• LUPUT DARI MAUT (JOHOR)
  • Mazmur 116
  • Lemah Putro
  • 2024-11-10
  • Pdm. Sonny Garing
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1674-luput-dari-maut-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita mengetahui di tengah perjalanan bangsa Israel bersungut-sungut kepada Tuhan dan Musa karena tidak ada air dan bosan makan Manna berakibat Allah menghukum mereka dengan mengirim ular tedung untuk memagut mereka sehingga banyak dari mereka yang mati. Akhirnya mereka berteriak minta tolong dan Allah menyuruh Musa membuat ular tembaga yang digantung pada sebuah tiang dan setiap orang yang melihat ular tembaga itu akan luput dari maut alias selamat (Bil. 21:4-9). Risiko ditanggung sendiri jika mereka tidak menggunakan kesempatan memandang ular tembaga tersebut!

Ular tembaga yang ditinggikan menubuatkan Yesus disalib dan manusia berdosa yang percaya kepada-Nya akan luput dari maut beroleh keselamatan dari-Nya. Tentu timbul perasaan campur aduk saat berada dalam situasi seperti itu: ketakutan berubah menjadi senang dan bersyukur bebas/luput dari kematian. Contoh: kita telah melewati pandemi COVID 19 yang begitu mencekam dan makan banyak korban hanya dalam hitungan hari. Pengalaman luput dari maut sementara banyak korban di sekitar kita berjatuhan pasti tidak terlupakan dan ada ucapan syukur kepada Tuhan yang masih memberikan kita napas kehidupan sampai saat ini.

Pesan apa yang dapat kita ambil dari tema “Luput Dari Maut” menurut Mazmur 116?

  • Luput dari maut menyadarkan kita untuk tidak melupakan kebaikan Tuhan (ay. 1-11).

Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku.” (ay. 1)

Kata “aku” berbicara tentang pribadi lepas pribadi – kecil/besar, tua/muda, kaya/miskin, berpendidikan tinggi/rendah dst. – bukan ditujukan kepada seseorang tertentu yang luput dari maut.

“Aku mengasihi Tuhan” cukup menarik karena pemazmur tidak berhenti pada ucapan syukur tetapi mau mengasihi Tuhan. Pemazmur dapat mengasihi Tuhan karena Tuhan lebih dahulu mengasihi dia sebab pada dasarnya manusia berdosa itu mengasihi dan berorientasi pada diri sendiri. Contoh: Adam mempersalahkan Hawa dan Hawa menyalahkan ular yang membuat mereka jatuh dalam dosa. Sejak saat itu benih egoisme muncul dan berlanjut sampai saat ini. Jika bukan Tuhan yang menolong, kita hanya memikirkan diri sendiri tidak peduli dengan orang lain. Bila Tuhan menjamah hati kita, terjadi perubahan paradigma yang mana kita tidak lagi fokus pada diri sendiri tetapi memikirkan apa yang dapat kita perbuat bagi Tuhan, keluarga dan sesama. Sesungguhnya kita tidak boleh egois hidup untuk diri sendiri tetapi kita memerlukan orang lain untuk saling menopang dan mendukung.

Bentuk atau wujud pemazmur tidak melupakan kebaikan Tuhan ialah mengasihi-Nya karena Tuhan mendengarkan suara permohonannya. Dengan berseru kepada Tuhan ini membuktikan pemazmur mengakui adanya Tuhan.

Introspeksi: apakah kita berdoa karena rutinitas memenuhi jadwal ibadah dan pelayanan tanpa merasakan kehadiran Tuhan dalam doa kita? Perhatikan, barangsiapa datang kepada-Nya harus percaya bahwa Ia ada (Ibr. 11:6).

Pemazmur berseru kepada Tuhan karena dia mengenal kepada siapa dia berseru itulah Tuhan yang pengasih, adil dan penyayang (ay. 4-5). Sungguh kita boleh bangga mengenal dan memiliki Tuhan yang hadir, peduli dan mendengar seruan doa kita.

Apa kata pemazmur selanjutnya? “Kembalilah tenang, hai jiwaku, (return o my soul to your rest) sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu.” (ay. 7) Istilah “return” mengindikasikan bahwa jiwa ini tidak akan mengalami ketenangan sampai menemukan tempat yang tepat. Tahukah ketenangan jiwa bukan terletak pada kemapanan hidup karena tumpukan uang, pencapaian akademik, kesehatan prima dll. tetapi ketika jiwa menemukan Tuhan

dan Ia menempati posisi yang tepat. Ia menawarkan ketenangan jiwa bagi siapa pun yang mau datang kepada- Nya (Mat. 11:28-30).

Aplikasi: bila Tuhan yang penyayang sekaligus adil memberikan ketenangan jiwa, kita tidak akan melupakan kebaikan-Nya untuk dapat mengasihi-Nya.

Pemazmur mengalami pertolongan Tuhan yang meluputkannya dari maut dan matanya daripada air mata (ay. 8- 9). Demikian pula kita yang sudah diselamatkan oleh-Nya memiliki pengharapan iman akan menikmati kondisi tidak lagi ada air mata di kota Yerusalem Baru (Why. 21:1-4).

Pemazmur juga tetap percaya kepada Tuhan walau dia dalam keadaan tertindas dan menganggap semua manusia pembohong (ay. 10-11). Belajar dari pengalaman pemazmur, hendaknya kita tidak melupakan kebaikan Tuhan saat menghadapi kesulitan dan percaya Ia memampukan kita melalui masa-masa sulit tersebut. Juga kita tidak boleh bersandar kepada manusia yang dapat menolong tetapi terbatas. Sandarkan pengharapan kita semua kepada Tuhan yang mampu menggerakkan orang-orang untuk memerhatikan kita! Ingat, pengharapan kita bukan kepada manusia tetapi sandarkan pengharapan kita hanya kepada Tuhan. Kebaikan Tuhan dapat kita alami ketika dalam situasi yang sulit kita masih dapat percaya Tuhan dan tetap mengandalkan Tuhan.

Kebaikan Tuhan yang terbesar ialah kita diluputkan dari hukuman mati oleh pelanggaran dosa (Ef. 2:1-2) dengan kematian-Nya disalib oleh sebab kasih-Nya (Rm. 5:8). Dalam kondisi berdosa, kita membutuhkan Juru Selamat dan oleh anugerah-Nya (bukan karena kebaikan dan prestasi) kita yang tadinya berjalan menuju maut berbalik arah menuju kehidupan kekal.

  • Luput dari maut menyadarkan kita untuk tidak lupa membalas kebaikan Tuhan (ay. 12-19).

Kenyataannya, kita tidak dapat membalas kebaikan Tuhan sepenuhnya. Ilustrasi: seorang anak tidak dapat membalas kebaikan ibu yang sudah melahirkan dan merawatnya hingga si anak hidup mandiri. Malah sering terjadi anak menelantarkan orang tua yang sudah tidak dapat menghasilkan apa-apa lagi.

Kalau begitu bagaimana kita membalas kebaikan Tuhan? “Aku akan mengangkat piala keselamatan dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya.” (ay. 13-14)

-       “Mengangkat piala keselamatan” sama dengan memuliakan Tuhan melalui tutur kata, sikap dan tindakan yang tidak mempermalukan Nama Tuhan.

-       Membayar nazar yang kita janjikan. Untuk itu kita harus hati-hati saat bernazar (Ams. 20:25). Jangan mudah mengobral janji kalau sulit menepatinya! Sekali bernazar, kita harus memenuhi/menepatinya.

-       Mempersembahkan kurban syukur dan menyerukan nama Tuhan (ay. 17),

Kita membalas kebaikan Tuhan dengan beribadah dan melayani-Nya di bidang apa pun yang Ia percayakan kepada kita.

Dalam perjalanan membalas kebaikan Tuhan dengan cara beribadah dan pelayanan untuk memuliakan Tuhan, ada kemungkinan kita dipanggil pulang kembali ke rumah Bapa Surgawi, kita berharga di mata Tuhan (ay. 15). Perhatikan, kematian orang yang dikasihi Tuhan bukanlah akhir dari segalanya tetapi permulaan hidup baru bersama-Nya. Kematian seseorang merupakan kedaulatan Tuhan sepenuhnya; sakit keras sekalipun kalau Tuhan belum berkehendak mencabut nyawanya ini berarti tugasnya belum selesai dituntaskan.

Jelas apa yang harus kita perbuat setelah luput dari maut yaitu: kita tidak boleh melupakan kebaikan Tuhan yang telah rela mengurbankan diri-Nya untuk membebaskan kita dari hukuman mati kekal. Selain itu kita juga tidak boleh lupa membalas kebaikan-Nya dengan beribadah serta melayani Dia hingga ajal menjemput kita atau kita hidup hingga Tuhan menjemput kita untuk tinggal bersama-Nya di Yerusalem baru selamanya. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: