Shalom,
Sesuai tema “Kesia-siaan Penyembahan Berhala”, haruskah kita belajar tentang penyembahan berhala? Kita perlu merenungkan lebih dalam dengan hati terbuka untuk melihat apa arti dan maksud dari tema ini.
Kita sudah mendengar banyak tentang Kitab Mazmur yang mengisahkan pengalaman penulis mengenai adanya Tuhan, kasih, kepedulian Tuhan terhadap umat-Nya apa pun keadaannya. Ini menjadi kekuatan bagi kita bagaimana Allah membela umat-Nya di tengah-tengah penyembahan berhala.
Berbicara mengenai kesia-siaan, apakah kita sudah memanfaatkan hidup kita secara maksimal selama hayat dikandung badan? Berapa banyak waktu kita pergunakan untuk memuliakan Allah? Dan berapa banyak waktu pula yang telah kita sia-siakan? Tuhan memberi kita pengertian bagaimana menggunakan waktu sebaik-baiknya bukan menyia- nyiakannya.
Apa pesan pemazmur 115 berkaitan dengan kesia-siaan penyembahan berhala?
“Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan oleh karena kasih- Mu, oleh karena setia-Mu! Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di mana Allah mereka?" Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,” (ay. 1-4)
Ternyata di luar kita ada bangsa-bangsa/masyarakat yang melihat dan menilai kehidupan kita. Pengalaman hidup apa yang dapat kita tunjukkan dan katakan kepada mereka? Memang kita ada di dalam pemeliharaan Allah melalui Firman- Nya dan hidup kita ditopang oleh-Nya tetapi orang-orang di sekitar melihat kita dan bertanya, “di mana Allahmu?” Pertanyaan ini dapat menjadi kesaksian bagaimana hidup kita dipelihara oleh Allah melalui Firman-Nya atau malah menjadi ejekan karena pola hidup kita mirip dengan mereka yang tidak mengenal Tuhan. Mereka menilai kita berdasarkan apa yang dilihat dan didengar tetapi Tuhan melihat hati.
Manusia pada hakikatnya dikuasai oleh dosa sejak Adam sampai saat ini dan dosa tidak mandeg/stagnan tetapi terus berkembang menjadi kekuatan besar meliputi seluruh umat manusia. Allah pasti mengetahui kondisi manusia berdosa dan tidak membiarkan mereka tetap dikuasai dosa. Ia memiliki rencana keselamatan tetapi Iblis berusaha menghalang- halanginya.
Perhatikan, manusia berdosa memakai mata, mulut dan telinga untuk menilai seseorang atau sesuatu dan sering tidak tepat. Bila mereka tidak mengenal Allah yang mengasihi dan memberkatinya, mereka mencari jalan keluar dari permasalahan hidupnya dengan mencari pertolongan kepada patung yang terbuat dari emas dan perak padahal patung ini tidak dapat mendengar walau bertelinga dan tidak dapat melihat walau mempunyai mata (ay. 4-8).
Ternyata dunia menyediakan patung-patung dengan kecerdasan buatan sehingga dapat menjawab permasalahan orang yang datang kepadanya. Masalahnya, apakah jawaban patung tersebut suatu kebenaran? Tentu tidak karena kecerdasannya dibuat oleh manusia berdosa. Mereka yang salah sasaran dalam penyembahan berakhir seperti patung buatan yang dipercayainya (ay.8). Mereka mempunyai mulut tetapi tidak dapat berkata-kata, bertelinga tetapi tidak mendengar, mempunyai hidung tetapi tidak dapat mencium dst. artinya hidup mereka tidak sesuai dengan rencana Allah saat menciptakan manusia.
Mazmur 115 merupakan nyanyian yang diserukan untuk menyadarkan bagaimana kita harus hidup, yakni:
“Hai Israel, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. Hai kaum Harun, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati, memberkati kaum Israel, memberkati kaum Harun, memberkati orang-orang yang takut akan TUHAN, baik yang kecil maupun yang besar.” (ay. 9-13)
Terlihat keluarga besar meliputi seluruh umat manusia yang datang kepada-Nya, yaitu: Israel (anak Abraham pewaris janji Allah); Harun, imam besar perantara umat Tuhan dengan Bapa Surgawi; juga orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Kita berada di posisi mana saat itu? Tentu kita termasuk dalam bilangan mereka, sungguh berbahagia berada di dalam keluarga Allah ini.
Berada di dalam keluarga Allah, kita harus memeriksa diri untuk mengetahui bagaimana hidup diperkenan Allah, yakni:
- Mengenal pribadi-Nya.
Kita harus mengenal Allah, Bapa Surgawi, untuk menjadi keluarga Allah. Merupakan anugerah dan kemurahan Allah untuk dapat mengenal-Nya sebab tidak ada seorang pun mencari Dia. Manusia malah mencari jalan keluar dari masalah dengan membuat patung/robot yang dapat berbicara dengan harapan dapat memberikan hiburan dan ketenangan. Perjalanan manusia dan perkembangan dosa makin jelas menuju titik akhir dari manusia.
Kenyataannya, dunia makin hari makin melenceng dari kebenaran membuat kita bingung – yang benar disalahkan, yang salah dibenarkan. Bagaimana kita harus menyikapi hidup semacam ini? Tetaplah bersikap dan bertindak tidak salah terhadap didikan Firman Allah. Yakinlah Firman Tuhan adalah kebenaran yang memberikan kita kehidupan dan membuat kita layak di hadapan-Nya. Kita ada dalam kuasa perlindungan dan pemeliharaan-Nya. Harus diakui perlu tindakan berani untuk melakukan kebenaran.
Hukum Tuhan mutlak harus ditaati karena Tuhan sendiri yang memberikan hukum itu kepada kita. Apa dampaknya ketika kita diperhadapkan pada hukum Allah? Dihukum atau diselamatkan Allah (Rm. 8:1-4, 8).
Ketika diperhadapkan pada hukum Taurat, kita berada di bawah hukum dosa. Kita tidak berpengharapan dan menuju kebinasaan sebab hukum Taurat menuduh kita telah berdosa dan tidak layak di hadapan Allah. Apa jadinya kalau Allah tidak menolong kita? Allah yang menciptakan manusia mempunyai rencana untuk kita. Ia mengutus Putra-Nya menjadi daging untuk menyelamatkan manusia berdosa. Firman-Nya yang hidup berkarya menjangkau ke dalaman hati kita untuk merebut kita kembali menjadi keluarga Allah.
Bagi mereka yang hidup dalam kasih Kristus dan karya Roh Kudus, dosa tidak berkuasa memengaruhinya. Namun dosa tetap berkembang memengaruhi manusia yang jauh dari Tuhan, membuatnya putus asa. Sungguh Allah tidak membiarkan kita berlarut-larut hidup di luar penggembalaan-Nya. Manusia telah ditaklukkan kepada kesia-siaan oleh kehendak Allah, dimerdekakan dari kebinasaan masuk dalam kemuliaan anak-anak Allah (Rm. 8:18-21). Jadi hidup kita di dunia menjadi sia-sia tanpa Kristus. Allah memberikan Putera-Nya untuk menyelamatkan kita dan kita menerima-Nya untuk memperoleh hidup. Kasih dan pengurbanan-Nya memberi pengharapan untuk kita hidup. Ketahuilah segala makhluk (bukan hanya kita sendiri) sama-sama menderita tetapi ada pengharapan diangkat menjadi anak-anak Allah (ay. 22-23).
- Mengenal Pribadi-Nya melalui ciptaan kepunyaan-Nya.
Langit itu kepunyaan Tuhan dan bumi diberikan kepada anak-anak manusia termasuk kita di dalamnya (ay. 16). Ia hadir/berhadirat di tengah-tengah kita melalui Firman-Nya dan Roh Kudus senantiasa membimbing kita.
- Memuji Tuhan.
Bukan orang mati yang memuji Tuhan tetapi kita, golongan orang hidup, memuji dan menyembah Tuhan sekarang dan sampai selama-lamanya (ay. 17-18).
Ketahuilah penyembahan berhala adalah kesia-siaan belaka dan membawa kita kepada kebinasaan. Untuk itu kenallah pribadi Tuhan, Pemilik dan Pencipta alam semesta serta pujilah Dia senantiasa bersama dengan umat kepunyaan-Nya karena ini adalah kebahagiaan sejati. Amin.