• LUPUT DARI MAUT
  • Mazmur 116
  • Lemah Putro
  • 2024-11-10
  • Pdp. David Wellyanto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1673-luput-dari-maut
  • Video Ibadah: KLIK DISINI
luput-dari-maut

Shalom,

Tak dapat disangkal, di dalam hidup ini kita dapat tenggelam dalam lautan masalah seakan-akan tidak ada jalan keluar bagaikan berada di tengah badai besar tanpa menggunakan pelampung kita berteriak kuat minta pertolongan tetapi dalam ketakutan bertanya-tanya apakah ada orang yang dapat menolong kita. Inilah yang dirasakan oleh penulis Mazmur 116. Dia berada di dalam situasi yang nyaris merenggut hidupnya tetapi di tengah kesesakan itu Tuhan mendengar seruannya dan datang mengulurkan tangan-Nya mengangkat dia keluar dari air yang menggelora. Pengalaman ini mengubah hidup pemazmur dari ketakutan menjadi rasa syukur, dari kesesakan menjadi ketenangan/kedamaian, dari keputusasaan menjadi tekad dan komitmen untuk hidup bagi Tuhan. Melalui Mazmur 116, kita melihat kasih Tuhan yang menyelamatkan memberikan kita pengharapan dan kehidupan baru saat kita berada di ujung jalan dan di mulut maut.

Peristiwa menyeramkan serta campur tangan Tuhan macam apa yang dialami oleh pemazmur?

Pemazmur mengalami bahaya besar, nyaris membuatnya putus asa. Dia ketakutan karena tali-tali maut melilitnya dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpanya (ay. 3). Dia mengalami tekanan luar biasa dan berjuang keras untuk tetap percaya walau penderitaannya yang begitu berat (ay. 10-11). Pikirannya kacau dan biasanya dalam situasi seperti ini yang tampak hanyalah keputusasaan dan berharap kepada pertolongan manusia sangatlah mustahil serta lupa berpaling kepada Tuhan, Sumber pengharapan. Namun pemazmur tidak bersikap demikian, di dalam kesesakan dia berseru kepada Tuhan (ay. 4) dan Allah mendengarkan dia (ay. 1-2) sebab Ia mengasihi dia (ay. 5-6) serta meluputkannya dari maut (ay. 8).

Pemazmur mempunyai pengalaman pribadi berkaitan dengan kebaikan Allah yang telah terlaksana dan pengalaman itu mendorongnya untuk bersyukur kepada-Nya (ay. 12) serta berkomitmen untuk mengasihi-Nya (ay. 1). Dia akan terus menyerukan Nama-Nya (ay. 2, 13, 17), mencari ketenangan/kedamaian di dalam-Nya (ay. 7) dan berjalan di hadapan-Nya (ay. 9). Dia akan membayar nazar, mempersembahkan kurban syukur di depan seluruh umat-Nya (ay. 14,17) dan bertekad menjadi hamba yang setia (ay. 16).

Belajar dari pengalaman pemazmur, apa yang harus kita lakukan agar Tuhan mendengar doa dan meluputkan kita dari kesesakan yang menimpa? Kita harus membangun dan merawat IKN, yakni:

  • I = Iman kepada Tuhan
    Pemazmur menunjukkan kepada kita bahwa di tengah ancaman yang besar, kita harus tetap beriman teguh kepada Tuhan yang berdaulat atas hidup kita. Pemazmur tetap percaya Tuhan dan tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh ketakutan walau dalam keadaan terancam dan hatinya guncang (ay. 10).

Introspeksi: apakah kita tetap percaya kepada Tuhan saat menghadapi situasi mencekam dan tampak tidak ada pertolongan sementara hati menderita? Momen seperti ini benar-benar menguji dasar iman kita sekaligus memanggil kita untuk menyandarkan hidup kepada Tuhan. Ilustrasi: seorang anak yang tersesat di tengah keramaian dipenuhi rasa takut tidak tahu harus ke mana dia pergi. Dalam kondisi panik, tiba-tiba sang ayah datang kemudian menggandeng tangannya. Anak itu pasti merasa tenang dan aman walau tidak tahu ke mana akan dibawa pergi oleh ayahnya. Ini yang dialami oleh pemazmur saat menghadapi badai hidup. Dia percaya Tuhan mengenggam hidupnya dan ini membuatnya tenang meskipun ada ancaman besar. Rasa damai timbul bukan karena situasinya berubah tetapi karena tangan Tuhan memegang kuat hidupnya (ay. 7). Ketika kita menghadapi ketakutan-ketakutan dalam hidup ini, datanglah kepada Tuhan yang hanya sejauh doa. Kita ceritakan dengan jujur apa adanya dan menyerahkan ketakutan kita kepada-Nya. Kita bagaikan menggenggam tangan Tuhan yang memimpin kita di tengah ketidakpastian dan belajar menemukan hal-hal baik yang Tuhan kerjakan atas kehidupan kitadi tengah kesulitan.

Kita juga harus menaruh kepercayaan kepada Tuhan di atas kelemahan manusia (ay. 11). Dalam hal ini Paulus menegaskan bahwa Allah adalah benar dan semua manusia pembohong (Rm. 3:4). Faktanya, tidak ada seorang

pun dapat diandalkan kecuali Tuhan mengubah hati seseorang. Oleh sebab itu kita harus memiliki keyakinan yang kukuh kepada Tuhan dan bersandar kepada-Nya.

Aplikasi: marilah kita belajar mendahulukan Tuhan di dalam mengambil keputusan sebelum mencari pertimbangan, pendapat, pertolongan, pandangan dari manusia! Ingat, manusia dapat mengecewakan kita tetapi Tuhan tidak. Iman kepada Tuhan menolong kita melihat tangan-Nya sedang bekerja walau kita tidak memahami rencana-Nya secara utuh namun yang pasti Ia tahu yang terbaik. Kita juga belajar meluangkan waktu setiap hari untuk merenungkan Firman Tuhan dan menjadikannya sumber kekuatan yang menuntun kita agar memercayai-Nya di tengah ketidakpastian. Selain itu kita melatih diri untuk bersyukur di dalam segala keadaan karena sikap seperti ini membangun iman dengan mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu menyertai di situasi yang sulit sekalipun.

  • K = Kedekatan, keeratan, karib dengan Tuhan
    Hubungan pemazmur dengan Tuhan bukanlah sekadar hubungan formalitas melainkan hubungan penuh kasih (ay. 1). Kedekatan ini tidak hanya dilandasi dengan rasa hormat tetapi juga secara emosional. Kasihnya kepada Tuhan timbul karena dia mengalami sendiri Tuhan mendengarkan dan memerhatikan seruannya. Dengan kata lain kedekatan ini bukan sebuah hubungan satu arah, karena Tuhan pun merespons dengan penuh perhatian (ay. 4). Hubungan timbal balik ini memberikan keyakinan bahwa Tuhan itu peduli dan selalu ada baginya.

Hubungan mendalam makin terasa ketika pemazmur menulis bahwa Tuhan menyendengkan telinga-Nya kepadanya (ay. 2) dan memberi perhatian penuh pada seruannya. Telinga Tuhan diarahkan kepada bibir pemazmur yang dalam kelemahan menyatakan keluhan-keluhan tidak terucapkan/terdengar yang keluar dari roh dan jiwanya. Pernahkah kita benar-benar merasakan Tuhan menjawab doa-doa kita? Atau kita malah jarang berdoa? Bagaimana Tuhan mau menjawab doa kita kalau relasi kita tidak dekat dengan-Nya?

Selanjutnya pemazmur mengatakan, “Aku boleh berjalan di hadapan Tuhan di negeri orang-orang hidup.” (ay. 9) menggambarkan bahwa pemazmur tidak datang kepada Tuhan hanya dalam situasi-situasi tertentu tetapi dia memiliki kesadaran bahwa Tuhan selalu hadir dan berjalan bersamanya di dalam keseharian hidupnya. Pemazmur menikmati dan menghayati hubungan eratnya dengan Tuhan.

Introspeksi: apakah kita juga memiliki hubungan erat dengan Tuhan atau hubungan kita sekadar formalitas dan rutinitas tanpa keterikatan hati yang mendalam dengan-Nya? Bangunlah interaksi bersifat personal dengan Tuhan seperti kedekatan seorang anak terhadap orang tua yang selalu menanggapinya. Kedekatan dengan- Nya memberikan kita kekuatan untuk tetap percaya dan mengandalkan Dia di dalam segala situasi, membuat kita berpengharapan dan bersyukur kepada-Nya.

  • N = Nostalgia.
    Pemazmur mampu bertahan hidup di tengah kesulitan besar karena dia tidak pernah melupakan pengalaman- pengalamannya bersama dengan Tuhan (ay. 8-9). Berkali-kali Tuhan menyelamatkannya dari bahaya, menghapus air matanya dan menjaga setiap langkahnya. Keyakinannya makin kuat mengingat apa yang Tuhan lakukan di masa lalu dan ini menjadi landasan kuat bagi pengharapannya di kemudian hari. Contoh: Policarpus, murid Rasul Yohanes, seorang tokoh gereja mula-mula yang mengingat pengalaman kasih setia Tuhan di sepanjang hidupnya membuatnya berani memilih mati dibunuh daripada hidup menyangkal Tuhan. Sebelum dihukum mati, dia mengatakan, "86 tahun aku telah melayani Dia dan Ia tidak pernah mengecewakan aku, bagaimana mungkin aku menghujat Raja dan Juru Selamatku?" Karena penolakannya, dia dibakar hidup-hidup kemudian ditikam dengan pedang. Namun keteguhan imannya menginspirasi orang-orang percaya untuk tetap setia kepada Tuhan.

Aplikasi: marilah kita mengenang kasih setia Tuhan dalam hidup kita setiap kali menghadapi tantangan- tantangan. Ingatlah momen-momen ketika Tuhan menolong kita, pengalaman ini menguatkan kita dan memberi keberanian untuk tetap percaya bahwa Tuhan yang setia di masa lalu juga menyertai kita di masa datang. Masalahnya, apakah kita memiliki keberanian untuk mengingat kasih setia Tuhan dan berpegang pada kesetiaan-Nya meskipun menghadapi tantangan yang membuat kita terpojok, terancam bahkan membawa kita pada mulut maut? Dengan mengingat kasih setia-Nya, kita disadarkan akan pertolongan Tuhan di masa lalu saat menghadapi masalah sulit dan jalan buntu. Tuhan datang menolong dan memberi kekuatan untuk kita mampu melewatinya. Kita belajar menemukan hal-hal yang baik di tengah kesulitan yang Tuhan izinkan terjadi atas hidup kita. Bagaimana seandainya Tuhan menunda pertolongan yang sedang kita butuhkan, apakah kita merasa Tuhan tidak menolong kita atau masihkah kita percaya dan bersyukur bahwa Dia yang setia di masa lalu juga tetap setia dan sanggup menolong kita?

Kita semua memiliki nostalgia bersama Tuhan – kenangan akan kebaikan dan pertolongan-Nya. Namun ketahuilah, bahwa Tuhan juga memiliki nostalgia yang indah dengan kita? Di antara banyak kenangan yang terukir di hati-Nya, nostalgia terindah-Nya ialah ketika Dia memutuskan tali-tali maut yang melilit kita dengan memberikan diri-Nya untuk menebus dosa kita yang menyeret kita pada lubang kebinasaan. Itulah momen ketika Tuhan menggantikan kegentaran dunia orang mati dengan damai sejahtera bagi kita yang percaya. Kegentaran dunia orang mati bukanlah ketakutan akan kekurangan perkara jasmani atau ketakutan akan sakit yang tak kunjung sembuh atau kesulitan-kesulitan hidup lahiriah lainnya. Kegentaran dunia orang mati yang sejati adalah ketika seseorang harus menghadap pengadilan Kristus tanpa jaminan kasih Tuhan karena dosa- dosanya tidak ditebus. Sebaliknya, bagi kita yang telah ditebus oleh Kristus kegentaran tersebut diubah menjadi keberanian untuk menghampiri tahta kasih karunia dengan penuh keyakinan (bnd. Ibr. 4:16). Seandainya hidup kita harus berakhir di dunia ini maka kematian kita indah dalam pemandangan Tuhan, karena berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya (Mzm. 116:15).

Peringatan: jangan membiarkan diri Anda meninggalkan dunia ini dalam keadaan belum ditebus oleh Yesus dan belum dipenuhi damai sejahtera-Nya, karena Anda akan merasakan kegentaran dunia orang mati. Yesus telah berkurban karena kasih-Nya agar kita beroleh keselamatan dan luput dari maut.

Mau luput dari maut? Ingat IKN: Iman kepada Tuhan, Kedekatan kita dengan-Nya, Nostalgia tentang kebaikan dan pertolongan-Nya. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: