Shalom,
Hari ini kita masuk pembahasan Mazmur 108 dengan tema “Aku Mau Bermazmur Bagi-Mu”. Perlu diketahui Mazmur 108 ini merupakan gabungan, ringkasan dan kesimpulan dari dua Mazmur sebelumnya yakni: Mazmur 108:2-6 mengulangi Mazmur 57:8-12 yang mengisahkan peristiwa pelarian Daud dari kejaran mertuanya, Raja Saul (1 Sam. 22 – 24). Sedangkan Mazmur 108:7-14 mengulangi Mazmur 60:7-14 yang menceritakan Daud bersama orang Israel di masa awal pemerintahannya menjadi raja berperang dengan orang Moab, orang Aram, orang Mesopotamia, orang Zoba untuk meneguhkan kerajaannya. Di Mazmur ini diceritakan bagaimana Yoab memukul kalah 12.000 orang Edom di lembah Asin. Pengulangan dua kisah berbeda di Mazmur 108 bertujuan menceritakan kembali pertolongan dan keselamatan dari Tuhan yang dialami Daud secara ajaib. Pengulangan yang ditulis kembali bukan untuk memenuhi Alkitab agar jilid dan halamannya lebih banyak tetapi untuk mengingatkan kembali akan kasih setia Tuhan dan pertolongan-Nya sebab pada dasarnya manusia itu pelupa.
Apa yang harus kita ingat kembali akan pertolongan Tuhan melalui Mazmur 108?
- Berdoa dan bermazmur sebagai tindakan pertahanan yang terbaik.
Ternyata seruan Daud ketika lari ke dalam gua dari kejaran Saul , “Hatiku siap, ya Allah, aku mau menyanyi, aku mau bermazmur...” (ay. 2) didahului dengan prolog, “Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung;..kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku. Kiranya Ia mengirim utusan dari sorga dan menyelamatkan aku...” (Mzm. 57:2-3)
Saat itu Daud dalam kondisi tertekan, ketakutan dan terdesak di tempat persembunyian menghadapi Raja Saul yang mempunyai jabatan, kekuasaan, kekuatan dan pengaruh kuat tetapi memiliki sifat iri hati dan takut tersaingi. Daud dilema dan serba salah, mau dilawan ada konsekuensinya, tidak dilawan dia makan hati dan nyawanya terancam.
Apa yang kemudian dilakukan oleh Daud? Dia menghindari permusuhan dan lebih banyak meluangkan waktu untuk berdoa serta bermazmur. Terdengar aneh dan tampak seperti tindakan konyol tetapi kenyataannya kisah Daud yang ditulis ribuan tahun menjadi kesaksian dan berkat bagi banyak bangsa termasuk kita yang membacanya saat ini.
Terbukti bermazmur ada kuasa di dalamnya. Daud berseru kepada Allah yang mahatinggi dan yakin Ia menyelesaikan masalah baginya dengan mengirim utusan dari Surga untuk menyelamatkannya. Ketika bermazmur dan berdoa, Daud sedang melepaskan haknya untuk dibela oleh Tuhan. Daud menyerahkan hidupnya yang tertindas kepada Allah dan ketika Allah bertindak, Ia akan menuntaskan segala persoalan. Daud dalam kondisi tertekan dan sewaktu-waktu nyawanya terancam mati oleh musuh yang ganas bagaikan singa yang siap menerkam dengan gigi laksana tombak dan panah (Mzm. 57:5). Ilustrasi: ketika kita sedang bermasalah dengan seseorang kemudian menyerahkan dan memercayakan persoalan ini kepada pengacara yang hebat maka pengacara tersebut akan berjuang keras mengurus perkara kita dan hakim yang akan memutuskan di pengadilan. Begitu pula dengan kita saat menghadapi penderitaan dan tekanan berat lalu melepaskan hak kita kepada Allah maka Ia akan berperang bagi kita.
Mengapa Daud tidak menyerang balik Saul untuk balas dendam? Ada risiko tinggi sebab dia menyelesaikan masalah dengan membuat masalah baru. Mengapa demikian? Dengan membunuh Saul, anak-anak Saul tidak akan terima lalu membalas membunuh Daud. Jika Daud mati, anak cucu Daud akan dendam dan membalas maka akan terjadi dendam turun temurun dan saling bunuh membunuh. Daud mengetahui Siapa yang mampu menyelesaikan masalah. Dia bermazmur dan berdoa serta menyerahkan seluruh hidup dan haknya kepada Tuhan untuk dibela. Dengan demikian Daud mengambil tindakan menyelesaikan masalah tanpa masalah. Alhasil, dia melihat betapa ajaibnya Tuhan membelanya. Contoh: saat Daud dalam persembunyian di kubu-kubu gunung terkepung dan hampir tertangkap oleh Saul bersama orang-orang pilihannya tiba-tiba Saul dilapori kalau tentara Filistin menyerang sehingga Saul menghentikan pengejarannya terhadap Daud untuk pergi menghadapi orang Filistin. Bukankah ini cara Tuhan menyelesaikan masalah Daud dengan cara yang luar biasa? Tempat itu kemudian disebut Gunung batu keluputan (1 Sam. 23:28).
Aplikasi: ketika kita diperhadapkan pada persoalan yang sangat memojokkan dan seizin Tuhan kita terdesak tidak tahu lagi harus berbuat apa, berdoa dan bermazmurlah bagi-Nya maka kuasa dari Surga bergerak menolong kita tepat pada waktu-Nya. Ingat, ketika kita menyandarkan seluruh pengharapan kita dan menyerahkan/melepaskan hak kita untuk dibela oleh Tuhan maka Ia mendengar dan kuasa dari Surga bertindak. Tuhan adalah gunung batu keluputan.
Kesaksian: ada seorang anak muda desa kuliah di Surabaya dan tergembala di gereja ini. Selepas kuliah dia pindah kerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain sampai akhirnya menemukan perusahaan yang menempatkannya sebagai asisten manager. Anak muda ini lugu, polos dan kurang pengalaman tetapi harus membawahi para supervisor yang sudah belasan tahun bekerja di perusahaan itu belum lagi ada kepala bagian, staff dan pekerja-pekerja senior yang sudah banyak pengalaman. Anak muda ini menghadapi banyak persoalan oleh sebab banyak senior merasa iri hati dan tersaingi oleh kehadirannya. Mereka berulah dengan sering membolos, tidak ikut rapat, demo menuntut kesejahteraan dll. yang membuat anak muda ini stres berat dan tidak tahu harus berbuat apa kecuali berdoa menyerahkan masalah ini kepada Tuhan. Ternyata pertolongan Tuhan begitu luar biasa, satu per satu masalah diselesaikan oleh-Nya. Anak muda ini tetap bertahan di dalam pekerjaannya dan rajin pelayanan. Makin lama pemakaian Tuhan makin nyata dan dia dipercaya beberapa pelayanan di beberapa perusahaan yang mempunyai persekutuan doa dan gereja-gereja kecil mengundangnya menjadi pembicara di sana. Anak muda ini mengalami penyertaan Tuhan luar biasa. Dia rajin dalam pekerjaan dan setia ibadah hingga menikah dan mempunyai dua anak yang tergembala di gereja ini. Tahukah anak muda itu adalah pembicara yang sedang menyampaikan Firman Tuhan saat ini?
- Kita menyiapkan hati dan membangunkan jiwa untuk bernyanyi dan bermazmur (ay. 2-3).
Kita perlu menyiapkan hati sebab saat menghadapi persoalan berat, hati kita carut-marut berantakan tidak karuan untuk dapat bersyukur kepada Tuhan; untuk itu hati perlu ditata.
Jiwa juga perlu dibangunkan sebab jiwa yang berkaitan dengan pikiran, kemauan, imajinasi dan keinginan dapat burnout (lelah fisik, mental dan emosional) padahal bermazmur dan berdoa melibatkan seluruh (bukan separuh-separuh) pikiran, hati, kemauan dan imajinasi kita.
Aplikasi: sebelum beribadah hendaknya kita sudah mempersiapkan diri baik fisik (tidak tidur terlalu malam) maupun hati untuk dapat menikmati hadirat Tuhan dan Firman-Nya dengan baik.
Selain hati, kita harus membangunkan “gambus dan kecapi” juga “fajar”. Gambus dan kecapi adalah benda mati tetapi Daud memakai gaya bahasa majas personifikasi – menggambarkan benda mati seolah-olah hidup mempunyai nyawa. Begitu digesek, disentuh, dipukul akan berbunyi melantunkan melodi yang terdengar sangat indah. Siapa yang melantunkannya? Tentu pemainnya. Dengan kata lain, pemain musik harus siap dan (ber)dilatih sebelum memainkan alat-alat musik agar dapat mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Memang skill diperlukan tetapi yang lebih penting ialah memainkan musik dengan sepenuh hati dan jiwa sehingga menyentuh hati pendengar untuk memuji Tuhan. Bermainlah musik dengan full skill and power. Demikian pula bagi Song Leaders dan Backing Vocals, bukan sekadar suara merdu tetapi bernyanyi dan bermazmurlah dengan suara nyaring yang dapat menggetarkan/membangunkan jiwa pendengar untuk juga memuji Tuhan dengan sepenuh hati. Jangan bertindak seperti bangsa Israel yang memuji Tuhan dengan bibir tetapi hatinya jauh dari-Nya (Yes. 29:13). Jangan memuji Tuhan karena skill dan suara bagus tetapi jiwa tidak mempunyai ikatan dengan-Nya! Hal ini tidak menyenangkan hati Tuhan dan tidak diperkenan oleh-Nya.
Tidak cukup membangunkan “gambus dan kecapi”, kita juga membangunkan “fajar”, maksudnya sebelum fajar menyingsing nan merekah, kita terlebih dahulu menyaringkan suara menyapa Tuhan.
Introspeksi: apa yang pertama kali kita lakukan begitu bangun pagi? Apakah menyeruput kopi hangat? Membuka handphone dan scroll up WA, instagram tak henti-hentinya hingga tanpa sadar hari sudah siang? Atau melakukan saat teduh membangun relasi erat dengan Tuhan? Dengan doa pagi kita sedang meletakkan fondasi/dasar kuat memberikan yang terbaik bagi Tuhan sehingga kita dimampukan melalui ujian masalah berat (seizin Tuhan) sepanjang hari.
- Kita bersyukur kepada Tuhan atas kasih setia-Nya (ay. 5-6).
Kita diajar untuk tidak melulu mengajukan permohonan kepada Tuhan tetapi juga tahu bersyukur kepada-Nya walau kita dalam tekanan dan penderitaan.
Jujur, sangatlah mudah mengucap syukur saat semua dalam keadaan normal dan senang namun masihkah kita dapat bersyukur saat kita dalam keadaan tertekan dan menderita? Sesungguhnya bersyukur tidak hanya dilakukan ketika kita menerima berkat yang menyenangkan tetapi juga saat kita mengalami peristiwa tidak mengenakkan yang Tuhan izinkan terjadi sebagai bentuk kedaulatan-Nya atas hidup kita. Bagi orang beriman, kesesakan, tekanan, dan penderitaan hidup bukanlah kemalangan atau malapetaka melainkan proses untuk menjadi kehidupan yang lebih baik. Contoh: Daud tidak akan pernah menjadi raja kalau dia menolak diproses oleh Tuhan. Dimulai dari ladang penggembalaan berhadapan dengan singa dan beruang kemudian meningkat berperang dengan Goliat untuk melatih mental dan imannya kepada Allah. Meningkat lagi masuk ke istana untuk mengetahui intrik-intrik politik dan persoalan-persoalan di kerajaan hingga akhirnya dia menjadi raja.
Aplikasi: di dalam pelayanan pun kita menghadapi banyak persoalan tetapi jangan menghindar apalagi menolak proses tersebut sebab Tuhan sudah mempersiapkan kita untuk mengalami “Tuhan itu gunung batu keluputan”.
Marilah kita senantiasa bermazmur bagi Tuhan, mempersiapkan hati untuk memuji Dia serta mengucap syukur dalam kondisi apa pun atas kasih setia dan pertolongan-Nya. Amin.