Dahulu Jauh Sekarang Menjadi Keluarga Allah - Efesus 2:11-22

Pdm. Besar Hartono, Minggu, Johor, 15 April 2018

 

Shalom,

Kita harus yakin bahwa ibadah adalah milik Tuhan sedangkan gembala, penatua dan majelis gereja diberi otoritas oleh-Nya sebagai pelaksana ibadah. Oleh sebab itu hendaknya kita menghormati acara ibadah sejak dari awal puji-pujian terlebih saat Firman Tuhan diberitakan untuk tidak bermain dengan gadget atau ngobrol dengan teman di sebelah kita. Waspada, bila kita tidak menghormati Allah yang berhadirat, kita akan merusak masa depan kita sendiri. Tidak heran ada jemaat yang kurang/tidak ‘diberkati’ sehingga perkataan yang keluar dari mulutnya tidak mendatangkan berkat – selalu mengeluh dan pesimistis akan masa depan. Sebaliknya, bila kita menghargai ibadah, Tuhan tidak akan segan-segan mencurahkan berkat-Nya kepada kita.

Masih ingatkah bahwa kita yang mati karena pelanggaran dan dosa dibangkitkan bersama Kristus serta diberi tempat bersama-Nya di Surga juga kekayaan kasih berlimpah oleh sebab kasih karunia Bapa (Ef. 2:1-7)? Perhatikan, tidak ada seorang nabi atau rasul pun mampu memberikan tempat bagi kita di Surga kecuali Firman Allah yang menjadi manusia dan berkuasa di Surga dan di bumi. Bahkan keselamatan kita peroleh dari iman, bukan dari hasil usaha atau hasil pekerjaan kita tetapi pemberian Allah semata (ay. 8-9). Untuk itu jangan bermegah diri karena kita dicipta dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya (ay. 10).

Kita selalu diperhadapkan dengan pilihan akan pekerjaan baik dan pekerjaan buruk. Melakukan pekerjaan baik bagaikan menabur benih yang suatu saat menghasilkan buah. Sudah berapa lama kita beribadah dan digembalakan di gereja lokal/setempat? Ingat, iman kita ini keturunan iman juragan/majikan bukan iman kuli/pegawai. Iman kuli kerap kali bermalas-malasan bahkan tidur kalau tidak ada pekerjaan sementara iman majikan ditandai dengan kerajinan dan ketertiban dalam bekerja untuk menerima berkat luar biasa itulah hidup berkemenangan.

Apa rencana dan kehendak Allah bagi jemaat Efesus (juga kita)?

v Visi/tujuan Allah membangun jemaat Efesus (juga kita) ialah menjadi bait Allah kudus yang hidup di tengah-tengah orang Efesus (kafir) yang masih menyembah berhala.

v Misi Allah bagi jemaat Efesus (juga kita) ialah melalui bangunan Allah yang hidup, seluruh penduduk Efesus (kafir) diselamatkan melalui orang-orang percaya untuk dibina dan dididik menjadi bait Allah yang kudus pula. Dari bait Allah akan keluar pengajaran baik dan positif – bukan perkataan dengki yang menciderai orang – untuk didengar dan dilihat oleh penduduk Efesus (orang kafir). Jemaat Efesus (juga kita) bertugas menebarkan ‘aroma’ perbuatan baik yang dapat ‘dihirup’ oleh orang-orang yang belum/tidak mengenal Kristus bukan aroma kemenyan yang keluar dari kuil-kuil orang Efesus (kafir). Dengan demikian Nama Tuhan diper-muliakan dan kemurahan Tuhan turun atas jemaat-Nya.

Ilustrasi: dalam strategi perang, sebelum perang dimulai masing-masing negara memiliki spionase yang makan dana sangat besar untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan negara musuh. Di samping itu dia juga perlu mengukur seberapa kuat pertahanan perangnya sendiri dalam menghadapi serangan musuh.

Apa visi/tujuan Tuhan membangun jemaat Efesus (juga kita) menjadi bait Allah yang kudus?

  • Menyadarkan jemaat Efesus (juga kita) untuk tidak sombong/memegahkan diri dengan mengingat mereka (kita) dahulu orang yang jauh dari Allah dan beroleh kasih karunia menjadi dekat dengan Allah yang mahakudus (Ef. 2:11-13).

Bagaimana sikap dan sifat jemaat Efesus (kita) dahulu? Mencintai diri sendiri, menjadi hamba uang, suka membual dan menyombongkan diri, suka memfitnah, tidak hormat terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih dst. (2 Tim. 3:1-5). Sifat-sifat jelek ini dihapus dari kehidupan jemaat Efesus (juga kita) untuk menaati kehendak Allah yang hidup.

  • Melatih kepekaan hati jemaat Efesus (juga kita) bahwa mereka (juga kita) menjadi orang percaya semata-mata karena anugerah Allah di dalam Kristus. Kalau tidak peka, kita akan melakukan sesuatu menurut kehendak diri sendiri (bnd. Ibr. 12:14-17). Mana mungkin majikan disuruh menuruti kemauan anak buah; orang tua menuruti kemauan anak; dosen menuruti kemauan mahasiswa dst.? Kepekaan hati penting dimiliki supaya bangunan bait Allah benar-benar terwujudkan.
  • Allah ingin kita menjadi kesaksian hidup di mana pun kita berada untuk dapat membawa mereka yang jauh (belum mengenal Allah) menjadi dekat bahkan menjadi keluarga Allah untuk dimiliki-Nya (Ef. 2:19).
  • Darah Kristus merekatkan yang jauh menjadi dekat; dahulu seteru sekarang berdamai (Ef. 2:16). Bukankah kita dahulu berseteru dengan Allah tetapi sudah diperdamaikan oleh kematian Anak-Nya (Rm. 5:8-10)?

Aplikasi: jangan puas dengan keselamatan diri sendiri tetapi kita bertugas mem-perkenalkan Yesus dan kuasa salib-Nya agar banyak orang percaya kepada-Nya sebab mereka masih hidup sebagai seteru salib Kristus (Flp. 3:18)! Hendaknya kita hidup berdamai satu sama lain; jika masih mempunyai seteru, bersikaplah rendah hati dan mintalah ampun agar kita menjadi Bait Allah yang kudus. Jujur, sering hati kita terluka bukan karena ‘batu besar’ di depan kita tetapi karena tersandung ‘kerikil’ yang kita remehkan sehingga berkat Allah terhambat bahkan berhenti.

  • Kematian Yesus Kristus sebagai Manusia membatalkan tuntutan hukum Taurat (Ef. 2:15). Kemurahan Allah menuntun kita kepada pertobatan namun jika kita keras hati tidak mau bertobat, hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Sebaliknya, Ia memberi hidup kekal bagi mereka yang tekun berbuat baik (Rm. 2:1-10). Oleh sebab itu janganlah kita melupakan kebaikan-Nya (Mzm. 103:2).
  • Tuhan mau meletakkan dasar yang tangguh dari pengajaran para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Ef. 2:20). Bila kita mudah ter-singgung dan sakit hati, ditakutkan dasar bangunan kita bukan dari batu karang Kristus tetapi ‘batu manusia’.

Injil Matius 7:24-27 menuliskan dua macam dasar bangunan yaitu pasir dan batu. Dasar bangunan mana yang kita pilih untuk dapat bertahan menghadapi gun-cangan angin, hujan dan banjir? Waspada, jangankan guncangan kelimpahan berkat, tersinggung sedikit dengan teman sudah tidak ke gereja dan tidak melayani!

Bila kita dekat dengan Tuhan, kita tidak perlu khawatir akan masa depan kita. ‘Makanan’ Firman Tuhan yang kita konsumsi setiap hari memberikan kita energi untuk tetap kuat melakukan segala aktivitas. Darah-Nya mendamaikan kita dengan Allah dan kita suka hidup berdamai dengan sesama serta membawa mereka yang belum/tidak percaya kepada-Nya untuk diselamatkan di dalam Dia. Semua ini kita lakukan dengan rendah hati tanpa ada kesombongan sedikitpun. Karena dasar bangunannya tangguh, kita menjadi bait Allah kudus sehingga dari dalamnya keluar ‘aroma’ perbuatan baik yang dapat dinikmati oleh orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian, tidak lagi ada tembok pemisah, semua disatukan menjadi keluarga Allah untuk dimiliki oleh-Nya selamanya. Amin.