Shalom,
Kemenangan seperti apa yang kita rindukan? Beranikah kita mengikut Yesus walau sendirian dan tidak akan mundur apa pun yang terjadi karena kita yakin di dalam Yesus kita berkemenangan? Kemenangan di sini bukanlah sekadar percaya kepada Tuhan kemudian kita berhasil di dalam segala hal – di pekerjaan, keuangan, kedudukan, kesehatan dll. seperti digembar-gemborkan oleh Injil kemakmuran. Kita mengikut Tuhan bukan hanya menerima berkat dari-Nya tetapi juga belajar berkurban sebagai ucapan syukur kita kepada-Nya.
Mazmur 110 termasuk mazmur Mesianik yang menubuatkan tentang kedatangan Mesias. Kemenangan ini didasarkan pada karya keselamatan Allah yang digenapi oleh Mesias, Yesus Kristus, yang kita yakini sebagai Raja segala raja, Tuan di atas segala tuan (Why. 17:14; 19:16) dan Imam Besar menurut peraturan Melkisedek (Ibr. 6:20).
Berdasarkan Firman Tuhan (oracle), Mazmur 110 terbagi menjadi dua, yakni:
· Tentang Mesias – Raja yang berkemenangan (ay. 1-3)
· Tentang Imam Besar menurut peraturan Melkisedek (ay. 4-7)
Di Mazmur 110 ini Daud menuliskan (ay. 1) Firman Tuhan yang berbicara langsung kepada “tuanku” (adony) seperti dikutip kembali di Matius 22:41-46 tentang “hubungan Yesus dan Daud”. Saat itu Yesus bertanya kepada orang-orang Farisi, "Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Kata mereka kepada-Nya: "Anak Daud." Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?"
Pernyataan Yesus cukup membingungkan – bagaimana mungkin Daud menyebut Dia Tuannya dan pada saat yang sama Dia anaknya pula. Dengan kata lain Mesias (disebut Tuan) adalah anak/keturunan Daud yang lahir dari silsilah Daud.
Ternyata Mesias memiliki dua kodrat/sifat yakni Ia benar-benar manusia dan pada saat yang sama Ia adalah Allah dalam keilahian-Nya. Inilah kekuatan dan kemenangan yang kita miliki di dalam Yesus Kristus karena Yesus adalah Mesias – pribadi Allah sendiri yakni Sang Firman yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah (Yoh. 1:1) sekaligus Manusia (tanpa dosa) yang dapat menderita seperti dialami oleh kita.
Mazmur 110 berbicara mengenai kemenangan yang dikerjakan oleh Mesias membuat kita berpengharapan akan kemenangan menghadapi banyaknya pergumulan, tantangan dan persoalan nikah, rumah tangga, ekonomi, pekerjaan dll. seperti Tuhan menjanjikan tujuh jemaat dalam pergumulannya untuk berkemenangan asal mereka bersedia mendengarkan suara Roh (Why. 2 – 3).
Bagaimana umat Tuhan merespons suara Roh agar berkemenangan?
- Berada di pihak Tuhan (ay. 1).
Bila gereja/umat Tuhan berada di sisi/pihak Tuhan, kita menjadi umat pemenang. Sebaliknya, di luar Tuhan, kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Introspeksi: sudahkah kita berada di pihak Tuhan dan menghargai kasih Allah Bapa? Faktanya, kita sering tidak berada di pihak-Nya bahkan menjadi musuh Tuhan di dalam pikiran, perbuatan serta sikap kita.
Terbukti kemenangan ini digenapi di dalam Yesus Kristus, Sang Firman, tertulis di Roma 8:37-39, “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin bahwa baik maut maupun hidup, baik malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang maupun yang akan datang atau kuasa-kuasa, baik yang di atas maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Penderitaan dan kesusahan seberat apa pun tidak dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan bila kita tetap di pihak-Nya (ay. 31-34). Kalau Allah sendiri tidak menyayangkan Anak-Nya yang tunggal untuk diserahkan bagi kita, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita yang bersama dengan-Nya? Bahkan Kristus Yesus yang telah mati bangkit dan duduk di sebelah kanan Allah menjadi Pembela bagi kita (ay. 34). Oleh sebab itu jangan pernah undur mengiring Tuhan apa pun kondisi yang kita hadapi.
- Tunduk pada otoritas Kristus (ay. 2).
Gereja yang berkemenangan adalah jemaat yang tunduk kepada Kristus dan menaati amanat-Nya.
Kita tahu segala kuasa baik yang ada di langit, di bumi, di bawah bumi berada di tangan Yesus, Sang Mesias (Mat. 28:18). Ia Raja di atas segala raja yang berkuasa atas semua. Oleh sebab itu hendaknya kita belajar tunduk dan taat kepada-Nya termasuk melaksanakan amanat-Nya. Ia menyatakan kuasa-Nya kepada kita bukan supaya kita hebat tetapi agar kita mampu melaksanakan amanat yang ditugaskan oleh-Nya.
Apa amanat Tuhan yang wajib dilaksanakan agar kita berkemenangan? Pergi menjadikan semua bangsa murid- Nya dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (ay. 19). Dan Ia menyertai kita dalam mengemban misi agung ini (ay. 20). Jelas sekarang, tugas pemberitaan Injil bukanlah pilihan opsional yang dapat diabaikan tetapi gereja berkewajiban melakukannya untuk mengalami penyertaan Tuhan dan kemenangan dari-Nya. Waspada, gereja yang tidak peduli dan tidak memiliki hati untuk penjangkauan jiwa- jiwa yang terhilang tidak akan berada di dalam kemenangan. Penelitian menunjukkan ketika gereja bertumbuh besar lalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan internal lama kelamaan akan mengalami kemerosotan dan kemunduran.
- Hidup di dalam pengudusan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (ay. 3).
Umat yang bertekun di dalam pengudusan/penyucian tidak akan merasa dipaksa Tuhan atau terbeban untuk mengerjakan pelayanan tetapi dia akan menghargai setiap waktu dan kesempatan untuk melayani-Nya sebagai ucapan syukur dan kasihnya kepada Tuhan. Hanya orang yang hidup dalam pengudusan dapat mengatakan, “Ini aku, utuslah aku.“
Apa kata Timotius berkaitan dengan kekudusan hidup? "Jika seseorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia. Ia dikuduskan, berguna bagi Tuhannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang baik.” (PB2; 2 Tim. 2:21)
Pertanyaan: ketika merasa berat bahkan menolak untuk terlibat dalam pelayanan, sudahkah kita hidup di dalam kekudusan? Sesungguhnya gereja Tuhan yang tidak lagi bersemangat melayani Tuhan disebabkan karena dia sudah kehilangan api penyucian di dalam hidupnya. Jika kita tetap bertekun di dalam kesucian, akan selalu ada api dari mazbah kurban (kasih) Tuhan yang terus menyala membakar semangat kita untuk melayani Dia. Dikhawatirkan jika gereja tidak terus bertekun di dalam penyucian maka datanglah hajaran Tuhan (Ibr. 12:10) agar gereja kembali berada di dalam rencana-Nya dan masuk dalam pelayanan yang Tuhan inginkan. Jadi, kalau kita mengalami suatu hajaran dari Tuhan kita patut bersyukur sudah diperingatkan agar kita kembali terlibat dalam pelayanan imamat yang kudus. Ini tanda kasih Tuhan. Kita dapat saja melayani tanpa pengudusan tetapi semua yang kita kerjakan tidak akan diperkenan Allah sebab Allah yang kita layani adalah Allah yang kudus (Ibr. 12:14). Untuk apa kita berjerih lelah menghabiskan tenaga, pikiran, waktu, uang dll. kalau pada akhirnya Yesus mengatakan, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat. 7:23)
Perhatikan, kita (yang tidak layak) diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya sebab disucikan oleh Roh Kudus (Rm. 15:16). Yesus sudah menyelesaikan masalah hidup kita yang najis dan kotor di kayu salib berlanjut kita harus taat disucikan oleh Roh Kudus. Kita tidak mungkin hidup dalam kekudusan tanpa adanya roh ketaatan. Jelas kekudusan kita bukan karena bibit (garis keturunan) – bebet (status sosial ekonomi) – bobot (kepribadian dan pendidikan) kita yang baik tetapi semata-mata karena anugerah Tuhan yang dikerjakan oleh Roh Kudus menjadi gereja mempelai Kristus yang kudus.
Kembali membahas tentang“Duduklah di sebelah kanan-Ku sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." (ay. 1) Apakah kemenangan yang diperoleh Kristus dicapai begitu mudah? Sama sekali tidak, Ia harus melewati pergumulan penuh air mata bahkan cucuran darah dan mati terhina di kayu salib Golgota. Ia benar- benar mengosongkan diri dan merendahkan diri taat sampai mati (Flp. 2:6-8) demi tugas penyelamatan manusia berdosa.
Jelas kemenangan yang diraih-Nya bukanlah kemenangan biasa-biasa saja. Itu sebabnya Allah sangat meninggikan-Nya setelah Ia bangkit dan menang atas maut. Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa seusai menyelesaikan tugas penyucian atas dosa manusia (Flp. 2:9-11). Memang kita mendapatkan keselamatan secara gratis oleh sebab kasih karunia-Nya tetapi pemberian itu diberikan melalui pembayaran nyawa-Nya yang sangat mahal.
Aplikasi: untuk beroleh prestasi tidaklah mudah meraihnya, diperlukan proses lama dan panjang; demikian pula untuk mencapai kemenangan kita harus mengikut jejak Tuhan itulah jejak ketaatan dan kerendahan hati hingga klimaksnya kita dijadikan mempelai perempuan-Nya.
Kita menjadi umat berkemenangan apabila kita menghargai kasih-Nya dan tunduk pada otoritas-Nya serta terlibat dalam karya proyek-Nya yang besar yakni memberitakan Injil menjadikan semua bangsa murid-Nya dengan bertekun dalam pengudusan. Betapapun beratnya beban persoalan kita, ketahuilah Tuhan kita adalah Raja segala raja dan kuasa ada pada-Nya; Ia sanggup menolong kita. Kita meninggikan kurban-Nya yang sudah merebut kita dari kuasa maut dan datang pada takhta kasih-Nya dengan kerendahan hati karena Ia juga Imam Besar yang dapat merasakan kelemahan kita hanya Ia tidak berdosa (Ibr. 4:15-16). Dengan demikian kita akan berkemenangan oleh sebab penyertaan dan kekuatan dari-Nya. Amin.