Shalom,
Masih ingatkah Mazmur 119 terdiri dari 22 segmen yang mengungkapkan rasa syukur dan kekaguman terhadap Firman Tuhan? Hari ini kita membahas segmen ke-6 yakni ayat 41-48 yang berbicara tentang Firman dan disebut dalam beberapa istilah seperti: janji Tuhan, hukum-hukum-Nya. titah-titah-Nya, peringatan-peringatan-Nya, ketetapan- ketetapan-Nya.
Dalam merespons Firman, kita perlu memahami dan menerimanya sebagai suatu kelengkapan. Terkadang ketika menerima Firman Tuhan, kita berbahagia karena janji Tuhan memberikan kita kekuatan dan penghiburan. Namun kita menolak Firman Tuhan berupa didikan dan teguran agar kita melepaskan dan membuang tabiat-tabiat kita yang tidak baik. Ingat, Firman Tuhan itu merupakan kesatuan karena Tuhan itu satu dan Firman-Nya datang kepada kita dalam beberapa bentuk: janji, hukum, perintah untuk siap dilaksanakan apa pun coraknya.
Tahun ini kita didorong untuk bersama-sama bertumbuh melayani Tuhan juga bertumbuh dalam keyakinan pada Firman. Bagaimana kita bertumbuh dalam keyakinan akan Firman menurut Mazmur 119:41-48?
- Percaya kepada Firman (ay. 41-43).
Jika kita berada di luar Tuhan dan di luar pengaruh Roh Kudus, kita tidak akan mengerti saat membaca Firman Tuhan bahkan menganggapnya suatu kebodohan. Buktinya, orang-orang di luar Tuhan tidak percaya bahkan menertawakan dan menganggap aneh Yesus diutus oleh Allah untuk mati menebus manusia berdosa seperti dialami oleh Paulus saat bercerita tentang kelahiran, kematian dan kebangkitan Yesus. Jelas, di luar pengaruh Roh Kudus dan Tuhan, respons terhadap Firman Tuhan hanyalah satu yaitu: tidak percaya. Sebaliknya, di dalam bimbingan pencerahan Roh Kudus, kita dapat memahami pesan Firman. Dengan percaya akan Firman, iman kita akan bertumbuh. Orang percaya mengetahui bahwa Firman yang didengarnya itu benar dan yakin Tuhan itu ada serta bisa sebab Ia memiliki kuasa luar biasa. Dengan demikian orang percaya tahu harus mengikuti jalan Tuhan karena Ia kuat, bijaksana, tahu masa depan, dll. Jadi, kalau kita masih belum yakin bahwa Tuhan itu ada walau sudah bergereja puluhan tahun, perlu dipertanyakan apakah kita benar-benar orang percaya kepada Tuhan.
Orang percaya tahu bahwa jalan Tuhan adalah yang terbaik walau dia dicela/dihina (ay. 42). Dia percaya keselamatan datangnya dari Tuhan sesuai dengan janji-Nya. Saat itu pemazmur berada dalam tekanan dan celaan namun Tuhan menyelamatkannya sesuai dengan janji-Nya. Jadi, keselamatan dari Tuhan adalah wujud kuasa Tuhan yang menyatakan bahwa janji-Nya bukanlah omong kosong melainkan bukti kasih setia-Nya.
Dengan diselamatkan oleh Tuhan, pemazmur mempunyai perkataan untuk menjawab orang-orang yang mencelanya. Mereka yang mencemooh mungkin saja orang-orang dekatnya – keluarga, famili dan teman – yang belum/tidak percaya tetapi menjadi sasaran kasih Tuhan yang berkemurahan atas hidup mereka. Pemazmur mau menyatakan bahwa keselamatan dari Tuhan merupakan bukti bahwa janji-Nya bukanlah omong kosong sehingga dia mempunyai bahan bicara kepada mereka.
Aplikasi: kita yang percaya kepada Tuhan pasti pernah mengalami kebaikan dan kasih setia-Nya untuk dapat menyaksikan perbuatan-Nya yang ajaib. Perhatikan, belum tentu mereka mencela karena membenci kita tetapi mungkin karena ketidaktahuan dan ketidakpercayaan yang dapat dijelaskan dengan perkataan/kesaksian untuk menjawab mereka.
Pemazmur memohon agar Tuhan tidak mencabut Firman kebenaran dari mulutnya (ay. 43) sebagai penekanan bukti kasih setia dan keselamatan dari Tuhan yang harus disaksikan kepada mereka yang mencelanya. Hal ini pernah dialami oleh Raja Hizkia saat kota Yerusalem dikepung oleh Sanherib, Raja Asyur (2 Taw. 32; 2 Raj.18). Raja Asyur yang sangat kuat menyerang kota-kota berbenteng dan satu persatu ditaklukkan sampai pada benteng terakhir, kota Lakhis. Kemudian Sanherib mengirim utusan beberapa pegawai termasuk juru minuman menghadap Raja Hizkia. Sesampainya di Yerusalem, juru minuman ini mencela Raja Hizkia dalam bahasa Yehuda sehingga semua penduduk mengerti apa yang disampaikan olehnya. Dia merendahkan Raja Hizkia yang tidak mungkin sanggup melawan Raja Asyur bahkan menghina Tuhan Israel yang tidak mungkin dapat melepaskan mereka dari tangan Asyur. Menghadapi hinaan mereka, Hizkia tetap percaya dan memegang janji Tuhan yang akan menyelamatkan mereka. Hizkia pergi ke rumah Tuhan dan berdoa, “Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami selamatkanlah kiranya kami dari tangannya supaya segala kerajaan di bumi mengetahui bahwa hanya Engkau sendirilah Allah, ya TUHAN.” (2 Raja. 19:19).
Perhatikan, doa Raja Hizkia mirip dengan doa pemazmur yakni memohon agar doanya dikabulkan dengan tujuan supaya segala kerajaan di bumi mengetahui bahwa hanya Tuhanlah, Allah yang hidup. Pemazmur juga berdoa agar dia mempunyai jawaban terhadap mereka yang mencelanya.
Aplikasi: ketika menghadapi masalah besar, jangan kita lari meringkuk di pojok rumah dalam kesedihan dan depresi atau pergi ke tempat hiburan tetapi pergilah ke rumah Tuhan untuk mendapatkan jawaban. Juga jangan doa kita berpusat pada pertolongan untuk diri sendiri tetapi supaya hidup kita menjadi bukti nyata dan kesaksian hidup bahwa Tuhan kita itu ada dan hidup.
- Berharap kepada hukum-hukum Tuhan (ay. 43-46).
Pemazmur mempunyai pengharapan di dalam hukum-hukum Tuhan. Pengharapan adalah progres/perkembangan dari iman percaya. Orang percaya mengetahui kebenaran bahwa Tuhan itu “ada dan bisa” tetapi pengharapan adalah langkah konkretnya dibuktikan dengan action/tindakan. Ilustrasi: seorang akrobat mampu berjalan di atas tali dengan mata tertutup menyeberangi jurang. Penonton bertepuk tangan kagum dengan keahliannya. Kemudian dia membuka penutup matanya dan mengambil sebuah gerobak sambil berkata, “Siapa percaya saya dapat mendorong gerobak yang ditumpangi satu orang untuk menyeberang di atas tali ini? Karena penonton belum begitu yakin akrobat ini mampu melakukannya, akrobat itu mendudukkan anaknya di gerobak lalu menyeberang dan berhasil. Kemudian dia menantang penonton yang mau naik gerobak bersamanya. Walau mereka sudah menyaksikan dia berhasil menyeberang, mereka masih pikir-pikir dan tidak semuanya berani melakukannya. Ingat, berharap adalah wujud tindakan iman. Memang kita beriman/percaya bahwa Tuhan tetapi kalau disuruh naik gerobak yang didorong oleh Tuhan, kita sering ragu dan takut untuk melakukannya.
Pemazmur percaya pada Firman Tuhan dan langkah selanjutnya ialah dia berharap pada Firman-Nya, dibuktikan dengan berpegang pada taurat-Nya (ay. 44). Berpegang pada Taurat berartinya memelihara dan melaksanakan/menjalankan Taurat secara keseluruhan. Firman Tuhan mengingatkan bila kita mengabaikan satu bagian dari seluruh hukum, kita bersalah terhadap seluruhnya (Yak. 2:10). Dengan kata lain, kita harus senantiasa berpegang pada seluruh hukum dengan konsisten bukan kalau lagi moody atau menguntungkan karena kita hidup hanya satu kali di bumi dan kita serahkan seluruh hidup untuk takluk kepada Tuhan. Memang hidup kita dihadapkan dengan pelbagai macam pilihan dan kemungkinan, misal: mengejar kekayaan, kedudukan, perempuan dll. dengan menghalalkan segala sesuatu tetapi kalau kita percaya kepada Tuhan dan Firman-Nya, dalam mengambil keputusan kita akan melibatkan Tuhan dan tunduk pada Firman. Singkatnya, dalam keadaan apa pun, langkah iman kita ialah berpegang pada Firman Tuhan.
Terdengar “aneh” bahwa pemazmur hendak mencari titah-titah Tuhan (ay. 45). Bukankah lebih enak dan santai tanpa perlu repot-repot mencari perintah untuk dikerjakan? Ilusrasi: kalau pimpinan di perusahaan tidak/belum memberikan perintah untuk mengerjakan sesuatu, karyawan akan senang dan duduk-duduk dengan santai. Sangat jarang mereka menyibukkan diri dengan mencari-cari pekerjaan. Berbeda dengan pemazmur yang berharap kepada Tuhan, dia aktif mencari/menyelidiki titah-titah-Nya. Ilustrasi: ketika sedang memecahkan suatu kasus pembunuhan, seorang detektif akan giat dan fokus melacak serta mengumpulkan bukti-bukti untuk mencari pelaku, motifnya dll. Demikian pula seharusnya orang yang berharap kepada Firman, dia akan gemar mencari, menuntut dan menyelidiki Firman Tuhan bukan untuk menjadi pendeta atau sekadar menambah pengetahuan belaka.
Introspeksi: bagaimana kita merespons pemberitaan Firman Tuhan? Apakah kita mendengarkannya sambil lalu dan ngantuk pula? Atau kita mendengarkan Firman sebagai hiburan? Atau kita sengaja meluangkan waktu untuk mempelajari, menyelidiki dan menuntut Firman itu dengan segenap daya upaya kita?
- Mencintai/mengasihi Firman Tuhan (ay. 46-48).
Setelah mengerti Firman Tuhan, kita menjadi saksi tentang Tuhan dan Firman-Nya bahkan sampai di hadapan raja- raja, orang-orang penting nan hebat, tanpa rasa malu.
Orang yang berharap pada Firman sangat konsisten dan aktif bertindak di dalam iman, dia melakukan tindakan iman yakni melakukan Firman, mencari kehendak Tuhan dan menjadi saksi Firman.
Terbukti pemazmur percaya/beriman kepada Firman (ay. 42), berharap pada pada hukum-hukum-Nya (43) dan mencintai/mengasihi perintah-perintah-Nya (ay. 47,48). Ternyata konsep iman-harap-kasih tulisan Rasul Paulus (1 Kor. 13:13) sudah diterapkan oleh pemazmur di era Perjanjian Lama.
Aplikasi: bila kita mempunyai hubungan emosi yang sangat dalam dengan Tuhan dan Firman-Nya, perilaku kita akan beda tidak lagi percaya dan berharap kepada-Nya yang dapat diandalkan tetapi ada kualitas yang lebih tinggi yaitu mencintai Dia dan bergemar/suka akan perintah-Nya.
Selain bergemar dengan perintah-perintah Tuhan, pemazmur juga menaikkan tangan sebagai tanda penyembahan, pengagungan Firman-Nya juga merenungkan ketetapan-ketetapan Tuhan (ay. 48).
Walau terkadang pemberitaan Firman Tuhan tidak langsung menjawab masalah kita, tetaplah menerimanya dengan hati terbuka sebab Tuhan mau mengingatkan dan menegur kita dari sudut/sisi lain dari sekian banyak masalah yang kita hadapi.
Kata “merenungkan” berarti pikiran dan jiwa kita direndam di dalam Firman Tuhan sehingga Firman itu masuk, merasuk dan meresap ke dalam pori-pori kehidupan kita. Alhasil, apa yang keluar dari mulut bernadakan Firman Tuhan bukan perkataan jorok, umpatan dll. bahkan saat dalam tekanan beratpun, kita diingatkan akan nasihat Firman hasil dari perenungan kita.
Jelas sekarang seseorang yang bertumbuh di dalam keyakinannya akan Firman ditandai dengan: percaya pada Firman, berharap pada Firman dan mencintai Firman. Dia selalu melibatkan Tuhan dalam memutuskan segala perkara sebab tahu Tuhanlah penyelamat hidupnya. Amin.