Shalom,
Biarlah hati kita tetap membara dan mengaminkan setiap ayat dalam Alkitab saat membaca maupun mendengarkannya sebab Firman Allah menyegarkan dan menjernihkan mata rohani kita. Harus diakui setiap orang tidak sama dalam merespons Firman yang diterima – ada yang tersentuh namun ada pula yang cuek dan segera melupakannya.
Bagaimana pemazmur (juga kita) merespons Sang Firman itulah Tuhan?
- “Ya Allah pujianku, janganlah berdiam diri!” (ay. 1)
Pemazmur memohon Allah yang dipuji tidak tinggal diam seperti patung yang mempunyai mulut tetapi tidak dapat bicara, mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat karena ini sama dengan berhala. Namun Daud mengenal siapa Allah yang dipujinya sebab bagaimana mungkin seseorang dapat mengaku Yesus adalah Tuhan kalau bukan karena Roh Kudus yang mendorong untuk mengakuinya (1 Kor. 12:3)?
Hendaknya kita memiliki kerinduan yang sama yakni “memuji Allah” walau Alkitabnya beda bahasa sebab sekarang banyak orang mengejar pujian karena kehebatan, kepandaian, kekayaannya dll. bahkan pendeta pun dipuji selangit namun Rasul Paulus mengaku dirinya hanyalah pelayan Tuhan dan levelnya sama seperti Apolos (1 Kor. 3:5).
Mengapa Daud memohon agar Allah tidak berdiam diri? Sebab mulut orang fasik dan mulut penipu berbicara terhadapnya dengan lidah dusta (ay. 2).
Kita berada di posisi mana? Apakah suka bicara dusta yang menuju pada kebinasaan atau berbicara kebenaran yang menuju keselamatan? Biarlah Firman Tuhan “membuka mulut” menyatakan siapa Allah yang kita sembah dan ikuti di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus.
Introspeksi: apakah kita hanya menikmati orang lain memuji Tuhan sementara mulut kita diam saja?
Daud yang pintar main kecapi suka memuji Tuhan dan menulis banyak mazmur antara lain Mazmur 23. Dia meluapkan rasa ketakutan dalam tulisannya menghadapi mulut bibir pendusta dan penipu. Dia tidak mau ikut- ikutan berdusta karena tahu apa akibatnya dari berdusta.
Yesus pernah mengatakan kepada orang Israel, keturunan Abraham, bahwa Iblislah bapa mereka karena mereka melakukan keinginan-keinginan bapa mereka (Yoh. 8:44). Berbeda dengan Daud yang menegaskan dia hendak bersyukur sangat kepada Tuhan dengan mulutnya.
Daud terang-terangan menghadapi orang-orang yang menyatakan sesuatu tampaknya benar tetapi sesungguhnya bohong. Siapa nabi palsu dan guru palsu yang membawa Alkitab sama tetapi salah menguraikannya? Kita mesti hati-hati mendengarkan khotbah di You Tube yang menyampaikan Firman tampak Alkitabiah tetapi diuraikan menurut selera pembicaranya. Itu sebabnya Yesus sering menyitir ayat-ayat di Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Alkitab/Firman Allah itu tetap sama (yang awal dan yang akhir) serta ineransi/tanpa salah bukan sekadar filosofi dari budaya dan negara tertentu.
Kata-kata apa yang keluar dari orang fasik dan penipu? Kata-kata penuh kebencian dan menyerang tanpa alasan (ay. 3). Ingat, Yesus mengingatkan para murid-Nya bahwa dunia membenci mereka (juga kita) tanpa alasan sebab mereka (juga kita) bukan dari dunia ini dan dunia sudah membenci Yesus terlebih dahulu tanpa alasan (Yoh. 15:19, 25). Waktu itu Yudas Iskariot (dari awal tidak percaya kepada Yesus) sudah tidak bersekutu lagi dengan mereka karena Yudas sudah kerasukan Iblis setelah menerima roti (Yoh. 13:26-27).
Bagaimana sikap Daud menghadapi orang fasik dan penipu? Dia tidak membalas melainkan mendoakan mereka (ay. 4).
Apa reaksi kita ketika kita disalahkan dan difitnah tanpa sebab? Jangan membalas apalagi sampai dibawa ke ranah hukum tetapi doakan mereka sebab doa kemenyan berbau harum yang naik ke hadirat Allah menyenangkan hati-Nya. Yesus memberikan teladan sempurna dan membiarkan diri dipersalahkan meskipun Ia tidak salah. Mau mengasihi Yesus? Cintai salib-Nya bukan hanya menyanyi memuji Dia.
Daud tidak hanya dibenci dan diserang tanpa alasan tetapi juga dituduh salah dengan pendakwa yang berdiri di sebelah kanan di pengadilan (ay. 5-6). Ironis, Daud seorang raja tetapi tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan menghadapi fitnahan dan tuduhan yang ditujukan kepadanya. Bahkan dia dinyatakan bersalah, dikutuk umurnya tidak panjang, jabatannya diambil, anak-anaknya menjadi yatim dan mengembara menjadi pengemis, istrinya menjadi janda, hartanya dijarah dst (ay. 7-15). Daud tidak mau gegabah menghadapi masalah ini. Apa yang dilakukannya? Dia berseru kepada Tuhan agar Ia tidak berdiam diri terhadap mereka yang tidak menunjukkan kasih, mencintai kutuk dan tidak suka berkat (ay. 16-17).
Bukankah Yesus sendiri yang didapati tidak ada kesalahan ketika diadili tetap dijatuhi hukuman mati? Mana yang kita pilih? Yesus yang memberikan berkat atau Yesus yang mati oleh karena dosa kita?
Apa yang terjadi dengan musuh-musuh Daud? Kutuk kembali kepada mereka dan berkat menjauh darinya (ay. 17-18). Kita melihat perbedaan orang di dalam Tuhan dan orang di luar Tuhan. Orang di dalam Tuhan yang menghadapi masalah berat sekalipun mengembalikannya kepada Tuhan karena dia tahu Tuhan membelanya. Tuhan tidak berdiam diri tetapi Roh Kudus menolongnya untuk masuk ke dalam kebenaran Firman yang memerdekakan.
Aplikasi: kita tidak perlu takut omongan orang yang menjelek-jelekkan kita, serahkan kepada Tuhan yang membela kita.
- “ya Allah, Tuhanku, bertindaklah kepadaku...” (ay. 21)
Daud merasakan adanya ikatan dengan Allah sehingga dia tidak hanya memuji Tuhan tetapi juga memohon agar Ia bertindak melepaskan dia oleh sebab kasih setia-Nya.
Kali ini bagaimana sikap Daud di hadapan Tuhan? Dunia boleh menyerang dan menyalahkan Daud tetapi kalau Tuhan menyatakan dia benar, urusan akan beres.
Daud mengeluh kepada Tuhan betapa hatinya sangat terluka dan keadaannya mengerikan hingga menjadi cela dan mereka menggelengkan kepala ketika melihatnya (ay. ke 22-25). Yesus juga mengalami hal sama ketika disalib, orang-orang yang lewat menghujat Dia dan menggelengkan kepalanya (Mat. 27:39).
Aplikasi: masing-masing dari kita menghadapi masalah sendiri dari yang ringan sampai yang berat, kita tidak perlu berbicara banyak tetapi serahkan kepada Tuhan yang akan menyelesaikannya bagi kita.
- “ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu” (ay. 26)
“Selamatkanlah aku” berarti Daud berada di ambang bahaya kecelakaan. Daud tidak dalam kondisi baik-baik sebab dia terus menerus memohon pertolongan Tuhan untuk berbicara, bertindak bahkan menyelamatkannya.
Daud begitu yakin dan percaya bahwa tangan Tuhan mampu menyelamatkannya sehingga musuh mendapat malu sementara dia bersukacita (ay. 27-29).
Di atas salib, Yesus dihujat dan orang-orang menggelengkan kepala melihat-Nya tetapi waktu Ia putus nyawa kepala pasukan Romawi mengaku bahwa Ia sungguh Anak Allah (Mat. 27:54).
Aplikasi: hendaknya kita dengan yakin menyuarakan Yesus adalah satu-satunya yang berkuasa menyelamatkan kita dimulai dari penderitaan-Nya disalib menghasilkan kebangkitan, kemenangan dan kelepasan kita dari belenggu dosa yang membawa maut.
- Daud mengakhiri tulisannya dengan mengatakan, “Aku hendak bersyukur sangat kepada TUHAN dengan mulutku dan aku hendak memuji-muji Dia di tengah-tengah orang banyak. Sebab Ia berdiri di sebelah kanan orang miskin untuk menyelamatkannya dari orang-orang yang menghukumnya.” (ay. 30-31)
Marilah kita memuji memuliakan Tuhan dan yakinlah bahwa Ia adalah Pembela orang benar. Oleh sebab itu kita tidak perlu berlaku kasar dan balas dendam terhadap orang-orang yang membenci, menipu, memfitnah tanpa alasan jelas tetapi serahkan semua masalah kepada Tuhan yang tidak tinggal diam tetapi bertindak dan menyelamatkan kita. Amin.