ditanya oleh Musa yang diutus untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir?

  • “AKU ADALAH AKU” (Kel. 3:13-14).
  • “Aku adalah Alfa dan Omega, Firman Tuhan Allah yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.” (Why. 1:8).

Jelas Firman yang teguh di Surga adalah Pribadi Allah yang tidak tergoyahkan dan tidak termakan oleh waktu. Ia tidak diciptakan tetapi hadirat-Nya nyata; Ia ada di Surga dan mahahadir di mana-mana bahkan di dalam hati kita yang adalah bait-Nya (1 Kor. 3:16). Langit dan bumi akan berlalu tetapi Firman-Nya tidak akan berlalu (Mat. 24:35). Dengan kata lain, langit dan bumi akan hancur tetapi Pribadi Allah Tritunggal tetap eksis tanpa batas. Langit dan bumi ini akan lenyap diganti langit dan bumi baru yang didiami oleh-Nya bersama umat-Nya (Why. 21:1-3). Untuk itu sudah selayaknya kita mengasihi dan melayani Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita (Mrk. 12:30).

Sebelum penciptaan, bumi belum berbentuk dan kosong serta gelap gulita menutupi samudera raya. Mulailah Allah tanpa batas ini menciptakan dengan Firman-Nya dari hari pertama hingga hari keenam dan semua tercipta dengan sangat baik (Kej. 1:31). Teknologi dunia secanggih apa pun tidak mampu melakukan seperti ini. Di hari keenam Ia membentuk manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:27).

Tahukah benda-benda mati ciptaan-Nya sampai hari ini masih setia melayani Sang Firman yang teguh dan tidak tergoyahkan itu? Ironis, manusia yang dibentuk sesuai dengan rupa dan gambar Allah malah tidak menghambakan diri kepada-Nya. Mereka tidak merendahkan diri untuk taat kepada Allah yang berkuasa ini. Karena keinginan hati untuk menjadi seperti Allah, mereka melanggar perintah Firman-Nya dan jatuh ke dalam dosa. Mereka diusir keluar dari Taman Firdaus jauh dari Allah sebagai hukuman namun ternyata mereka tidak juga bertobat tetapi justru makin berbuat kejahatan dan kecenderungan hatinya membuahkan kejahatan semata (Kej. 6:5).

Introspeksi: sudahkah kita ciptaan-Nya menaati Firman Tuhan atau malah hidup sembrono menyakiti hati-Nya membuat Dia murka lalu membinasakan kita seperti telah dilakukan-Nya terhadap orang-orang di zaman Nuh dan hanya Nuh yang beriman (Ibr. 11:7) bersama keluarganya yang selamat? Karena iman, Nuh menaati perintah Allah untuk membuat bahtera walau secara logika tidak masuk akal; alhasil, Nuh sekeluarga selamat.

Setelah selamat, keturunan Nuh tidak pula menjadi orang baik. Mereka tetap berbuat dosa mau mencari nama untuk diri sendiri dengan mendirikan kota dan menara Babel hingga Allah mengacaukan bahasa mereka dan mereka terserak ke seluruh bumi lalu berhenti mendirikan kota ini (Kej. 11). Sifat manusia ingin seperti Allah mirip dengan sifat Iblis, malaikat yang jatuh karena memberontak kepada Allah, dan akan menerima hukuman dilempar ke dalam lautan api dan belerang (Why. 21:10).

Setelah peristiwa menara Babel, manusia tidak kapok berhenti berbuat dosa. Mereka tetap hidup menuruti keinginan hatinya membuat Allah menghukum Sodom dan Gomora dengan api dan belerang oleh karena dosa mereka terlalu

berat (Yud. 1:7). Sesungguhnya Allah tidak tega melihat ciptaan-Nya yang awalnya sangat baik berubah menjadi rusak dalam kejahatan. Hukuman air bah maupun api belerang yang dijatuhkan-Nya mengandung kasih-Nya untuk mengingatkan agar kita tidak lanjut dalam dosa tetapi kembali kepada Allah, Sang Pencipta, yang mengasihi kita dan mengutus Anak-Nya mati disalib menanggung dosa kita (Yoh. 3:16). Dia sudah melayani kita terlebih dahulu; bila kita merespons kasih Allah ini dengan penyesalan tidak lagi melakukan kejahatan tetapi kembali kepada Allah maka kita tidak perlu binasa. Inilah maksud dan keinginan hati Tuhan terhadap kita, umat-Nya.

Perhatikan, setelah diperdamaikan dengan Tuhan, kita tidak boleh menjadi orang egois. Kita yang sudah dilayani terlebih dahulu oleh Tuhan, Sang Pencipta, harus melayani Dia melalui pelayanan terhadap sesama. Jangan menjadi orang pengangguran tidak mau bekerja tetapi kita menjadi pelayan untuk memberitakan Firman, siap sedia baik atau tidak baik waktunya (tanpa batas), sebab akan tiba hukuman dijatuhkan bagi mereka yang menolak ajaran sehat (2 Tim. 4:2-5).

Aplikasi: kita menjadi kesaksian hidup dan pelaku Firman untuk menunaikan tugas pelayanan terhadap sesama agar mereka juga mengenal Injil kebenaran dan Pribadi Allah yang tak terbatas ini.

Setelah mengetahui Pribadi yang dilayani itulah Allah, Sang Pencipta, kini bagaimana cara kita melayani Dia? Ilustrasi: seorang ART digaji untuk mengerjakan tugas rumah tangga sesuai dengan perintah majikannya. Demikian pula kita melayani Allah yang setia maka kita harus menuruti perintah Firman-Nya (ay. 90-91).

Sayang, alam semesta yang diciptakan Allah dengan indah dirusak oleh manusia demi kekuasaan, uang dan kepentingan diri sendiri menyebabkan polusi tinggi, banjir, tanah longsor, gempa bumi dll.

Jangan kita mengulangi kesalahan sama dengan menuruti kemauan sendiri berakibat seperti peristiwa menara Babel tetapi marilah kita menyukai Taurat-Nya agar tidak binasa dalam sengsara (ay. 92) dan dapat melayani Dia dengan benar. Dengan mencintai Firman-Nya, dari hari ke hari kita makin diubahkan, dikuduskan hingga mencapai kesempurnaan seperti Dia yang sempurna adanya. Melalui Firman Tuhan, kita beroleh panduan tepat untuk dapat melayani Tuhan hingga mencapai Yerusalem Baru di mana kita melanjutkan pelayanan imamat kita di sana.

Pemazmur mengingatkan kita untuk selama-lamanya tidak melupakan titah-Nya (ay. 93) sebab kita adalah kepunyaan- Nya (ay. 94). Ingat, kita sudah dibeli dan harganya lunas dibayar (1 Kor. 6:20); kita yang sebelumnya menuju penghukuman kekal telah dilayani oleh Yesus dengan pengurbanan nyawa-Nya.

Kita harus gemar membaca Firman Tuhan sebab orang-orang fasik mengincar dan siap membinasakan kita (ay. 95) bersama mereka. Di Taman Firdaus, Iblis masuk ke dalam ular yang sangat cerdik namun di akhir zaman ini Iblis tidak lagi tampil kasar dan menyeramkan tetapi menyamar sebagai malaikat Terang (2 Kor. 11:13-14) untuk mengecoh kita. Roh Kudus memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13) dan mengingatkan kita untuk menimbang “khotbah” yang benar sesuai dengan yang ditulis di Alkitab.

Namun perlu diwaspadai, jangan sampai kita memberitakan Injil juga sibuk melayani tetapi pada akhirnya kita sendiri ditolak/terhilang (1 Kor. 9:27). Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Karena kita cuma fasih berkhotbah (teori) tetapi tidak mengalami Firman terlebih dahulu.

Tahukah perintah Tuhan itu luas (ay. 96)? Itu sebabnya kita tidak boleh membaca hanya satu ayat kemudian dijadikan patokan hidup. Kita harus memeriksa ayat sesuai konteks dan kaitannya dengan ayat-ayat lain untuk mengetahui korelasi dan makna di dalamnya.

Kini kita mengetahui kepada siapa kita melayani itulah Tuhan tanpa batas yang sudah melayani kita terlebih dahulu. Untuk itu kita merespons dengan mencintai Firman-Nya sebagai panduan/petunjuk untuk melangkah di jalan yang benar, memberitakan Injil dengan benar untuk tidak menyesatkan orang lain dan menjadi pelaku Firman agar kita tidak tertolak pada akhirnya sementara orang lain beroleh keselamatan. Perhatikan, playanan kita tidak berhenti hanya di bumi ini tetapi berlanjut di Yerusalem Baru saat tinggal bersama Tuhan untuk selama-lamanya. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: