• JADILAH UMAT YANG BERKEMENANGAN (JOHOR)
  • Mazmur 110
  • Lemah Putro
  • 2024-09-29
  • Pdm. Jannen R. Pangaribuan
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/ibadah-umum/1649-jadilah-umat-yang-berkemenangan-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Ketika melhat anaknya ikut perlombaan atau kompetisi, orang tua pasti mengharapkan anaknya menang. Demikian pula dengan si anak yang sedang bernyanyi, matanya melirik kanan-kiri mencari orang tuanya dan ketika bertatap mata dengan mama-papanya, dia pasti senang sekali. Apalagi ketika diumumkan sebagai pemenang, baik anak maupun orang tua tentu bersukacita. Kemenangan dalam bentuk apa pun pasti mendatangkan sukacita dalam hidup.

Sesuai dengan tema Firman Tuhan hari ini “Jadilah Umat Yang Berkemenangan”, berkat apa yang kita terima melalui Mazmur 110? Dan kemenangan apa yang Tuhan sediakan bagi kita?

Mazmur 110 merupakan mazmur mesianik yang ditulis oleh Daud (ay.1) dalam mempersiapkan satu Pribadi itulah Mesias. Buktinya Daud mengatakan “tuanku” yang merujuk pada Mesias yang dinantikan itulah Yesus sebab dilanjutkan dengan “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek." (ay. 4).

Dalam kerajaan Israel, seorang raja tidak dapat merangkap menjadi imam juga harus dari keturunan Lewi khususnya dari Harun. Apa yang terjadi jika seorang raja melakukan pekerjaan imam? Seperti Saul saat terkepung oleh bangsa Filistin dan menunggu Samuel belum datang, Saul dalam keadaan terjepit melakukan persembahan kurban sendiri berakibat dia kehilangan takhta kerajaan.

"Duduklah di sebelah kanan-Ku sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" menunjukkan posisi raja sekaligus posisi imam menurut Melkisedek yang disandang oleh satu pribadi dalam pribadi Mesias.

“di sebelah kanan TUHAN/YHWH berbicara tentang posisi terhormat berkaitan dengan kekuasaan dan otoritas di dalamnya. Tidak ada posisi yang lebih tinggi dari posisi Mesias karena Mesias adalah Allah sendiri.

“Engkau adalah imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek" jelas bukan merujuk pada Daud dan keturunannya tetapi Mesias yaitu Yesus Kristus sendiri.

Bagaimana kita dapat menjadi umat yang berkemenangan?

  • Percaya Yesus Kristus adalah Raja (ay. 1-3).

Sang Mesias, Yesus Kristus, adalah Raja segala raja yang berkuasa penuh dan menang atas segala sesuatu. “Duduklah di sebelah kanan-Ku,” berbicara tentang posisi terhormat, tentang kuasa dan otoritas besar seperti dilihat oleh Stefanus saat ajal menjemput dia melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah (Kis. 7:54-56).

“sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Musuh berada di tumpuan kaki menunjukkan dia kalah telak dan posisinya tidak berkutik. Orang-orang yang menjadi kepala di negeri yang luas pada hari murka Tuhan akan diremukkan, dihancurkan, dihukum dan mayat-mayat mereka bergelimpangan (ay. 5-6). Yesus Kristus, Sang Mesias, dalam posisi sebagai Raja mengalami kemenangan mutlak yang mana musuh- musuhnya dihancurkan dan diremukkan. Tidak ada satupun musuh dapat bertahan di hadapan Tuhan dan musuh terakhir yang dikalahkan ialah maut oleh sebab kebangkitan-Nya.

“Dari sungai di tepi jalan ia minum oleh sebab itu ia mengangkat kepala” (ay. 7) menggambarkan kemenangan atas peperangan. Di era Perjanjian Lama, setelah mengalahkan musuh, raja dan pasukannya pulang beriringan dan ketika haus mereka mampir ke tepi sungai untuk minum, raja akan mengangkat kepalanya untuk menunjukkan mereka benar-benar menang. Jelas, Yesus adalah Raja yang menang.

Apa yang dilakukan oleh Yesus, Raja yang menang? Dia adalah Allah tetapi tidak mempertahankan status-Nya namun datang mengambil rupa manusia dan turun sampai bagian paling bawah mati untuk bangkit mengalahkan kuasa maut sehingga Ia ditinggikan melebihi langit dan bumi dan semua bertekuk lutut di bawah kaki-Nya (Flp. 2:5-11).

Namun orang Yahudi mempunyai pemikiran berbeda tentang Mesias. Mereka berpikir Mesias yang akan datang adalah sosok luar biasa dan berkuasa membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Nyatanya, Yesus malah datang dalam kerendahan hati sebagai Hamba dan menuntaskan pembebasan dosa dengan kematian-Nya. Ia membebaskan bukan hanya fisik tetapi juga kegelapan dosa yang membelenggu.

Saat di pengadilan, imam besar bertanya kepada Yesus apakah Ia Mesias, Yesus menjawab, “Akulah Dia dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan- awan di langit." (Mrk. 14:60-64)

Yesus tidak merespons tuduhan-tuduhan palsu yang ditujukan pada-Nya tetapi menjawab ketika menyangkut esensi keberadaan-Nya. Apa yang terjadi kemudian? Ia malah mati disalib. Heran, kemenangan justru terjadi ketika Yesus Kristus, Sang Mesias, disalibkan sebagai penggenapan nubuat permusuhan antara keturunan perempuan dan keturunan ular (Kej. 3:15) – peperangan antara terang dan gelap, antara baik dan jahat. Di dalam salib ada kemenangan yang dicurahkan kepada orang yang percaya kepada-Nya.

Kuasa apa yang ada di dalam salib? (Yoh. 19:30) Perkataan terakhir sebelum Yesus menyerahkan nyawa-Nya ialah “Sudah selesai (bhs. Yun: tetelestai).” Ilustrasi: di zaman dulu ketika seseorang berutang, dia diberi sertifikat; kalau sertifikat itu dicap dengan tetelestai berarti utangnya sudah lunas. Yesus telah menyelesaikan penebusan atas manusia berdosa dengan kematian-Nya disalib.

Aplikasi: Tuhan telah menyelesaikan masalah kita yang paling berat sekalipun itulah kelepasan dari dosa yang mematikan. Kita juga berkemenangan menghadapi musuh kemalasan fisik maupun rohani, kebencian, pornografi, ketidakpercayaan dst.

  • Percaya Yesus Kristus adalah Imam Besar yang berbelas kasihan (ay. 4).

Imam menurut Perjanjian Lama dipilih dari keturunan Lewi khususnya keturunan Harun dan jabatannya tidak kekal dibatasi oleh kematian. Imam besar Harun masuk setahun sekali ke Tempat Mahakudus membawa persembahan darah kurban binatang untuk dirinya dan dosa umatnya (Ibr. 9:7) tetapi Yesus, Imam Besar menurut Melkisedek mempersembahkan tubuh-Nya sekali untuk selamanya. Alhasil, kita ada keberanian masuk ke Tempat Mahakudus (Ibr. 10:19-21) karena tabir terbelah dari atas sampai ke bawah saat Ia putus nyawa (Mat. 27:51). Imam Besar Yesus sudah membuka pintu sehingga orang yang percaya kepada-Nya dapat kembali kepada Allah. Terbukti Yesus menjadi Perantara yang mati untuk membawa kita kembali kepada Allah (1 Ptr. 3:18).

Betapa sukacitanya kita yang dahulu terhilang bagaikan domba tersesat oleh sebab dosa terpisah dari Allah tetapi oleh kematian Kristus, Ia memegang tangan kita dan menuntun kembali kepada Allah Bapa.

Apa tindakan kita merespons jalan yang sudah dibuka oleh (darah) Yesus? Kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Kita teguh berpegang pada pengharapan sebab Ia yang menjanjikannya setia. Kita saling memerhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Kita tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita seperti dibiasakan oleh beberapa orang. Kita saling menasihati dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat (Ibr. 10:22-25).

Introspeksi: maukah kita memanfaatkan kesempatan untuk datang kepada Tuhan sebab pintu/jalannya sudah dan masih terbuka? Atau kita kalah menghadapi godaan untuk tidak beribadah dan melayani Tuhan dengan mengemukakan beribu alasan?

Allah Bapa pasti rindu melihat kita, umat-Nya, berkemenangan. Untuk itu Yesus sebagai Raja telah mengalahkan maut dan menyelesaikan semua masalah dosa. Ia juga Imam Besar yang sudah membukakan jalan sehingga ada akses untuk kembali kepada Bapa. Dengan demikian kita menjadi umat yang berkemenangan sebab Tuhan Yesus, Sang Mesias, adalah Raja sekaligus Imam Besar yang berbelas kasihan. Amin.

  • Video Youtube Ibadah: