Shalom,
Tahukah Yesus datang ke dunia menjadi manusia biasa seperti kita, tidak lebih tinggi atau rendah derajatnya? Sesungguhnya (perkataan) Firman telah ada dalam kekekalan dan ditulis oleh para nabi juga pemazmur kemudian Firman menjadi manusia Yesus dan diam di antara kita (Yoh. 1:14). Ketika membaca nyanyian Mazmur 119 perbait yang terdiri dari 8 ayat, masihkah kita merasakan kehadiran, perlindungan dan percaya akan janji Tuhan?
Pemazmur memegang janji Tuhan yang melindungi dia dan melepaskannya dari musuh-musuh saat berseru kepada-Nya. Apakah kita juga memegang ayat-ayat berkaitan dengan janji Tuhan dan berapa banyak ayat telah kita alami? Atau kita menganggap ayat-ayat dalam Alkitab hanyalah filosofi orang Yahudi?
Sejak awal penulisan, pemazmur menulis janji Tuhan bahwa berbahagia orang-orang yang hidup tidak bercela dan hidup menurut Taurat Tuhan (ay. 1). Bukankah kita juga ingin hidup bahagia?
Perhatikan, kita dianugerahi segala sesuatu yang berguna untuk hidup saleh oleh pengenalan kita akan Dia juga janji-janji berharga yang sangat besar untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia (2 Ptr. 1:3-4). Sudahkah kita mengenal Tuhan dengan baik dan menjadi serupa dengan-Nya? Namun bagaimana kita mengenal Dia kalau kita tidak suka membaca surat cinta-Nya – Alkitab – setiap hari? Tahukah dengan tekun membaca Alkitab, kita dilepaskan dari hawa nafsu duniawi? Justru untuk melepaskan diri dari ikatan dosa, kita harus menambahkan iman – kebajikan – pengetahuan – penguasaan diri – ketekunan – kesalehan – kasih akan saudara-saudara – kasih akan semua orang (ay. 5-7).
Pemazmur secara pribadi hendak berpegang pada Firman Tuhan supaya hidup (ay. 17). Dapatkah kita juga secara pribadi dan mandiri berpegang pada Firman Tuhan supaya hidup? Yesus mengatakan, “Akulah roti hidup yang telah turun dari Surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya..” (Yoh. 6:51) Kita hidup bukan karena tubuh sehat mengonsumsi makanan bernutrisi dan semua berjalan lancar tetapi karena kita mengerti Firman Allah. Kata “berpegang” dalam bahasa Mandarin berarti “berpegang, mengikuti karena perintah dari Raja segala raja”. Jadi, yang meminta kita untuk tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (Ibr. 10:25) bukanlah peraturan gereja tetapi perintah ini datang dari Allah. Dengan demikian kita hidup oleh sebab Firman Allah.
Berikutnya pemazmur memohon, “Singkapkanlah mataku supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.” (ay. 18)
Iman kita ditentukan bukan karena seringnya kita masuk ke gereja tetapi seberapa banyak kita membaca Firman Allah di luar ibadah. Contoh: Yesus memercayakan 12 murid-Nya untuk menginjil, memberinya kuasa mengusir setan, menyembuhkan yang sakit dll., beroleh karunia sama, mendengarkan ajaran Firman yang sama tetapi ternyata satu dari mereka tidak percaya itulah Yudas Iskariot.
Mata kita perlu disingkapkan/dibuka untuk dapat melihat keajaiban Firman Tuhan. Jangan seperti Adam dan Hawa yang lebih mengikuti suara si ular yang mengatakan, “..pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi seperti Allah..” (Kej. 3:5) Apa yang terjadi setelah mata mereka terbuka? Mereka malu karena menemukan dirinya telanjang.
Siapa yang membuka mata hati kita? Bukan gereja atau pendeta atau penginjil tetapi Tuhan sendiri sehingga kita dapat melihat keajaiban-keajaiban Taurat/Firman-Nya. Contoh: setelah bangkit dari kematian, Yesus datang mendekati dua murid-Nya yang sedang bercakap-cakap dalam perjalanan ke Emaus. Ia berjalan bersama mereka tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak mengenal Dia. Yesus menanyakan mengapa muka mereka muram dan dijawab bahwa Yesus yang mereka harapkan dapat membebaskan bangsa Israel mati disalib dan pada hari ketiga beberapa perempuan pergi ke kubur tetapi malaikat mengatakan Ia sudah hidup. Yesus menegur mereka yang lamban dan tidak percaya dengan segala sesuatu yang telah dikatakan oleh
para nabi. Karena hari telah malam, Yesus didesak untuk tinggal bersama mereka dan ketika duduk makan, Ia mengambil roti, mengucap berkat lalu memecah-mecahkannya dan memberikan kepada mereka. Baru terbukalah mata mereka dan mengenal Dia tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.mereka lalu kembali ke Yerusalem (Luk. 24:13-31).
Implikasi: dalam perjalanan mengikut Yesus, mata kita mungkin masih kabur belum/tidak mengerti pemaparan Firman Tuhan. Terimalah teguran Firman dan pemecahan roti (Perjamuan Tuhan) yang akan membuka mata kita untuk mengenal Dia dan hati kita akan berkobar-kobar untuk kembali masuk dalam persekutuan. Oleh sebab itu tekunlah beribadah karena kita masuk gereja bukan melihat pendeta tetapi mencari Sang Firman yang sudah mati, bangkit dan kembali ke Surga untuk suatu saat datang kembali. Apakah kita sudah mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya? Kita harus bertemu dengan Pribadi Tuhan, Firman yang hidup. Jangan tidak percaya kepada- Nya karena pikiran kita dibutakan oleh ilah zaman ini sehingga tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus (2 Kor. 4:4).
Pemazmur mengaku dirinya orang asing di dunia (ay. 19). Orang asing membutuhkan jalan menuju ke suatu tempat karena tempat dia berpijak bukanlah miliknya. Dia tidak merasa tenteram dan nyaman karena tempatnya bukan di situ. Demikian pula dengan kita, dunia ini hanyalah tempat singgah dan kita orang asing di dalamnya. Namun Ia datang memberitakan damai sejahtera kepada kita yang “jauh” juga kepada mereka yang “dekat” sehingga kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Dengan demikian kita bukan lagi orang asing dan pendatang melainkan kawan sewarga orang kudus dan anggota keluarga Allah (Ef. 2:17-19). Kita dibangun di atas dasar rasul dan para nabi dengan Kristus sebagai batu penjuru. Kita tumbuh menjadi Bait Allah yang kudus menjadi tempat kediaman Allah (ay. 20-21).
Abraham mengaku orang asing dan pendatang kepada bani Het ketika hendak menguburkan istrinya, Sara (Kej. 23:4); kepada Firaun, Yakub, juga mengaku orang asing (Kej. 47:9); nenek moyang bangsa Israel adalah orang asing dan pendatang di bumi ini (Ibr. 11:13). Abraham, Ishak dan Yakub tinggal di Kanaan tetapi hati mereka tidak di situ. Mereka bagaikan orang asing menantikan kota yang dibangun oleh Allah (Ibr. 11:9-10).
Introspeksi: sungguhkah kita menjadi orang asing di dunia? Kalau kita orang asing di dunia, kita tidak mencintai dunia dan isinya sebab tempat tinggal kita ialah di Surga. Tentu kita boleh menikmati bumi beserta semua ciptaan Tuhan tetapi bumi bukanlah tempat tinggal permanen kita. Sayang, manusia telah merusak bumi ciptaan Allah; itu sebabnya Ia menyediakan bumi dan langit baru itulah Yerusalem baru menjadi tempat tinggal kita.
Pernahkah kita hancur hati saat merenungkan Firman Tuhan seperti dialami pemazmur yang hancur jiwanya karena rindu kepada hukum-Nya setiap waktu (ay. 20)? Atau kita meraung sedih karena harta benda kita dicuri/dirampok orang?
Selanjutnya pemazmur mengatakan, “Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan sebab aku memegang peringatan-peringatan-Mu. Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.” (ay. 22-23)
Ternyata mengikut Tuhan tidaklah selalu nyaman dan aman seperti dialami pula oleh Petrus dan Yohanes. Para pemuka (Herodes dan Pontius Pilatus) beserta bangsa dan suku bangsa Israel melawan Yesus berakibat rasul- rasul diancam, dianiaya, dimasukkan penjara bahkan dibunuh. Mereka berdoa memohon diberi keberanian untuk memberitakan Firman dan mengadakan tanda-tanda mukjizat dalam Nama Yesus (Kis. 4:23-31).
Apa yang harus kita lakukan saat kita diancam, diusir dan menderita oleh sebab Nama Tuhan dan pemberitaan Injil? Kita merenungkan Firman dan berdoa meminta tolong Tuhan walau tidak tahu pasti kapan Ia menjawab doa kita.
Pemazmur mengakhiri baitnya, “Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat- penasihatku.” (ay. 24)
Kita harus bersedia bahkan gemar menerima Firman yang menasihati dan memperingatkan bukan hanya Firman yang mengenakkan telinga saja seperti dunia mau semuanya cepat dan instan tanpa memedulikan kualitasnya.
Betapa bahagianya bila kita memegang dan mengikuti Firman hidup yang berkuasa menyingkapkan mata rohani kita untuk mengenal Tuhan dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib, mengubah dan memperbarui hidup kita, melindungi kita dari musuh-musuh yang menyerang dan terutama menjadikan kita warga Kerajaan Allah untuk tinggal di Yerusalem baru bersama Pemiliknya, Mempelai Pria Surga, selamanya. Amin.