Shalom,
Bukanlah hal yang mengejutkan ketika pimpinan perusahaan tidak sedang berada di kantor karena urusan pekerjaan di luar, staff bawahannya berkeliaran dan bersenda gurau sambil makan snacks dll. karena tidak ada atasan yang mengawasi pekerjaan mereka. Demikian pula dengan (maha)siswa di kelas, suasana hiruk pikuk terasa hingga guru/dosennya datang masuk kelas. Ini membuktikan bahwa mereka bekerja atau belajar karena takut saat pimpinan ada. Namun Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita harusnya takut akan Tuhan bukan sekadar takut pada manusia.
Takut akan Tuhan tidaklah asing bagi kita karena banyak ayat menyatakannya dan sikap ketakutan kita kepada- Nya bukanlah ketakutan seperti menonton film horror atau phobia terhadap ketinggian (acrophobia), takut pada tempat yang sempit dan tertutup (claustropobia), takut masuk ke rumah hantu dll. Takut akan Tuhan juga bukan sekedar takut Ia marah kemudian dihukum oleh-Nya atau takut masuk neraka tetapi takut akan Tuhan lebih kepada pengertian segan, kagum, dan hormat kepada-Nya. Kita sadar akan kekudusan dan keadilan Tuhan dan ini membuat kita kagum serta hormat akan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar nan ajaib.
Pemazmur 111 mengemas rasa takut akan Tuhan dalam bentuk pujian memuliakan Dia yang ditulis dengan gaya bahasa akrostik – puisi yang kalimat-kalimatnya diawali dengan huruf-huruf Ibrani yang berurutan. Ini ditulis dengan tingkat kesulitan yang tinggi tetapi menghasilkan karya puisi yang indah.
Mazmur 111 termasuk mazmur “haleluya” yang berurutan yakni Mazmur 111 – 113 yang mana semuanya diawali dengan kata “Haleluya”. Kemungkinan penulisnya sama. Haleluya (bhs. Ibr: hallu Yah = praise the LORD = pujilah TUHAN/YHWH).
Apa karakteristik orang yang takut akan Tuhan?
- Memuji Tuhan (praise the Lord) dengan segenap hati dan dalam jemaah (ay. 1).
Memuji Tuhan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh bukan asal-asalan atau sekadar menyanyi karena musiknya enak, iramanya kita suka, lagunya favorit kita dan suasananya “mengangkat”. Pemazmur menekankan agar kita memuji Tuhan dengan kesadaran penuh supaya terhubung dengan-Nya secara pribadi.
Memang kita menyanyi dengan segenap hati (ay. 1a) sebagai ungkapan hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Namun memuji Tuhan tidak hanya dilakukan secara pribadi tetapi kita juga perlu memuji Dia di tengah jemaah – secara fisik benar-benar berada bersama dengan orang lain (ay. 1b). Dengan kata lain, kita memuji Tuhan bersama dengan jemaat lain di rumah Tuhan. Faktanya, seusai pandemi COVID, beberapa dari kita masih suka beribadah on line, live streaming. Tentu kalau kondisi tidak memungkinkan seperti lagi sakit atau berada di luar kota, ibadah on line sangat membantu kita untuk tetap ikut beribadah. Namun jika kita sehat dan dapat beribadah on site, marilah kita datang ke gereja untuk bersama jemaat lainnya memuji kebesaran Tuhan. Tahukah di dalam puji-pujian kita dapat saling menguatkan dan menjadi kesaksian karena kita memuji Tuhan oleh sebab perbuatan-perbuatan-Nya yang besar (ay. 2-4)?
Perbuatan-perbuatan ajaib apa yang Tuhan lakukan terhadap umat yang takut kepada-Nya?
-
- Memberikan rezeki (food = makanan) dalam perjalanan keluar dari Mesir sampai ke Tanah Kanaan (ay. 5). Bayangkan Tuhan memberi makan 2½ juta orang Israel selama 40 tahun di padang gurun yang gersang!
- Memberikan milik pusaka bangsa-bangsa (ay. 6-8).
Bayangkan sebuah negara yang sudah mapan, ditinggali puluhan atau ratusan tahun dan sudah lama dikuasai kemudian tiba-tiba diberikan kepada bangsa Israel! Kalau bukan Tuhan yang campur tangan, tidak mungkin terjadi pengalihan kepemilikan tanah.
-
- Memberikan kebebasan (redemption = penebusan) kepada umat-Nya (ay. 9).
Tuhan melakukan perbuatan ajaib dengan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir sebab mereka tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk melepaskan dirinya sendiri. Tuhan menurunkan 10 tulah kepada bangsa Mesir dan membelah laut untuk menyeberangkan bangsa Israel di tanah kering.
- Memiliki akal budi yang baik/a good understanding = pengertian yang baik (ay. 10).
Hanya orang yang takut akan Tuhan memiliki pengertian baik untuk dapat memahami perbuatan-perbuatan Tuhan yang ajaib sehingga dapat memuji Dia.
Bagaimana respons dari orang yang berhikmat dan takut akan Tuhan?
-
- Menyukai perbuatan-perbuatan Tuhan (ay. 2).
Sungguhkah kita menyukai semua perbuatan Tuhan? Ternyata kalau kita baca, perbuatan Tuhan dikemas dalam satu “paket”, yaitu: (Ul. 8:1-3,6).
-
-
- Merendahkan hati mereka,
- Membiarkan mereka lapar,
- Baru memberi mereka makan manna
-
Apakah Tuhan jahat mau mempermain-mainkan bangsa Israel saat itu? Mengapa dibiarkan lapar dahulu baru kemudian diberi makan? Apa tujuan Tuhan? Supaya mereka mengerti bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari segala yang diucapkan Tuhan (Ay. 3b).
Saat rendah hati dan lapar, seseorang dapat menghargai Firman Tuhan yang adalah sumber dari segala yang kita perlukan. Tahukah Tuhan memberi makan manna dengan berfirman (Kel. 16:4)? Jadi, kalau Tuhan mau melakukan sesuatu Ia pasti berfirman dan ini adalah sumber dari segala berkat. Dengan kata lain, tanpa Tuhan berfirman, tidak akan ada makanan.
Jika kita takut dan hormat akan Tuhan, kita akan menyukai semua perbuatan Allah, termasuk yang terasa kurang/tidak menyenangkan (harus rendah hati, diizinkan lapar) karena Allah bertujuan agar kita makin mengenal Dia yang menjamin hidup kita dengan Firman-Nya. Berbeda dengan bangsa Israel yang tidak takut akan Tuhan, mereka tidak menyukai perbuatan Allah sehingga bersungut-sungut walau sudah diberi makanan Manna dan dituruti keinginannya untuk makan daging. Mereka hanya menuntut makanan tetapi tidak menyukai Firman-Nya.
Introspeksi: pernahkah kita diizinkan Tuhan mengalami keadaan yang kurang nyaman – gaji dipotong, di PHK, tidak dibayar bahkan ditipu oleh customers, kesehatan memburuk dll.? Semua ini seizin Tuhan untuk menguji apakah kita tetap rendah hati dan senantiasa bersandar kepada-Nya. Ingat, Tuhan tidak akan menghancurkan kita dengan semua masalah yang dihadapi. Ia mau melihat apakah kita rendah hati, menyukai perbuatan-Nya dan takut akan Dia. Bila kita memahami bahwa hidup bersumber dari jaminan Firman Tuhan, kita akan menyukai semua perbuatan Tuhan apa pun permasalahan yang dihadapi. Setiap masalah diizinkan Tuhan terjadi untuk mengingatkan agar kita mendekat kepada Tuhan dan memerhatikan Firman-Nya. Jujur, bukankah setelah masalah selesai, kita lega lalu kendur berdoa, malas membaca Firman maupun beribadah? Jangan bertindak seperti bangsa Israel yang meragukan Tuhan kemudian memberontak kepada-Nya.
-
- Menyelidiki perbuatan-perbuatan Tuhan (ay 2).
Tuhan memberikan kota-kota besar yang tidak didirikan sendiri lengkap dengan perabotnya juga sumur-sumur dan kebun-kebun anggur serta zaitun kepada 2½ juta orang Israel (Ul. 6:10-11). Tuhan memberkati dan mempersiapkan semuanya sehingga bangsa Israel terima beres. Sungguh luar biasa berkat Tuhan yang tidak tanggung-tanggung tetapi berlimpah!
Namun setelah menerima berkat-Nya, kita harus menyelidiki peringatan Musa ini agar kita tidak melupakan Tuhan, tetap takut kepada-Nya, beribadah kepada-Nya dan tidak mengikuti allah lain sebab Ia adalah Allah yang cemburuan (Ul. 6:11-15). Jelas di sini Tuhan menuntut kesetiaan dari kita sebab kenyataannya pemenuhan kebutuhan jasmani yang berlimpah berpotensi menimbulkan ketidaksetiaan kepada Tuhan. Itu sebabnya Musa mengingatkan agar orang Israel (juga kita) tidak fokus kepada berkatnya tetapi tetap setia kepada Sang Pemberi Berkat. Bila semua kebutuhan terpenuhi dan berkat melimpah, dikhawatirkan kita akan merasa tidak lagi memerlukan Tuhan dan mulai memberhalakan diri kita sendiri.
Aplikasi: seberapa banyak berkat yang diterima, hendaknya kita memiliki hikmat untuk takut akan Tuhan, mengarahkan pandangan kita kepada Sang Pemberi Berkat, tetap setia kepada-Nya bukan memberhalakan berkat ataupun mempertuhankan diri sendiri oleh karena keberhasilan yang kita raih. Biarlah segala pikiran, pendapat, pandangan kita sebagus apa pun kita serahkan kepada Tuhan agar kehendak-Nya yang jadi. Tetaplah berhikmat dengan memosisikan Tuhan sebagai yang tertinggi dan berdaulat sepenuhnya atas hidup kita.
-
- Memperingati perbuatan-perbuatan-Nya (ay. 4).
Tuhan mengingatkan orang Israel bahwa mereka dahulunya adalah budak dan tinggal di negeri asing kemudian Tuhan membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Oleh sebab itu mereka diminta agar tidak sombong dan tidak membeda-bedakan orang asing tetapi mengasihi mereka (Ul. 10:12,15,19,22).
Bagaimana mengasihi orang-orang asing yang belum mengenal Tuhan? Menyunat hati agar tidak tegar tengkuk (Ul. 10:16). Setelah ditebus dan diselamatkan oleh Tuhan, kita wajib menjadikannya sebuah peringatan bahwa kita harus menyunat hati serta mengasihi jiwa-jiwa yang belum diselamatkan.
Apa itu sunat hati? Penanggalan akan tubuh yang berdosa (Kol. 2:11). Kita yang takut akan TUHAN wajib menanggalkan segala tabiat daging dan kebiasan hidup berbuat dosa, misal: tidak lagi suka berperasangka buruk, tidak lagi iri hati, tidak suka menggosip, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan dst. Selain itu kita juga harus mengasihi jiwa-jiwa yang belum/tidak mengenal Kristus secara pribadi. Kita mengasihi mereka dengan memerhatikan kebutuhan jasmani mereka juga menjadi teladan dan kesaksian hidup dalam sikap, perkataan, dan tindakan kita. Kita bersaksi bagaimana Kristus sudah membebaskan kita dari ikatan dosa dan berkarya mengubahkan hidup kita.
Kita harus takut akan Tuhan dengan memuji Dia segenap hati, memiliki pengertian baik untuk dapat memahami perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib. Dengan demikian kita akan menyukai perbuatan Tuhan apa pun bentuknya, menyelidiki perbuatan-perbuatan-Nya agar kita tidak menyalahgunakan berkat dari-Nya yang berpotensi menimbulkan ketidaksetiaan serta memperingati perbuatan Tuhan yang telah menyelamatkan kita dengan meninggalkan tabiat daging dan mengasihi jiwa-jiwa yang belum diselamatkan. Amin.