Shalom,
Bila berpengharapan kepada Tuhan, kita tidak perlu khawatir akan apa yang terjadi dalam hidup kita di masa mendatang. Namun Tuhan menginginkan kita hidup bersosial tidak hidup sendirian tetapi berteman dan menjadi teman yang tulus satu sama lain. Jangan memisahkan dan mengasingkan diri tidak mau bergaul karena takut tercemar dan kotor karena merasa banyak orang fasik berkeliaran bebas.
Perhatikan, karakter tulus terlebih dahulu dimulai dari kita; jangan menuntut orang lain tulus terhadap kita baru kita merespons tulus kepadanya. Apa pengertian tulus menurut Alkitab? Tulus berkaitan dengan hati yang suci, bersih, jujur, lurus, murni, tidak pura-pura alias munafik, satunya hati dan perkataan. Yesus sendiri berjanji, “Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah.” (Mat. 5:8)
Kenyataannya kita tidak pernah melihat Allah secara kasatmata tetapi melalui pembacaan dan perenungan Firman- Nya sebab pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1). Bila kita mengimani Firman Tuhan adalah Pribadi-Nya, kita tidak akan main-main apalagi menolak Firman yang menyatakan kesalahan bahkan menegur kita. Ingat, teguran Firman Tuhan adalah bentuk kasih Allah kepada kita (Ibr. 12:6) sebab Ia tidak mau kita terus menerus hidup dalam kubangan dosa yang berakhir pada maut (Rm. 6:23). Iman percaya kepada Tuhan yang dilanjutkan pada perbuatan iman menghasilkan pembaruan hidup (Yak. 2:26) oleh Firman yang senantiasa menyucikan sehingga hidup kita suatu saat tidak ada cacat cela di hadapan- Nya (Ef. 5:27), menjadi sempurna sama seperti Bapa Surgawi yang sempurna adanya (Mat. 5:48).
Tahukah di awal penciptaan, manusia pertama diciptakan menurut gambar Allah (Kej. 1:27)? Adam tidak dibiarkan hidup sendirian tetapi diberikan penolong/teman hidup yang sepadan dengannya itulah Hawa (Kej. 2:21-22). Mereka diperintahkan untuk beranak cucu supaya bertambah banyak (Kej. 1:28) alias tidak hidup sendirian berdua. Saat itu hati mereka suci dan tulus sehingga bebas bertemu bahkan bercakap-cakap dengan Allah di Taman Eden (Kej. 3:8).
Memang Adam-Hawa diperbolehkan makan semua buah dari pohon yang tumbuh di Taman Eden dengan bebas kecuali buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Jika mereka melanggar larangan tersebut, mereka akan mati. Jelas perintah/Firman Allah ada yang diperbolehkan ada pula yang dilarang.
Kondisi ketulusan/kesucian hati manusia berubah drastis setelah bertemu ular. Hawa lebih mendengarkan perkataan ular dan memakan buah terlarang bersama suaminya berakibat jatuh ke dalam dosa. Hawa hanya mendengarkan Firman tetapi tidak dilanjutkan dengan perbuatan berakibat mati dalam dosa (Yak. 2:17). Bukankah segala sesuatu yang diperbuat di luar Firman adalah dosa? Ingat, dosa selalu berlawanan dengan Firman (Gal. 5:17); apa yang dilarang justru yang dilakukan.
Adam-Hawa yang sebelumnya begitu bahagia dapat melihat Allah karena berhati tulus nan suci berubah ketakutan begitu mendengar langkah Allah di taman lalu bersembunyi tidak berani bertemu dengan-Nya (kej. 3:10). Hati mereka tidak menyatu lagi bahkan mulai menyalahkan satu sama lain. Akibatnya, Allah yang suci tidak dapat bersekutu dengan manusia yang berdosa dan mereka dihalau keluar dari Taman Eden. Terbukti manusia makin hari makin bertambah jahat dan kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata (Kej. 6:5). Terjadilah keretakan hubungan antara manusia dengan Allah maupun manusia dengan sesama.
Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki keretakan hubungan ini menurut penulis Mazmur 119:57-64?
- Untuk memperbaiki hubungan manusia dengan Allah maka Tuhan adalah bagian kita (ay. 57-60). Pemazmur dengan berani mengemukakan “bagianku ialah TUHAN” dan berjanji untuk berpegang pada Firman-Nya (ay. 57).
Apa yang dimaksud dengan “bagianku adalah TUHAN”? Artinya TUHAN dan Firman-Nya menjadi bagian dari kehidupan pemazmur yang mana dia tidak dapat lepas dari Tuhan maupun Firman. Pemazmur telah melihat pengalaman nenek moyangnya yang melawan perintah Tuhan berakibat jatuh dalam dosa. Ilustrasi: tangan adalah bagian dari hidup kita, jika satu tangan tidak berfungsi, hidup kita tidak sempurna karena kurang kuat untuk mengangkat barang berat. Begitu pula dengan kita, Tuhan tidak boleh lepas dari hidup kita. Begitu lepas dari-Nya, hidup kita akan berubah seperti Adam dan Hawa yang putus hubungan dengan Allah karena jatuh dalam dosa. Oleh sebab itu kita harus berpegang terus kepada Firman Tuhan.
Terbukti di dalam Firman Tuhan ada belas kasihan, peringatan dan perintah (ay. 58-60). Bukankah Allah telah memberikan perintah sekaligus peringatan kepada Adam-Hawa ketika mereka tinggal di Taman Eden? Allah juga memberikan 10 hukum kepada bangsa Israel untuk ditaati (Kel. 20:1-17). Saat kita menaati Firman Tuhan, hidup kita disucikan; sebaliknya, jika kita melanggar perintah-Nya, hukuman sudah menanti.
Selain perintah dan peringatan, Firman Tuhan juga mengandung belas kasihan. Faktanya, kita keturunan Adam-Hawa, telah ditandai dosa bawaan dari mereka. Untuk memperbaiki putusnya hubungan kita dengan Tuhan, kita jadikan Firman Tuhan bagian (hidup) kita dengan suka membaca dan merenungkan Firman-Nya. Yesus menegaskan siapa yang tetap dalam Firman-Nya adalah murid-Nya (Yoh. 8:31). Dengan mencintai Firman, kita menjadi murid Tuhan yang mengetahui kebenaran dan kebenaran ini akan membebaskan kita (ay. 32) dari segala perbuatan dosa yang sudah kita lakukan. Waspada, dosa menjadi penyebab putus dan terpisahnya kita dari Allah (Yes. 59:2). Namun Yesus telah menanggung dosa kita dengan mati disalib sehingga kita menjadi orang merdeka dan bertemu dengan Allah melalui pembacaan Firman-Nya. Bila kita bersedia mengaku pelanggaran kita, Tuhan yang berbelas kasihan mengampuni serta membersihkan hati kita. Jangan gampang berputus asa bila tidak mengerti Firman Tuhan, Roh Kudus akan menolong dan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13). Dengan demikian relasi kita dengan Tuhan dipulihkan dan kita hidup dalam kekudusan.
- Memperbaiki hubungan dengan sesama dengan menjauhkan diri dari orang fasik tetapi bersekutu dengan mereka yang takut kepada Tuhan (ay. 61-64).
Tidak dapat dipungkiri kita yang beriman kepada Tuhan termasuk golongan minoritas dibandingkan dengan orang fasik dan mereka yang tidak mengenal Allah. Kita tidak dapat menghindar dari mereka di sekeliling kita yang hidupnya sembrono. Kalau kita tidak hati-hati, hidup kita akan terkontaminasi dengan sifat-sifat jahat mereka. Ingat, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (1 Kor. 15:33).
Apa yang dilakukan oleh orang-orang fasik terhadap pemazmur? Tali-tali mereka (tutur kata jorok, sikap dan perilaku jahat) membelitnya tetapi dia tidak melupakan Taurat Tuhan dan bersyukur atas hukum-Nya yang adil (ay. 61-62).
Aplikasi: sekalipun orang fasik dan mereka yang tidak tulus mengelilingi dan berusaha membelit kita, kita yang berkomitmen (Firman) Tuhan adalah bagian hidup kita dan senantiasa berpegang pada Firman maka Roh Kudus akan mengingatkan agar kita tidak meniru perbuatan mereka sehingga kita terluput dari jerat mereka. Contoh: Yesus, Sang Firman, dijamah oleh perempuan berdosa tetapi Ia tidak ikut tercemar oleh dosa. Sebaliknya, Ia menjadi berkat bagi perempuan berdosa ini yang mana penyakitnya sembuh. Perhatikan, orang yang lahir dari Allah tidak akan hidup dalam keberdosaan sebab benih Ilahi ada di dalam dia dan si jahat tidak dapat menjamahnya karena Allah melindunginya (1 Yoh. 3:9; 5:18). Terjadi keubahan hidup, kita tidak ikut tercemar dalam dosa tetapi malah menjadi berkat kesaksian hidup bagi mereka.
Pemazmur berteman dengan mereka yang takut akan Tuhan dan yang berpegang ada titah-Nya (ay. 63-64). Jujur, bukanlah jaminan kita aman bergaul dengan sesama yang beriman seperti terdapat pada jemaat Korintus yang terjadi blok-blokan: golongan Paulus, Kefas, Apolos, Kristus (1 Kor. 1:12). Untuk itu tetaplah berpegang kepada Firman Tuhan dan berteman dengan orang-orang yang tulus. Hubungan dengan orang-orang seiman harus ditandai dengan ketulusan hati dan ini terjadi bila kita mencintai Firman Tuhan dan Firman ini merupakan bagian hidup kita.
Hendaknya Tuhan menjadi bagian hidup kita dan kita senantiasa berpegang pada Firman-Nya maka hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama dipulihkan. Kita dekat dengan Allah dan menjadi teman yang tulus terhadap sesama. Dengan demikian hidup yang diperbarui ini menjadi berkat kesaksian bagi mereka yang belum/tidak mengenal Tuhan sehingga mereka juga beroleh keselamatan di dalam Yesus Kristus. Amin.