• RESPONS TERHADAP FIRMAN MENENTUKAN KEBAHAGIAAN
  • Mazmur 119
  • Lemah Putro
  • 2024-12-01
  • Pdm. Mario Gani
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1686-respons-terhadap-firman-menentukan-kebahagiaan-johor-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
respons_terhadap_firman_menentukan_kebahagiaan

Shalom,

Mazmur 119 terkenal karena memiliki ayat terpanjang (176 ayat) dibandingkan dengan ayat-ayat di kitab lain dalam Alkitab. Secara keseluruhan konten dari Mazmur 119 ini memuliakan dan mengagungkan Firman Tuhan. Penulis mazmur yang tidak dicantumkan namanya begitu fanatik terhadap Firman Tuhan dan menjadikannya panduan bagi hidupnya.

Mazmur 119 terbagi menjadi 22 bait dan masing-masing bait terdiri dari 8 ayat. Mazmur ini termasuk puisi akrostik yang mana ayat-ayatnya dimulai dengan huruf berurutan. Istimewanya, setiap 8 ayat dimulai dengan huruf yang sama sehingga 176 ayat (22 bait) mencakup 22 huruf Ibrani dari Aleph – Tau.

Bagaimana pemazmur mengagumi Firman dalam tulisannya di bait pertama (ay. 1-8)?

  • Pernyataan (umum) pemazmur bahwa kebahagiaan dialami oleh orang yang hidup tidak bercela menurut Taurat/Firman TUHAN (ay. 1-3).

Sesungguhnya kebahagiaan itu bersifat relatif dan subyektif. Ada orang merasa bahagia kalau anaknya menikah muda supaya masih dapat melihat cucu cicitnya; ada yang merasa bahagia punya banyak anak dengan harapan semua anaknya berhasil dan dapat mendukung mereka di masa tuanya dst. Bahkan ada suvei meneliti adanya hubungan antara kebahagiaan dengan pendapatan/penghasilan. Makin besar penghasilan seseorang, makin dia merasa bahagia karena dapat memiliki apa yang diingininya. Benarkah demikian?

Aneh, pemazmur tidak menyinggung materi (harta, kekayaan, jabatan, kedudukan, penghormatan) sama sekali dalam tulisannya (176 ayat) yang dapat membuat seseorang bahagia. Tentu kita perlu materi untuk kelangsungan hidup tetapi materi bukanlah faktor utama penentu kebahagiaan. Misal: uang banyak tidak menjamin suatu pernikahan akan bahagia, bukankah banyak selebriti dan konglomerat tidak bahagia di dalam pernikahannya? Uang memang menjamin pemenuhan kebutuhan jasmani seorang anak tetapi tidak mampu menjamin pertumbuhan mental dan rohaninya sehat.

Kalau begitu siapa yang berbahagia menurut pemazmur? Mereka yang menuruti Firman Tuhan. Mengapa demikian? Karena hidupnya tidak bercela. Kata “tidak bercela (tamiym = complete, perfect, undefiled, without blemish)” di Perjanjian Lama jarang sekali dikenakan kepada manusia, hanya Nuh (Kej. 6:9) dan Ayub (Ay. 1:1).

“Tidak bercela” sangat banyak disebutkan sebagai kualitas binatang/hewan kurban yang harus dipersembahkan oleh bangsa Israel ketika mereka berbuat dosa. Hewan kurban yang dipersembahkan harus diperiksa dengan teliti dari kepala sampai kaki tidak boleh ada cacatnya sedikitpun. Ketika orang berdosa mengaku kepada Tuhan, dosanya ditimpakan kepada binatang kurban tidak bercela yang disembelih itu. Ini merupakan konsep penebusan zaman dahulu. Hewan kurban tidak bercela ini dalam Perjanjian Baru merujuk pada kualitas Kristus sebagai Anak Domba tersembelih tanpa cacat cela (1 Ptr. 1:19).

Aplikasi: standar kehidupan anak Tuhan seharusnya bercirikan hidup tidak bercela dan ini hanya dapat dicapai dengan menuruti Firman Tuhan. Mengapa? Karena Firman Tuhan adalah standar kesempurnaan itu sendiri. Kehidupan tak bercela tidak akan melakukan kejahatan (Mzm. 119:3). Dengan kata lain, orang yang tidak menuruti Firman tidak berbahagia karena hidupnya sangat rawan untuk berbuat kejahatan dan kesalahan. Sebaliknya, orang yang menuruti Firman Tuhan pasti berbahagia karena Firman yang sempurna itu berkuasa mengubah hidupnya hingga satu kali kelak sempurna sama seperti Kristus yang sempurna.

  • Doa pemazmur yang sangat paham akan perintah Firman Tuhan supaya dipegang sungguh-sungguh (ay. 4).

Sejak semula Tuhan telah memberi perintah kepada manusia pertama untuk dipegang bukan untuk dilanggar. Adam-Hawa boleh makan semua buah dari pohon di taman Eden dengan bebas kecuali buah pohon

pengetahuan baik dan jahat; jika dimakan, mereka pasti mati (Kej. 2:16-17). Apakah Tuhan semena-mena memberikan perintah, mentang-mentang Ia Sang Pencipta? Semua ini demi kebaikan manusia sendiri; tujuan perintah Tuhan sangatlah jelas yakni agar manusia tidak mati. Ia memberikan Firman untuk ditaati agar manusia hidup dan berbahagia.

  • Kerinduan pemazmur (sebagai respons) untuk menuruti Firman Tuhan (ay. 5-8).

Pemazmur sadar bahwa orang yang menuruti Firman akan berbahagia dan dia dalam doanya mengetahui bahwa Tuhan-lah yang memerintahkan hal ini sehingga dia rindu untuk mengalaminya. Dia berharap agar dapat merespons Firman Tuhan dengan baik.

Introspeksi: kita sering kagum mendengarkan Firman Tuhan yang bagus nan indah tetapi apakah kita merindukan agar Firman tersebut menjadi bagian dalam hidup kita untuk dipraktikkan dalam keseharian hidup? Jadi, Firman Tuhan tidak berhenti hanya pada pemahaman/pengetahuan tetapi seharusnya berlanjut untuk dialami secara nyata dalam hidup kita.

Bagaimana merespons Firman Tuhan agar kita beroleh kebahagiaan?

-     Memerhatikan (look, pay attention to, mengamat-amati-TB) perintah Firman→ ayat 6

Mengamat-amati Firman sama dengan memberi perhatian penuh, fokus pada Firman, merenungkan dengan cermat, menjadikan Firman itu yang utama dalam hidup kita. Jadi, bukan sekadar memerhatikan Firman saat kita datang ke gereja saja tetapi memperhatikannya dalam hidup sehari-hari apa pun kondisinya – kaya, miskin, dalam pergumulan dan masalah dst. – Firman Tuhan menjadi pusat perhatian dan yang utama dalam hidup kita.

Kenyataannya, saat menghadapi pergumulan dan permasalahan, perhatian kita sering kali tidak tertuju kepada Firman tetapi pada masalah itu terus. Akibatnya, masalah yang terus dipikirkan tersebut akan terlihat makin besar dan rumit, makin tidak mampu kita selesaikan dan membuat kita emosi. Waspada, semakin “besar” kita merasa masalah yang dihadapi, semakin kecil dan jauh kita merespons Firman Tuhan bahkan meragukan apakah Firman mampu menyelesaikan masalah kita. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk fokus memerhatikan Firman karena kita tidak akan mendapat malu apabila kita mengamat-amati segala perintah-Nya sebab apa yang kita lakukan sesuai Firman Tuhan, bukan di luar Firman. Jujur, kita sering terjebak untuk bertindak sendiri menurut pengalaman, logika dan ilmu yang kita dalami padahal pengetahuan setinggi apa pun tidak akan pernah menyamai Firman Tuhan. Tak jarang solusi dan keputusan berdasarkan pengalaman malah menghasilkan kesalahan dan pada akhirnya mempermalukan diri sendiri. Marilah kita melatih diri hari demi hari untuk memerhatikan kebenaran Firman Tuhan agar kita berbahagia.

-     Mempelajari hukum-hukum-Nya → ayat 7

Mempelajari Firman Tuhan merupakan proses kelanjutan dari memerhatikan sebagai keseriusan kita untuk mendalami Firman-Nya. Semakin fokus perhatian kita kepada Firman, semakin tertarik kita untuk mendalami dan mempelajarinya. Perlu diketahui bahwa proses pembelajaran memerlukan kedisiplinan dan mempelajari Firman Tuhan adalah tanggung jawab setiap anak Tuhan, bukan hanya tanggung jawab pendeta dan pengkhotbah saja.

Aplikasi: proses mempelajari Firman Tuhan dapat dilakukan secara mandiri, setia mengikuti ibadah-ibadah yang sudah ditentukan, dan bergabung dengan komsel G-To untuk sharing Firman serta berbagi pengalaman kesaksian. Bisa juga dengan mengikuti pembelajaran formal dalam Sekolah Alkitab / Sekolah Teologi. Semakin kita mengerti Firman, semakin banyak ucapan syukur dinaikkan dengan hati yang tulus. Tahukah pembelajaran Firman tidak akan pernah selesai dan belajar seumur hidup pun tidak akan pernah habis untuk dapat mengerti sepenuhnya? Setiap kali belajar, kita akan menemukan kebenaran baru yang mengubah hidup kita dan memunculkan ucapan syukur kepada-Nya. Ingat, (Firman) Allah dan pemikiran- Nya sesungguhnya di luar kemampuan akal manusia betapapun jeniusnya dia.

-     Memelihara (keep, berpegang-TB) pada ketetapan-ketetapan-Nya → ayat 8

Berpegang pada Firman bukan berarti memegang (fisik) Alkitab ke mana pun kita pergi tetapi menaati Firman dengan teguh dan mempraktikkannya dengan konsisten. Ilustrasi: ketika kita tersesat di hutan lebat nan gelap, yang paling diperlukan ialah senter (flashlight) dan kita akan memegang serta menjaga senter ini baik-baik agar tidak terjatuh dan hilang. Demikian pula bila kita berpegang pada Firman dalam menjalani

hidup, jangan lepaskan pegangan kita kepada Firman Tuhan sebab kita akan tersesat. Firman Tuhan yang kita perhatikan dan pelajari menjadi pegangan hidup dan praktik nyata dalam hidup kita. Jangan bangga dengan pengajaran Mempelai dan terang Tabernakel tetapi harus berlanjut dipraktikkan menjadi kesaksian hidup bagi orang lain. Bila kita memiliki kerelaan hati untuk mempraktikkan Firman, kita akan mengalami perlindungan-Nya yang ajaib.

Heran, pemazmur mengakhiri bait 1 ini dengan berdoa memohon kepada Tuhan agar Tuhan tidak meninggalkan dia (ay. 8b). Tampaknya pemazmur menyadari bahwa dirinya tidak mampu merespons Firman Tuhan dengan tepat apalagi dengan standar tidak bercela. Apakah ada manusia yang sempurna tidak bercacat cela? Pemazmur bersikap realistis dan jujur mengakui bagaimana dia sangat bergantung kepada Tuhan. Dia rindu dan mau merespons Firman tetapi tidak mampu melakukannya tanpa Tuhan.

Aplikasi: kita bertanggung jawab merespons Firman Tuhan tetapi kita sangat bergantung kepada-Nya agar dapat merespons dengan tepat. Contoh: Adam dan Hawa mendapat keistimewaan karena dibentuk langsung oleh tangan Allah, diembuskan napas hidup ke dalam hidupnya, diajak ngobrol oleh-Nya dan mereka hidup dalam kelimpahan. Namun sayang mereka gagal mempraktikkan Firman karena Hawa tidak memerhatikan Firman dengan tepat saat digoda oleh ular. Hawa mulai sedikit merubah perintah Allah dan tidak memohon pertolongan-Nya saat menghadapi ular karena merasa diri mampu. Dia begitu percaya diri merasa mampu menghadapi bujukan ular berakibat kejatuhan dalam dosa. Sungguh kita sepenuhnya bergantung pada Tuhan, tanpa-Nya kita tidak dapat berbuat apa-apa. Contoh: kita bisa hidup karena Tuhan, diselamatkan oleh kasih karunia-Nya, dapat mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan bukan dari kemampuan sendiri tetapi oleh Roh Kudus, dapat mengerti Firman bukan karena kepintaran sendiri tetapi Tuhan membuka pikiran kita seperti dialami oleh para rasul (Luk. 24:45) dst.

Apakah kita mau berbahagia? Marilah merespons Firman Tuhan dengan tepat yakni: memerhatikan Firman, mempelajari Firman dan memelihara Firman-Nya. Kita melakukannya dengan penuh tanggung jawab bukan dengan kekuatan dan kemampuan diri sendiri tetapi bersandar kepada-Nya yang berkuasa memberikan kita kebahagiaan sejati. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: