Shalom,
Masih ingatkah peristiwa di pertengahan bulan September – Oktober 2024, Surabaya dikejutkan dengan kasus bunuh diri dua mahasiswa/i membuat dunia pendidikan terguncang dengan mencuatnya isu kesehatan mental di kalangan generasi muda. Terjadilah bahan diskusi di antara para pendidik yang kebingungan karena menganggap seharusnya anak muda terkenal dengan kekuatannya dan masih fresh. Seorang pengamat mengatakan fenomena bunuh diri ini meningkat didominasi oleh usia produktif – remaja hingga dewasa awal. Seorang ahli mengatakan kalau seseorang cemas dan sedih selama dua minggu hingga mengganggu aktivitasnya maka disarankan untuk mencari bantuan. Oleh sebab itu kita patut bersyukur kalau kita masih memiliki pengharapan sekalipun sulit dan berat tantangan hidup yang kita hadapi (ay. 49). Dapat dibayangkan ketika seseorang hidup dalam keputusasaan tidak memiliki pengharapan karena hidup sebatang kara ditinggal oleh kedua orang tuanya dan harus membesarkan adik-adiknya?
Pemazmur sangat menyadari makna Firman Tuhan di dalam hidupnya terlihat dari tulisannya, “...oleh karena Engkau telah membuat aku berharap.” Maksudnya, pemazmur menunggu dengan sabar dalam keyakinan bahwa Allah menjadi penyebab dan alasan dia untuk berharap kepada Tuhan.
Introspeksi: apakah kita berharap pada harta kekayaan atau orang penting untuk menolong kita? Pemazmur tidak mengalami persoalan dalam berharap kepada Tuhan, dia tidak memilih opsi lain (di luar Tuhan) dalam mencari solusi dari suatu masalah. Dengan segala apa yang dialaminya, pemazmur berharap penuh kepada Tuhan. Sesungguhnya Allah berpotensi untuk membuat kita berharap sebab manusia sering mengecewakan kita.
Kenyataannya, kita kecewa karena ekspektasi/harapan yang tidak terpenuhi dan umumnya dilakukan oleh orang (ter)dekat kita. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan menimbulkan kekecewaan sementara berhenti berharap disebabkan karena tidak mau dikecewakan lagi. Oleh sebab itu ketika kita mempunyai masalah, jangan lebih berharap kepada manusia ketimbang kepada Tuhan Yesus, Sang Juru Selamat, sebab Ia adalah jalan, kebenaran dan hidup; tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Dia (Yoh. 14:6). Seharusnya Firman Tuhan yang kita dengar menumbuhkan pengharapan kita dan menutup satu persatu sumber “pengharapan” di luar Tuhan sehingga kita dapat dengan leluasa datang kepada Tuhan. Oleh sebab itu berhentilah menaruh percaya kepada manusia yang banyak kali mengecewakan dan membuat kita putus asa. Sebaliknya, percayalah bahwa Allah sanggup membuat kita mampu bertahan oleh karena janji-Nya yang menghibur dan menghidupkan kita.
Kata “penghiburan (comfort)” dipakai pula oleh Yesus ketika Ia akan berpisah dengan murid-murid-Nya. Ia menjanjikan Penolong (Comforter) yang akan menyertai mereka selama-lamanya (Yoh. 14:16). Penolong ini memberi semangat dan penghiburan pada pemazmur di dalam kesengsaraan, penderitaan dan tekanan yang berkepanjangan. Janji-Nya menghidupkan tulang-tulang yang patah dan membangkitkan kembali semangat yang telah pudar. Contoh: Hagar pernah mengalami penindasan/sengsara (Kej. 16:11); Yakub menderita sengsara saat bekerja pada mertuanya selama 20 tahun (Kej. 31:41-42).
Aplikasi: Firman Tuhan memberi penghiburan dan semangat yang menghidupkan saat kita menghadapi persoalan berat dalam keluarga, studi dan pekerjaan. Janji-Nya mampu memberikan semangat dan penghiburan bagi mereka yang tertekan, tertindas, dalam sengsara, penderitaan, depresi dan kesulitan apa pun.
Sungguh tidaklah mudah untuk mencari penghiburan! Orang di luar Tuhan mendapatkan banyak cara untuk beroleh penghiburan yang semu dan sementara tetapi Firman Allah memberikan pengiburan sejati.
Faktanya, sifat asli kita akan muncul dan kelihatan saat kita berada dalam ancaman dan penderitaan. Ilustrasi: ketika besi dilebur dan dilelehkan menjadi pisau, keluarlah kotoran-kotoran dari besi tersebut. Tidaklah menjadi masalah saat kita menderita, sifat tabiat asli kita yang tidak baik muncul; justru menjadi masalah ketika datang kepada Tuhan, kita merasa diri baik. Kita tidak perlu menyembunyikan hati yang hancur serta hidup yang rusak untuk malu mengaku di hadapan Tuhan. Bersikaplah seperti pemazmur yang mengaku hidupnya dalam sengsara tetapi dia mengaku janji Firman menghidupkannya.
Bukankah sering terjadi janji dan ucapan seseorang dapat mematikan karena dia mengubah kesepakatan seenaknya sendiri tanpa memedulikan perasaan kita? Hendaknya kita hati-hati dalam berkata-kata. Berhentilah mengucap kata-kata kotor/jorok penuh umpatan agar berkepribadian lebih baik, lebih percaya diri dan tidak menurunkan harga diri saat berbincang-bincang dengan orang penting karena terbiasa menggunakan kosa kata yang baik dan sopan! Perhatikan, kata-kata kasar nan tajam bagaikan bola panas yang menggelinding melukai, menusuk dan menyakiti hati orang lain.
Apa tulis pemazmur selanjutnya? “Orang-orang yang kurang ajar (proud, arrogant = sombong) sangat mencemoohkan aku tetapi aku tidak menyimpang dari Taurat-Mu.” (ay. 51)
Yang dimaksud kurang ajar adalah orang sombong yang fokus pada keinginannya sendiri, tidak peduli dengan urusan Tuhan dan suka mencemooh/mengejek kebenaran. Tindakan-tindakannya yang mengejek dan melawan kebenaran berpotensi membuat kita menyimpang dari kebenaran. Bukankah banyak anak bahkan orang dewasa menjadi korban bullying karena mentalnya tidak tahan diserang terus menerus?
Walau iman pemazmur dihina, dia tetap tidak menyimpang dari Taurat Tuhan. “Menyimpang” artinya merentang, meregang, menjauh, menyebar atau membengkok. Cemooh yang dilontarkan oleh si sombong berpotensi menyingkirkan atau membuat orang yang berjalan dalam kebenaran menyimpang dari lajur iman yang dijalaninya. Ilustrasi: kereta api yang keluar dari rel akan menimbulkan kecelakaan.
Introspeksi: apakah masalah telah membuat kita bergeser bahkan menyimpang dari kebenaran Firman? Di dalam kekristenan juga ada marka-marka iman. Rasul Paulus mengingatkan agar kita tidak menyalahgunakan kemerdekaan kita untuk hidup di dalam keberdosaan (Gal. 5:13). Sebaliknya, kita tetap berpegang pada Taurat Tuhan dan tidak menyimpang darinya apa pun konsekuensi yang dihadapi seperti: dikucilkan karena tidak mau ikut korupsi dll.
Kemudian pemazmur menulis, “Aku ingat kepada hukum-hukum-Mu yang dari dahulu kala, ya TUHAN, maka terhiburlah aku.” (ay. 52)
Sangatlah penting membaca Firman Tuhan dan merenungkannya dengan serius bukan sambil lalu atau sekadar mengejar jadwal perenungan. Waktu tidak dapat diputar dan penyesalan selalu datang terlambat dengan mengatakan, “Seandainya aku sungguh-sungguh membaca dan mengingat Firman Tuhan yang disampaikan waktu lalu!” atau “Mengapa aku lupa akan nasihat Firman.” Penyesalan adalah cara terbaik untuk menunjukkan bahwa manusia ditandai dengan kelemahan/kekurangan; sayangnya penyesalan datang terlambat tidak dapat diulangi untuk memperbaiki kesalahan. Bagaimanapun juga, selama kita masih hidup, kita mempunyai kesempatan untuk membaca, mendengar dan merenungkan Taurat Tuhan yang membuat kita terhibur/tertolong walau “pintu-pintu” telah tertutup tidak ada lagi dukungan tetapi Firman Tuhan menjadi sumber pertolongan dan pengharapan kita.
Selanjutnya pemazmur mengatakan, “Aku ingat kepada hukum-hukum-Mu yang dari dahulu kala, ya TUHAN maka terhiburlah aku. Aku menjadi gusar terhadap orang-orang fasik yang meninggalkan Taurat-Mu.” (ay. 52-53)
Sungguhkah kita ingat bahkan terngiang-ngiang perkataan Firman Tuhan yang kita dengar dan baca? Adakah momen-momen kita mengingat janji-janji Tuhan? Bukankah Firman Tuhan seharusnya berbicara lebih kencang dan kuat di dalam hidup kita ketimbang ucapan-ucapan seseorang? Jujur, kita sering ingat bahkan menyimpan perkataan pedas seseorang tetapi sulit menyimpan Firman Tuhan.
Pemazmur menjadi gusar, panas serasa terbakar menyaksikan kejahatan orang fasik di sekitarnya. Apa reaksi kita melihat gereja ditutup, orang Kristen dikucilkan dst.? Bukankah kita sering menghukum mereka seperti dilakukan oleh Yakobus dan Yohanes yang meminta api turun dari langit untuk membinasakan orang-orang Samaria yang tidak mau menerima kedatangan Yesus di desa mereka (Luk. 9:52-54)? Peristiwa kebakaran hebat yang melanda Los Angeles pada tanggal 9 Januari lalu sampai hari ini belum terpadamkan menimbulkan banyak komentar bahkan dari hamba Tuhan dan anak-anak Tuhan yang kurang bijak karena bersifat menghakimi/menghukum. Ingat, penghakiman dan penghukuman adalah hak Tuhan bukan bagian kita (Ibr. 10:30).
Pemazmur mengakhiri tulisannya, “Ketetapan-ketetapan-Mu adalah nyanyian mazmur bagiku di rumah yang kudiami sebagai orang asing.” (ay. 54)
Perhatikan, kita adalah pendatang sebagai musafir di dunia ini dan Allah sudah menyediakan tempat terbaik bagi kita (2 Kor. 5:1). Salah satu bukti kesementaraan hidup di dunia ini ialah manusia lahiriah kita makin merosot (2 Kor. 4:16).
Karena dunia bukanlah rumah kita, marilah kita selalu berpegang kepada perkataan/Firman Tuhan. Jangan menjadi orang Kristen yang “kuat” di gereja tetapi begitu keluar dari gereja sudah ribut karena lupa akan Firman. Waspada, ada banyak hal yang dapat menjauhkan kita dari Tuhan dan menyimpangkan kita dari kebenaran Firman-Nya.
Marilah kita berpegang kepada Firman Tuhan yang mampu menghibur, menguatkan dan menghidupkan terlebih saat kita dalam keadaan sengsara, tertindas/tertekan bahkan dicemooh agar kita menyimpang dari kebenaran Firman. Ingat, di dalam Tuhan kita memiliki pengharapan yang tidak dapat dijanjikan oleh dunia. Oleh sebab itu jangan menjauh dari Tuhan dan Firman-Nya apa pun kondisi kita – diberkati maupun dalam pergumulan berat – dan beranilah menanggung konsekuensi dibenci oleh dunia sebab Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Amin.