• RESPONS TERHADAP FIRMAN MENENTUKAN KEBAHAGIAAN (JOHOR)
  • Mazmur 119
  • Johor
  • 2024-12-01
  • Pdm. Jannen R. Pangaribuan
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1685-respons-terhadap-firman-menentukan-kebahagiaan-johor
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Perlu diketahui Mazmur 119 terdiri dari 176 ayat dan ditulis berdasarkan abjad Ibrani (akrostik) berjumlah 22 abjad sehingga Mazmur ini terdiri dari 22 bait secara keseluruhan. Abjad Ibrani pada awalnya ditulis berupa gambar/piktogram dan gambar abjad pertama, alef, berbentuk kepala lembu/sapi yang melambangkan kepemimpinan dan kekuatan. Kata pertama yang dipakai adalah as’re dari kata esher (blessedness = diberkatilah); kita patut bersyukur karena berada di dalam berkat Tuhan.

Sesuai tema yang menyinggung tentang kebahagiaan, apakah kebahagiaan menjadi tujuan hidup kita? Kalau ya, hubungan nikah yang tidak berbahagia akan dapat dijadikan alasan untuk bercerai karena mereka tidak lagi merasa berbahagia dengan pasangannya. Jadi tujuan kita mengikut Tuhan bukan untuk mencari kebahagiaan tetapi untuk menaati dan memuliakan Dia. Ketika kita menaati Firman-Nya dan memuliakan Tuhan (1 Kor. 10:31), datanglah kebahagiaan dalam hidup kita sebagai dampak dan implikasinya.

Bagaimana merespons Firman sehingga beroleh kebahagiaan?

  • Dasar hidup dalam berkat Tuhan (ay. 1-3).

Di awal dikatakan, “berbahagialah!” lebih tepatnya, “diberkatilah!”

Kita akan hidup dalam suasana berkat bila hidup tidak bercela menurut Taurat Tuhan (ay. 1).

“Tidak bercela” mengandung arti sempurna, tidak ada kesalahan itulah hidup berintegritas karena hidup menurut Taurat (towrah = law, direction, instruction = pengajaran) Tuhan.

Kita hidup di dalam pengajaran yang menyangkut segenap kehidupan kita. Semua tindakan kita ada dalam tuntunan Tuhan oleh sebab mengikuti Taurat-Nya. Alkitab benar-benar menjadi tuntunan hidup kita termasuk ilmu pengetahuan di dalamnya. Firman Tuhan menjadi prinsip yang mengajarkan segala keberadaan hidup ini. Contoh: kita semua merupakan ciptaan Tuhan bukan berasal dari kera yang berevolusi. Kekacauan dan masalah terjadi setelah manusia jatuh ke dalam dosa tidak tunduk pada perintah Tuhan (Kej. 3). Alkitab telah memberitahukan asal mulanya pemusik, artis, tukang tembaga dan besi (Kej. 4:20:22) dan penyebaran manusia (Kej. 11). Firman Tuhan juga mengajar bagaimana hidup berkenan di hadapan-Nya dengan diberikannya 10 hukum (Kel. 20) dst. Terbukti Firman Tuhan mengajarkan manusia banyak hal untuk hidup sesuai ajaran Firman dan ini menjadi rahasia hidup diberkati Tuhan.

Selain hidup dalam pengajaran, kita mencari Tuhan dengan segenap hati (ay. 2). Tahukah di balik pengajaran ada satu Pribadi yang sudah mengajar kita itulah Allah, Pemilik Kerajaan Surga (Mat. 6:33)? Kita terlebih dahulu mencari Dia yang empunya Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya maka semuanya akan ditambahkan kepada kita. Perhatikan, bila kita hidup di dalam pengajaran Tuhan dan mengutamakan Kerajaan Allah serta Dia berdaulat atas kita, hidup kita akan dibawa dalam suasana damai dan bahagia.

Lebih lanjut kita tidak melakukan kejahatan tetapi hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya (ay. 3). Sungguh kalau kita mengenal pribadi Tuhan dan pengajaran-Nya, kita akan memiliki sikap dapat dipercaya di dalam segala hal dan keadaan. Misal: kita menemukan HP tertinggal atau dompet terjatuh di jalan seakan- akan “tidak bertuan”, kita tidak akan memanfaatkan kesempatan ini untuk memilikinya tetapi mengembalikannya kepada pemiliknya. Kalau tidak ketemu, serahkan kepada yang berwenang. Jangan karena merasa sudah – bernubuat, melakukan banyak mukjizat, mengusir setan “demi Nama Tuhan” – tetapi Tuhan tidak mengenalnya, karena hidup dalam kejahatan (Mat. 7:21-23). Mereka hanya mengenal Yesus di mulut tetapi tidak melakukan kehendak-Nya. Memang saat ini lalang dan gandum tumbuh bersama (Mat. 13:30) dan kita tidak berhak menghakimi tetapi bukan berarti kita tidak peduli. Kalau ada saudara kita berbuat dosa, kita menegurnya secara pribadi. Jika tidak mau menerima, kita bawa orang lain menjadi saksi; kalau tetap menolak, perhadapkan kepada jemaat. Jika dia tetap pada sikap penolakan, dia dikategorikan sebagai orang yang tidak mengenal Tuhan (Mat. 18:15-17).

Introspeksi: sudahkah kita mengenal pengajaran-Nya? Bagaimana dengan perbuatan kita, apakah kita menjauhi kejahatan?

  • Otoritas Pengajaran/Hukum-hukum Tuhan (ay. 4-5).

Kita harus menaati Firman Tuhan karena Ia sendiri yang memerintahkan kita untuk memegang Firman-Nya (ay. 4).

Ada otoritas Allah di dalam Firman-Nya sehingga kita tidak boleh menyepelekannya dan menganggap sekadar omongan pendeta, penatua, majelis dll. Tuhanlah yang memerintahkan kita memegang teguh titah-Nya; berarti pengajaran-Nya berotoritas atas segenap hidup kita.

Kita mau memegang teguh Firman-Nya (ay. 5) bukan karena terpaksa tetapi karena relasi kita dengan Tuhan serta pengalaman kita akan kasih-Nya yang begitu besar.

  • Berkat dari ketundukan kepada Firman Pengajaran (ay. 6-8) Berkat apa yang kita peroleh bila kita berpegang pada Firman Tuhan?

Pertama, kita tidak akan dipermalukan apabila kita mengamat-amati segala perintah-Nya (ay. 6). Kata “dipermalukan” muncul pertama kali di dalam konteks nikah Adam-Hawa di Taman Eden yakni pada kata “malu” yang dipakai pada “mereka tidak merasa malu” sebelum jatuh dalam dosa. Mereka telanjang tetapi keduanya tidak merasa malu. Artinya saat itu nikah itu dalam kesederhanaan.

Introspeksi: apakah kita malu dengan hidup sederhana tidak mempunyai ini-itu? Justru kita harus malu kalau memiliki dan memakai benda-benda hasil korupsi dengan melawan ketetapan Tuhan. Jika kita berpegang pada Firman-Nya, nikah dan rumah tangga kita tidak akan dipermalukan.

Kedua, dapat bersyukur dengan hati yang tulus (ay. 7).

Dapatkah kita melalui hari demi hari penuh ucapan syukur yang tulus kepada Tuhan? Kita merasakan damai dan perhentian dalam rumah tangga kita atau hidup kita malah penuh keluh kesah dan omelan setiap hari karena ketidakpuasan? Memang kita tidak sanggup mengatasi semua masalah tetapi kita mau belajar menjadi murid Tuhan dengan mempelajari hukum-hukum-Nya maka akan ada kelegaan dari beban berat (Mat. 11:28).

Mau bebas dari beban berat? Terimalah tawaran panggilan Tuhan untuk datang kepada-Nya. Kita mencari Pribadi Tuhan dan merasakan anugerah-Nya yang mengampuni, menguatkan dan menghibur kita. Kita datang kepada si Pemberi hukum kemudian mempelajari hukum-hukum-Nya. Kita menjadi murid Tuhan dan tetap melakukan pekerjaan dengan tanggung jawab di dalam ketepatan Tuhan. Kita juga belajar mempraktikkan pengajaran Firman dan merasakan beban pikulan kita ringan sehingga hati tenang dan dapat bersyukur dengan tulus kepada-Nya.

Ketiga, Berkat apa yang kita terima bila kita berpegang pada ketetapan-ketetapan-Nya? Tuhan tidak pernah meninggalkan kita (ay. 8) apa pun pergumulan dan ujian yang kita hadapi. Pemazmur menegaskan dia tidak pernah melihat Tuhan meninggalkan orang benar juga mereka yang berpegang pada janji-Nya.

Perlu diingat memang kita harus berjerih lelah untuk perolehan berkat tetapi Tuhanlah yang memberi kekuatan sehingga kita tidak perlu sombong dan merasa keberhasilan disebabkan karena kemampuan dan kebaikan kita sendiri (Ul. 8:17-18). Kepada umat Israel Tuhan berjanji akan memberkati mereka jika mereka sunguh-sungguh berpegang pada perintah-Nya. Perjanjian Tuhan juga berlaku bagi kita, apa balasan kita kepada-Nya? Masihkah kita setia mengasihi-Nya? Apakah kita melakukan pekerjaan di dalam terang Firman Tuhan atau mengerjakannya menurut apa yang kita pandang baik?

Marilah kita merespons Firman Tuhan dengan hidup dalam berkat-Nya karena kita berpegang pada ketetapan dan hukum-Nya, percaya dan tunduk pada Firman yang berotoritas/berdaulat atas hidup kita. Alhasil, kita beroleh kebahagiaan sejati dari-Nya. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: