Shalom,
Umumnya jemaat berpenampilan baik nan manis saat beribadah di gereja tetapi siapa tahu apakah perilakunya juga sama ketika berada di luar gereja. Mungkinkah kita ke gereja untuk menyembah berhala? Dan apa maksud dari tema “Kesia-siaan Penyembahan Berhala”? Memang orang Kristen tidak boleh menyembah berhala dan patung; untuk itu kita harus sepakat dengan Mazmur 115 yang memaparkan penyembahan berhala adalah kesia- siaan belaka.
Apakah Anda ingat akan transportasi kereta cepat di Jakarta bernama MRT (Mass Rapid Transit)? Kalau kita setuju Mazmur 115 berbicara bahwa penyembahan berhala adalah kesia-siaan, kita setuju pula dengan MRT. Apa itu MRT?
- Muliakan Tuhan di dalam segala kondisi (ay. 1-3)
“Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, ”
Pemazmur mengawali dengan pernyataan yang merendahkan diri sendiri yakni “bukan kekuatan kami" untuk menunjukkan betapa besar dan dahsyatnya pertolongan TUHAN terhadap umat-Nya, bangsa Israel, sehingga kemuliaan hanya patut ditujukan kepada TUHAN semata.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan akan keberhasilan ketika orang Israel dapat berjalan di dasar laut kering untuk menyeberangi Laut Teberau! Peristiwa ini tidak pernah dialami oleh bangsa mana pun kecuali bangsa Israel. Bayangkan air laut menjadi tembok pemisah! Pemazmur telah menempatkan diri pada posisi tepat dengan mengakui keberhasilan yang dialami oleh bangsa Israel murni perbuatan ajaib yang dilakukan oleh TUHAN. Jelas, pemazmur memberikan satu teladan dalam situasi berkemenangan yang telah dialami di Mazmur 114, Tuhanlah yang layak dan berhak dipermuliakan.
Bagaimana menghadapi situasi yang berbeda ketika bangsa Israel diejek oleh bangsa-bangsa lain dengan mengatakan “Di mana Allah mereka” (ay. 2)? Pemazmur Asaf menuliskan betapa hancurnya keadaan Israel, mereka tidak dalam posisi berkemenangan tetapi mengerang karena mengalami ejekan demi ejekan tentang di mana Allah mereka yang berkuasa mengeringkan Laut Teberau. Namun pemazmur menjawab dalam keadaan apa pun – berkemenangan maupun ejekan – tetap muliakan Tuhan.
Pemamur menjawab dengan jelas bahwa “Allah kita di Surga melakukan apa yang dikehendaki-Nya” (ay. 3). Allah yang transenden (jauh tak terjangkau) sekaligus imanen (dekat) berotoritas melakukan apa yang dikehendaki-Nya dan tidak ada seorang pun sanggup mengintervensi untuk menggagalkan kemauan serta kehendak-Nya.
Aplikasi: ketika pelayanan kita dipuji atau dikritik atau dievaluasi, tetap muliakan Tuhan dalam kondisi dan situasi apa pun. Jangan menjadi sombong kalau dipuji atau cepat tersinggung dan tersandung kalau dikoreksi dan diingatkan kekurangannya. Kenyataannya, kelemahan gereja ada pada pengontrolan dan evaluasi padahal dalam pola Tabernakel terlihat jelas sebelum Tabernakel didirikan, Musa memeriksa apakah semua sudah benar dan tepat (Kel. 40). Jadi, pelayanan harus siap dievaluasi demi kemajuan pekerjaan Tuhan seperti nasihat Rasul Paulus bahwa apa pun yang kita lakukan, lakukan semuanya untuk kemuliaan Allah (1 Kor. 10:31). Harus diakui, diperlukan hikmat Tuhan untuk menggunakan mulut dengan bijak saat menyatakan kebenaran agar tidak menimbulkan sandungan dan sakit hati ketika ditegur. Perlu diketahui Yesus, Sang Firman, datang dengan kasih karunia dan kebenaran (Yoh. 1:14). Kasih karunia harus seimbang dengan kebenaran. Dengan kata lain, kita tidak boleh membiarkan seseorang hidup dalam kesalahan terus menerus karena mempraktikkan kasih karunia tanpa pernah mengingatkan dan menegur kesalahannya demi kebenaran hanya karena takut menyinggung orang tersebut. Ini sama dengan menjerumuskan orang itu ke dalam kesalahan yang tidak pernah diperbaiki.
Mengapa ketika orang-orang bertanya kepada Yesus, Ia tidak langsung menjawab pertanyaan mereka tetapi bertanya balik kepada mereka? Untuk pembelajaran supaya si penanya menemukan sendiri jawabannya di dalam Firman Tuhan apalagi mengalaminya bukan sekadar diberitahu jawabannya kemudian segera melupakannya. Ingat, ketika kita mau memutuskan sesuatu, selalu libatkan Tuhan di dalamnya. Misal: untuk urusan jodoh memilih pasangan hidup, jangan main perasaan sendiri tetapi libatkan otoritas Tuhan supaya kita tidak salah langkah. Saat dalam situasi terpuruk dan tidak seorangpun memerhatikan, percayalah akan hati Tuhan karena Ia begitu bijak dan tidak mungkin berbuat kesalahan serta sangat baik dan tidak mungkin bersikap tidak baik.
- Runtuhkan idola Anda (ay. 4-8).
“Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki tetapi tidak dapat berjalan dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya ”
Walau berhala bernilai mahal (dari perak dan emas), dia tetap buatan manusia dan tidak berfungsi sama sekali.
Pertanyaan: apakah ada kebiasaan, keinginan, sesuatu atau seseorang yang mampu mengalihkan perhatian dan hubungan kita terhadap Kristus? Apakah harta, kepandaian, kemampuan, kedudukan tinggi menjadi idols (allah palsu) kita? Atau kita memberhalakan seseorang dan meminta perlindungan kepadanya?
Firman Allah mengingatkan kita untuk waspada terhadap segala berhala (1 Yoh. 5:21). Memang allah palsu bernilai tinggi (dari perak dan emas) tetapi dia tidak dapat merespons, tidak berfungsi dan tidak dapat memberikan keselamatan. Jauh berbeda dengan Allah yang kita sembah, Ia sumber keselamatan kita. Ia aktif dan responsif, memiliki kuasa hebat bahkan manusia diciptakan oleh-Nya. Masalahnya, kita sering tidak mengerti kehendak-Nya.
Apa kata Tuhan mengenai berhala? “Aku ini TUHAN (YHWH), itulah namaku. Aku tidak akan memberikan kemuliaanku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.” (Yes. 42:8)
Perhatikan, tidak ada sarana lain untuk menyembah dan memuliakan Tuhan kecuali dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Seorang pemuda kaya sudah melakukan hukum Taurat dan ingin memperoleh hidup kekal namun gagal karena dia tidak mampu menggantikan idol harta kekayaannya untuk ditempati oleh Tuhan (Mat. 19:16- 22). Dia tidak mau memindahkan/menyingkirkan berhalanya yang merusak hubungannya dengan Tuhan. Dengan kata lain dia lebih memilih harta ketimbang mengikut Yesus.
Introspeksi: ketika Tuhan meminta kita meruntuhkan, menyingkirkan berhala yang kita gandoli, apa respons kita? Membuangnya atau malah mundur selangkah, lari terbirit-birit meninggalkan Tuhan?
Apa akibatnya kalau orang tetap mempertahankan berhalanya? Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya dan semua orang yang percaya kepadanya.” (ay. 8)
Misal: kalau berhala seseorang itu harta/wanita/uang maka sepanjang hari fokus pembicaraannya hanyalah harta/wanita/uang semata.
Pertanyaan: apa yang lebih kita utamakan daripada Tuhan sehingga kita tidak ada tempat untuk-Nya, tidak ada saat teduh juga tidak ada waktu untuk membaca Firman-Nya?
Ternyata penyembahan berhala sekarang bukan hanya patung tetapi juga, “…percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,” (Kol. 3:5) serta “….percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedenkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya…barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (Gal. 5:19-21)
Aplikasi: runtuhkan sifat iri hati yang menimbulkan amarah, fitnah dan perselisihan di dalam pelayanan sebab barangsiapa melakukan hal ini tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Sebenarnya idol yang paling dipergumulkan ialah diri sendiri seperti diperingatkan oleh Yeremia, yakni, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!. Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Yer. 17:5-8)
- Tumbuhkan kepercayaan kepada Tuhan (ay. 9-11).
Siapa yang diminta untuk percaya dan mengandalkan TUHAN? Orang Israel (bangsa pilihan), kaum Harun (imam-imam yang melayani Tuhan) dan orang-orang yang takut akan Tuhan.
Kalau “rasa percaya” kepada Tuhan tidak pernah tumbuh dalam hati, semua ibadah dan pelayanan yang kita lakukan hanya sebatas liturgi. Kita tidak mengalami dan menghidupi iman percaya kita kepada Tuhan. Firman Tuhan menghimbau, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Ams. 3:5-6)
Jujur, kita mudah menumbuhkan rasa percaya kepada Tuhan saat bersuasanakan berkat tetapi ketika dalam pergumulan, pengertian kita diserang membuat kita meragukan Dia dan kuasa-Nya. Contoh: 12 pengintai dikirim Musa untuk menyurvei tanah Kanaan selama 40 hari. Apa yang terjadi? Ketika pulang 10 orang melapor berdasarkan pengertian sendiri sedangkan 2 orang lainnya tetap percaya kepada Tuhan (Bil. 13:25-33). Apa akibatnya jika mengandalkan pengertian sendiri tidak percaya pada Firman Tuhan? Bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun (Bil. 14:34).
Memang kita diberi pengertian oleh Tuhan akan fakta yang ada di sekeliling kita tetapi pengertian ini harus diimbangi dengan percaya kepada Firman-Nya. Waspada, kalau kita mengandalkan pengertian sendiri berakibat pemberontakan kepada Tuhan seperti dilakukan oleh orang Israel.
Aplikasi: kita perlu menyediakan waktu untuk berdoa dan merenungkan Firman Tuhan dalam memperdalam rasa percaya kita kepada Tuhan. Hampiri Tuhan dahulu dalam doa, percayalah bahwa Ia sanggup menolong masalah nikah, rumah tangga, keuangan, kesehatan dll.
Jelas penyembahan berhala adalah kesia-siaan; untuk itu Muliakan Tuhan dalam segala kondisi, Runtuhkan idola Anda dan Tumbuhkan kepercayaan kepada Tuhan. Amin.