Shalom,
Perlu diketahui para ahli mengatakan bahwa generasi sekarang disebut generasi strawberry, apa maksudnya? Generasi yang melek teknologi, si paling tahu media sosial yang mempunyai ide-ide cemerlang dan dapat mengutarakan isi hatinya dengan baik namun sayang mereka gampang bonyok dan hancur ketika menghadapi tekanan, kesulitan serta tantangan. Mereka mudah patah semangat lalu menyerah karena mental mereka rapuh tidak tahan uji. Para ahli juga menemukan mereka berperilaku demikian sebagai hasil bentukan dari generasi sebelumnya, yakni orang tua mereka.
Bagaimana menangani kasus generasi anak muda (strawberry) menurut pemazmur 119? “Dengan apakah seorang muda mempertahankan (zakah = cleanse = membersihkan, kelakuannya (his way = jalan hidupnya) bersih? Dengan menjaganya (shamar = keep = memelihara) sesuai dengan firman-Mu.”
Siapa yang termasuk golongan anak muda di sini?
Remaja berusia 10 – 19 tahun yang mana jalan dan arah hidupnya sangat ditentukan oleh sesuatu yang dimasukkan ke dalam dirinya. Contoh: seseorang menjadi ateis karena dia dicekoki dan diindoktrinasi oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya (di rumah, sekolah, teman pergaulan) yang berpaham ateis. Anak remaja rentan dengan apa saja (dari luar) yang masuk dalam dirinya untuk dicontoh dan ditiru.
Tahukah belum ada satu senyawa pun ditemukan oleh para ilmuwan yang mampu membuat orang Kristen kebal terhadap dosa apabila disuntikkan ke dalam tubuhnya? Hanya karena bersekolah di sekolah Kristen, rajin ke gereja bahkan ikut pelayanan bukanlah jaminan seseorang tidak berbuat dosa!
Mengapa remaja rentan terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya? Menurut medis, otak bagian depan (prefontal cortex) remaja berumur 10-19 tahun masih belum terbentuk sempurna dan berkembang sempurna di usia ± 25 tahun. Prefontal cortex berfungsi mengatur perilaku, pikiran dan emosi dalam merencanakan sesuatu, mempertimbangkan baik-buruknya sesuatu, mengambil keputusan, mengendalikan emosi dll. Itu sebabnya sering terjadi pembangkangan, tindakan semaunya sendiri karena remaja tersebut sedang mencari jati diri dan mengenali apa yang disukainya. Tidak heran terjadi perkelahian antarsekolah atau antargeng anak SMP – SMA juga kebut- kebutan di jalan hingga mati konyol karena tabrakan. Bagi mereka, lingkungan adalah rumah kedua setelah keluarga. Bukankah rang tua sering dibuat shocked karena laporan dari pihak sekolah memberitahu kalau anaknya bolos sekolah beberapa hari, tidak membayar uang SPP padahal di rumah anaknya bersikap baik tidak ada yang aneh dengannya? Jelas, ayah-ibu (bukan salah satu) berperan penting dalam mendidik dan mengawasi anak mereka apalagi di masa pubertas karena anak mereka sering melakukan tindakan impulsif dan tidak terdeteksi.
Kata ‘menjaga’ atau memelihara dipakai 469 kali di dalam alkitab. Menjaga juga berarti mengamati, memerhatikan dan melindungi khususnya menaati perintah Tuhan. Kita harus menjaga hati dan bertanggung jawab untuk hal- hal kudus di dalam hidup kita. Contoh: Allah memerintahkan Adam untuk memelihara (shamar = keep) Taman Eden (Kej. 2:15). Tuhan memerintahkan bangsa Israel agar berpegang (shamar = keep) pada perjanjian-Nya untuk menjadi harta kesayangan-Nya (Kel. 19:5).
Perhatikan, remaja mempertahankan, membersihkan, menguduskan pola hidupnya dengan menjaga, memerhatikan dan memelihara Firman Tuhan bukan sesuai omongan kakek-nenek atau perkataan seisi rumah atau sesuai lembaga/institusi atau sesuai HAM yang mana masing-masing mempunyai ukuran dan standar beda dalam pola mendidik anak. Buktinya, mengatasnamakan HAM, LGBTQ diperbolehkan mempertahankan hak-hak mereka.
Kalau begitu bagaimana seseorang dapat memiliki hidup kudus? Dengan memiliki upaya yang intensif, terus menerus berkesinambungan. Ilustrasi: untuk melanjutkan sekolah/kuliah ke luar negeri, seorang siswa harus giat, tekun dan intensif mempelajari bahasa yang dipakai di negara itu hingga dia mengerti dan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa di negara itu.
Aplikasi: hendaknya kita tidak menjadi orang Kristen dengan membaca Alkitab hanya ketika di gereja seminggu atau sebulan sekali. Jangan pula merenungkan Firman TUHAN ketika kita dalam keadaan baik-baik saja tetapi dalam kondisi apa pun – senang maupun susah! Kita harus mengikuti perkataan Firman Tuhan bukan perkataan manusia yang standar kebenarannya beda satu sama lain.
Bagaimana menangani perilaku remaja yang kemampuan mentalnya belum sepenuhnya berkembang sempurna?
- Beri mereka ruang dan kesempatan, jangan terlalu membebani mereka untuk menuruti kemauan dan impian orang tua.
- Orang tua tidak boleh overprotective kemudian melarang anak melakukan ini-itu sehingga anak tidak dapat memilih apa yang disukai karena orang tua terlalu ikut campur; sikap semacam ini akan terbawa hingga dia dewasa tidak siap menghadapi kondisi terpuruk. Jangan membebani otak mereka dengan kata “jangan” seperti “jangan macam-macam!”, “Jangan aneh-aneh ya!” Otak anak tidak dapat menerjemahkan dengan tepat apa maksud dan arti dari “macam-macam”, “aneh-aneh”.
Namun kita tidak perlu cemas sebab Kristus datang ke dunia ini untuk menyelesaikan ketidakmampuan kita yakni apa yang tidak dapat kita selesaikan. Bila Allah telah memberikan dengan sepenuh hati Anak tunggal yang dikasihi- Nya maka sudah selayaknya kita mencari Dia dengan totalitas seluruh hidup kita (ay. 10) termasuk memberikan waktu untuk mendengarkan dan merenungkan Firman Tuhan. Contoh: Maria memilh bagian yang terbaik karena Yesus datang ke rumah mereka dengan tujuan memberitakan Kerajaan Allah sementara Marta teralihkan dengan kesibukan menyiapkan makanan untuk-Nya (Luk. 10:38-42). Jangan biarkan HP dan permasalahan mengalihkan fokus perhatian kita kepada Firman. Juga jangan datang kepada Tuhan meminta pertolongan-Nya ketika kita dalam masalah bahkan mendesak agar Ia menjawabnya segera! Sungguh Firman Tuhan layak beroleh perhatian terbaik dan konsentrasi tertinggi dari kita!
Selain mempertahankan kelakuan bersih, kita juga harus menyimpan (store = menimbun) janji Tuhan agar tidak berdosa kepada-Nya (ay. 11). Jangan hanya mengimpan ayat-ayat favorit tetapi kita belajar menghafal ayat-ayat lain di Alkitab dalam usaha memegang janji Tuhan sehingga andaikata Alkitab fisik hilang, kita masih ingat akan janji-Nya. Kalau kita terus menyimpan janji Firman-Nya, Ia akan mengingatkan dan menghibur kita saat menghadapi masalah berat. Dapat dibayangkan saat berada di titik terendah, kita tidak menyimpan Firman Tuhan sama sekali, kita akan hancur tidak tahu harus berbuat apa. Tidak heran seseorang putus asa lalu memilih jalan yang tidak baik atau terjebak dalam pergaulan tidak sehat karena dia tidak menyimpan Firman Tuhan di dalam hatinya. Tidak mungkin kita dapat mengenal Tuhan tanpa mau mendengarkan Firman-Nya. Ilustrasi: gudang berfungsi menyimpan/menimbun barang untuk mempermudah dan memperlancar pendistribusian apabila permintaan semakin banyak. Supaya tidak berdosa terhadap Tuhan, kita patut menyimpan Firman-Nya melalui pembacaan rutin juga pendengaran akan Firman yang disampaikan. Survei di Inggris (tahun 2019) menemukan fakta mengejutkan bahwa 51% orang membaca Alkitab hanya beberapa kali setahun; hanya 9% membaca Alkitab setiap hari dan 13% membaca Alkitab beberapa kali seminggu. Sekarang banyak cara dan kemudahan untuk dapat mendengarkan Firman – ada Alkitab Audio dalam pelbagai bahasa lokal dll.
Pemazmur menunjukkan kerendahan hati memohon Tuhan mengajarkan dia ketetapan-ketetapan-Nya (ay. 12). Orang yang minta diajari dan dituntun merupakan bukti bahwa dia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Beda dengan orang sombong yang sulit minta tolong kepada orang lain walau sadar kemampuannya terbatas.
Pemazmur juga tidak tinggal diam tetapi bergairah ingin menceritakan hukum-hukum-Nya (ay. 13) dan bergembira alias tidak tertekan atau terbeban atas petunjuk peringatan-peringatan-Nya (ay. 14).
Bila kita perhatikan dengan cermat, pemazmur lebih banyak membicarakan dirinya sendiri dengan Tuhan (ay. 10- 16). Singkatnya, pemazmur tidak dapat hidup tanpa (Firman) Tuhan dan bergantung penuh kepada-Nya. Jangan hidup berlandaskan kekuatan sendiri dan merasa mampu menyelesaikan masalah tanpa Tuhan! Orang semacam ini belum bertemu dan mengenal Tuhan secara pribadi.
Ingat, Firman Tuhan bukan sekadar pelengkap/tambahan atau pemanis dalam hidup kita tetapi Firman Tuhan adalah kehidupan kita. Perhatikan, Allah tidak pernah mengajarkan kita bagaimana hidup di luar Dia. Sebaliknya, Ia mengajari kita bagaimana hidup bergantung sepenuh kepada-Nya, mengandalkan Dia dalam perjalanan hidup kita dan Ia menuntun/membimbing kita unuk hidup sesuai kehendak-Nya. Amin.