• PANGGILAN UNTUK MEMUJI TUHAN
  • Mazmur 117
  • Lemah Putro
  • 2024-11-17
  • Pdm. Jannen Pangaribuan
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1676-panggilan-untuk-memuji-tuhan
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
panggilan-untuk-memuji-tuhan

Shalom,

Ketika pemuda-pemudi lagi dimabuk asmara, mereka berkomunikasi panjang lebar tak mengenal waktu. Pulang dari ketemuan, obrolan masih dilanjutkan via WA sampai larut malam hingga tak jarang terkantuk-kantuk saat ibadah di Minggu pagi. Jauh berbeda setelah menikah beberapa tahun, obrolan di antara suami-istri makin lama makin pendek dan singkat. Bagaimana komunikasi kita dengan Tuhan? Apakah doa kita sekadar laporan singkat kepada Tuhan? Atau makin lama kita makin mengenal Tuhan dan tetap bergairah untuk memuji serta merenungkan Firman-Nya?

Perlu diketahui Mazmur 117 yang terdiri dari dua ayat merupakan mazmur yang paling pendek dari keseluruhan Kitab Mazmur sementara mazmur yang terpanjang ialah Mazmur 119, terdiri dari 176 ayat. Namun yakinlah setiap ayat perkataan Firman Tuhan bukanlah sia-sia tetapi memiliki makna.

Mazmur 117 bermakna penting bagi bangsa kafir (bangsa-bangsa) karena secara hitam-putih tertulis kasih Tuhan berlaku universal bagi semua orang bukan hanya untuk bangsa Yahudi, tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain. Melalui kebenaran Firman-Nya, Tuhan mengundang dan memanggil siapa pun (dari suku bangsa dan bahasa apa pun) untuk memuji Dia. Harus diakui, ini bukan perkara mudah karena bangsa-bangsa dengan latar belakang hidup dalam penyembahan berhala, kenajisan dan percabulan diundang untuk datang menyembah Tuhan yang hidup. Rasul Paulus menegaskan bangsa kafir (non-Yahudi) tanpa Kristus, tidak mendapat bagian dalam ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia (Ef. 2:11-12). Kalau kita dapat memuji dan menyembah Tuhan, ini disebabkan karena Allah di dalam kasih-Nya telah mengutus Anak-Nya datang ke dalam dunia untuk merubuhkan semua tembok pemisah agar kita berada dalam satu kesatuan oleh ikatan damai sejahtera dan darah Kristus yang mempersatukan kita (ay. 13).

Pujilah TUHAN, hai segala bangsa (bs. Ibr. Goyim = gentiles, nations), megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!” (Mzm. 117:1) disitir oleh Rasul Paulus (Rm. 15:11) untuk menyatakan bagaimana kasih Tuhan berlaku untuk semua orang. Oleh sebab itu hendaknya kita menerima satu sama lain (tanpa memandang latar belakang maupun suku apa pun) demi kemuliaan Allah (ay. 7-8, 5-6). Saat itu Paulus berbicara dalam konteks pemberitaan Injil dan kesatuan tubuh Kristus. Kita menyatu satu sama lain diwujudkan dengan satu suara/nada memuji serta memuliakan Tuhan.

Pemazmur menekankan dua kata untuk memuji Tuhan, yakni:

·       “Pujilah Tuhan (bhs. Ibr. Halal = to shine, to praise = bersinar, memuji)”

·       “Megahkanlah Tuhan (bhs. Ibr. Shabach – to laud, to praise = memuji)”

Kata bangsa-bangsa (Goyim = gentiles, nations) muncul pertama sekali di Kejadian 10:5 mengisahkan tentang bangsa-bangsa keturunan Sem, Ham, dan Yafet (anak Nuh) yang berpencar (merantau) di bumi setelah peristiwa air bah. Saat itu mereka masih satu bahasa dan satu logat (Kej. 11:1).

Kemudian mereka membangun sebuah kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit supaya mereka tidak terserak ke seluruh bumi. Mereka berusaha mempertahankan kesatuan tetapi Allah yang turun melihat/menyurvei usaha awal mereka menemukan fakta lapangan adanya motivasi dan maksud yang justru menentang-Nya. Ia kemudian mengacaubalaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing (Kej. 11:7).

Apa sebenarnya maksud dari kesatuan yang ingin mereka bentuk? "…….Mulai sekarang apapun yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak mungkin bagi manusia.” (ay. 6; TB 2) Dengan kata lain, mereka berpikiran mampu mengatasi dan menyelesaikan segala perkara dan persoalan dengan kekuatan sendiri. Ini merupakan pendekatan humanisme pertama yang dipraktikkan.

Mereka mau mencari nama (let us make a name for ourselves = mencari nama untuk diri sendiri) → menunjukkan satu kebanggaan diri. Bukankah sering terjadi ketika manusia merasa diri sendiri mampu melakukan segala sesuatu, dia kemudian menjadi sombong? Jelas ini menentang rencana Tuhan. Memang kesatuan dan persatuan (kerukunan) tidaklah salah bahkan diinginkan oleh Tuhan karena dari sanalah turun berkat (Mzm. 133:1-3).

Aplikasi: betapa bahagianya ketika jemaat GKGA dalam kesatuan Tubuh Kristus dan tercipta kerukunan! Tuhan akan memerintahkan segala berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. Kenyataannya, dunia membentuk ASEAN, Uni Eropa, Liga Arab, The Commonwealth of Nations, PBB dll. dengan tujuan menyatu namun tidak pula tercapai persatuan yang diinginkan karena semua rancangan digagas untuk menunjukkan kemampuan manusia sendiri. Jika mereka berhasil, mereka akan meninggikan diri lalu tidak memerlukan Tuhan lagi. Contoh: Bintang Fajar, putra fajar, meninggikan diri mau menyamai Allah berakhir diturunkan ke tempat paling dalam di liang kubur (Yes. 14:12-15). Demikian pula dengan Firaun yang mengatakan, “Siapakah TUHAN…tidak kenal aku TUHAN itu…” (Kel. 5:2) Sikap humanisme seperti ini berbahaya karena hanya menonjolkan kemanusiaan dan manusia didorong untuk menggali, mengembangkan sumber daya serta potensi di dalam diri sendiri dan melupakan Tuhan. Apalagi dengan kemjuan teknologi hari-hari ini, semua serba mudah dan cepat, misal: sebelum ada kemajuan ilmu kedokteran, orang sakit berjuang dan banyak berdoa tetapi sekarang banyak dokter spesialis dapat mengobati pelbagai penyakit.

Terbukti air bah yang membinasakan semua manusia waktu itu kecuali Nuh sekeluarga tidak dapat menyelesaikan masalah dosa. Buktinya kejahatan dan kenajisan manusia makin menjamur dan merajalela. Bagaimanapun juga Allah memikirkan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ini dengan mengerjakan proyek penebusan dimulai dari Abram (Kej. 12). Allah memilihnya untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (ay. 2-3). Dari satu orang, Abram yang kemudian berganti nama Abraham lahir keturunan demi keturunan hingga lahir Yesus, Sang Juru Selamat (Mat. 1:1, 21-22). Yesus menyelesaikan/menuntaskan tugas yang diemban dari Bapa-Nya dengan pengurbanan- Nya di kayu salib untuk menebus dosa manusia.

Apa respons kita terhadap pekerjaan yang telah dirampungkan Yesus? “Sebab kasih-Nya hebat atas kita dan kesetiaan (the truth = kebenaran) TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (ay. 2)

Kasih dan kesetiaan/kebenaran Tuhan menjadi alasan bagi kita untuk memuji dan menyembah-Nya. Kasih Tuhan memungkinkan Dia mengerjakan perkara-perkara di luar batas pemikiran kita. Bagaimana Allah Bapa mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal (Yoh. 3:16).

Perhatikan, kita tidak cukup hanya percaya kepada Tuhan. Kenyataannya, masalah dosa masih terus menghantui kita dan tidak jarang kejatuhan demi kejatuhan menimpa kita. Bahkan orang yang bertekun dalam pengajaran pun dapat melakukan hal-hal yang sangat menjijikkan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena puas diri dan berhenti pada kasih Tuhan – bersyukur beroleh kasih Tuhan lalu percaya, dibaptis dan beribadah seminggu sekali sementara hari Senin-Sabtu hidup tanpa Tuhan. Pengikutan yang disebut Kristen nominal seperti ini masih memerlukan satu kekuatan supaya dapat terlepas dari ikatan dosa yakni kekuatan dari Firman Tuhan. Anak muda tidak dapat mengatasi dosa dan menang atas pergumulan dengan mengandalkan kepintaran, kemampuan tetapi hanya dengan menyimpan Firman Tuhan (Mzm. 119:9-11) dan menghidupinya bagaikan seorang murid yang belajar dan latihan setiap hari untuk memelihara persekutuan dengan-Nya.

Aplikasi: kita membutuhkan kasih Allah ketika menghadapi persoalan yang sulit dipecahkan. Kita juga harus menyimpan dan menghidupi Firman Tuhan agar bersinar dalam keseharian hidup menjadi kesaksian bagi orang- orang di sekitar kita.

Selain kasih Tuhan, Firman Tuhan adalah kebenaran (Yoh. 17:17) yang memberi kekuatan dan memerdekakan kita sehingga kita dapat memuji dan menyembah Tuhan. Kita mengalami kelepasan oleh kuasa pengajaran Firman- Nya (Yoh. 8:32) bila kita tinggal tetap dalam Firman-Nya (ay. 31). Kita menjadi murid Tuhan yang mengikuti jejak kaki Guru kita dengan memelihara dan menghidupi pengajaran-Nya serta menyaksikan/membagikannya kepada sesama bagaimana Firman Tuhan sudah mengubahkan kehidupan lama kita yang najis dan kotor untuk boleh menyembah Allah yang mahakudus.

Bukankah kita mengemban Amanat Agung Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat. 28:19-20)?

Introspeksi: sudahkah kita menempatkan diri sebagai seorang murid yang setiap hari duduk di kaki Tuhan menajamkan telinga untuk peka mendengar suara Tuhan agar berkemenangan? Sudahkah kita belajar tentang pengajaran Firman Tuhan yang mencakup seluruh aspek hidup dan menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari menjadi saksi Kristus yang dapat dilihat dari tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan kita?

Apakah kita sungguh-sungguh mencintai Yesus juga pengajaran Firman-Nya? Serahkan seluruh aspek hidup kita untuk menjadi murid-Nya! Jangan menjadi Kristen nominal atau Kristen Tanpa Pertobatan (KTP)! Tuhan mau menguduskan hidup kita untuk layak menjadi Mempelai perempuan-Nya. Bila kita mengalami kasih Tuhan dan menghidupi kebenaran Firman-Nya, kita akan terpanggil dengan penuh sukacita untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: