Shalom,
Sering untuk melamar suatu pekerjaan, surat rekomendasi dari seseorang sangat membantu melancarkan diterimanya menjadi pekerja di suatu perusahaan/kantor walau terkadang kemudian setelah diterima bekerja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, orang yang telah direkomendasikan ini mengecewakan. Namun seorang penulis yang diurapi Tuhan memberikan rekomendasi yang dapat dipertanggungjawabkan tentang satu Pribadi yakni TUHAN, “Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” (ay. 1)
Introspeksi: pernahkah kita merekomendasikan Tuhan yang baik ini kepada orang-orang di luar? Kita bersaksi bahwa Yesus Kristus itu baik untuk selamanya. Namun pertanyaan selanjutnya, apakah rekomendasi kita layak didengar dan dipercaya? Apakah kesaksian kita hanya di mulut atau ekspresi dari segenap keberadaan kita (hidup nikah, pekerjaan dan pelayanan)? Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan TUHAN dan memperdengarkan segala pujian kepada-Nya (ay. 2)?
Jujur, di awal pengikutan kepada Tuhan, kita begitu semangat dan berapi-api merekomendasikan siapa Tuhan kita namun dengan berjalannya waktu kita mulai kendur dan tidak sepenuhnya merekomendasikan Dia lagi.
Awalnya Ayub begitu sungguh-sungguh kepada Tuhan. Dia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ay. 1:1). Tentu dia akan bercerita tentang kebaikan TUHAN kepada orang lain juga. Tetapi seizin Tuhan, pencobaan datang bertubi- tubi dalam hidupnya, hanya dalam waktu singkat seluruh kekayaan dan keluarganya habis. Tak lama kemudian seluruh tubuhnya dari kepala hingga telapak kakinya ditimpa barah dan berbau busuk (Ay. 2:7-8).
Ayub benar-benar diuji kesalehannya. Lama kelamaan Ayub tidak kuat dan mulai menyalahkan Tuhan tetapi Tuhan yang berkemurahan menyatakan diri-Nya kepada Ayub dan meminta pertanggungjawaban atas perkataannya secara laki-laki (Ay. 40). Apa kata Ayub? “...Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui....Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (ay. 1-6)
Ayub akhirnya menyadari ketidakmengertiannya dan mencabut perkataannya setelah mengenal TUHAN secara pribadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan: siapakah yang dapat merekomendasikan atau memperkenalkan TUHAN dengan tepat? Indikatornya: berbahagia orang-orang yang berpegang pada hukum dan melakukan keadilan di segala waktu (Mzm. 106:3). Mampukah kita berpegang pada hukum dan keadilan di segala waktu? Inilah kriteria untuk memperkenalkan TUHAN kepada orang lain. Mungkin kita hebat dalam hal-hal tertentu tetapi bagaimana di sisi lain kehidupan kita? Jujur, kita tampak baik dan sabar di luar tetapi di rumah kita gampang emosi. Dalam kondisi demikian, kita sebenarnya tidak layak merekomendasikan dan memperkenalkan pribadi Tuhan karena kita tidak konsisten berpegang pada hukum dan melakukan keadilan di segala waktu.
Ketika pemazmur menyadari keterbatasan/kelemahan hidupnya itu, dia membuat pengakuan dan permohonan agar Tuhan berkemurahan atas hidupnya juga kepada nenek moyangnya yang telah berbuat dosa (ay. 4-6). Kenyataannya, tidak ada seorang pun yang benar sebab semua sudah jatuh dalam dosa (Rm. 3:10, 23). Ironis, orang Israel sebagai bangsa pilihan pun tidak memperkenalkan dan merekomendasikan Tuhan dengan benar agar Nama TUHAN dipuji melalui seluruh aspek kehidupannya tetapi sebaliknya malah Nama TUHAN dihujat di antara bangsa-bangsa (Rm. 2:23- 24).
Faktanya dalam perjalanan hidup orang Israel mereka gagal dalam mempertunjukkan hidup yang berkenan kepada TUHAN. Misal,
- Mereka memberontak terhadap Yang Mahatinggi di tepi Laut Teberau (ay. 7) ketika menghadapi jalan buntu – di depan ada Laut Terberau sementara Firaun dan tentara-tentaranya mengejar di belakang mereka. Namun Tuhan menolong mereka dengan menghardik Laut Teberau sehingga kering (ay. 9).
Mereka kemudian percaya kepada segala Firman-Nya (ay. 12) namun hanya sebentar saja, sebab tak lama kemudian mereka melupakan perbuatan-perbuatan-Nya dan tidak menantikan nasihat-Nya (ay. 13). Apa yang dilakukannya?
- Mereka mencobai Allah di padang gurun karena mereka dirangsang nafsu rakus. Akibat kerakusannya, mereka ditimpa penyakit paru-paru (ay. 14-15).
- Mereka cemburu/iri hati terhadap pemakaian Musa dan Harun lalu memberontak kepada mereka berakibat bumi terbuka menelan mereka (ay. 16-18).
- Mereka jatuh ke dalam pemberhalaan anak lembu emas. Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan dan melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di Mesir (ay. 19-23).
- Generasi tua memberontak kepada Tuhan dan tidak lagi mengindahkan Firman-Nya (ay. 24-27). Puncak kegagalan dari Israel generasi tua (generasi pertama) yang berasal dari Mesir adalah ketika mereka menolak tanah perjanjian dan tidak percaya kepada Firman Allah. Akibatnya generasi yang keluar dari Mesir berusia 40 tahun ke atas binasa di padang gurun kecuali Yosua dan Kaleb (Bil. 14:30).
Introspeksi: masihkah kita percaya kepada Firman Tuhan di tengah badai masalah melanda kita? Apakah kita masih percaya pada janji-Nya juga melihat rencana-Nya yang lebih dari sekadar hidup di dunia?
- Lalu mulai tampillah generasi muda (generasi yang lahir di padang gurun) yang luar biasa antara lain Pinehas yang menjalankan hukum sehingga berhentilah tulah yang menimpa umat waktu itu (ay. 30). Dia ikut masuk ke tanah perjanjian, Kanaan, namun generasi kedua ini juga tidak dapat bertahan lama di dalam percayanya. Kelakuan mereka sama seperti generasi tua sebelumnya. Umumnya orang tua berharap generasi muda yang tampil akan membawa Injil kebenaran tetapi dengan berjalannya waktu ternyata tidak ada perubahan, sama saja. Mereka tidak lebih baik dari generasi sebelumnya.
- Di Kanaan, generasi muda ini tidak memunahkan bangsa-bangsa setempat seperti yang diperintahkan Tuhan tetapi malah membaur dengan mereka bahkan menyembah berhala-berhala mereka (ay. 34). Sebenarnya Tuhan memerintahkan untuk memusnahkan penduduk Kanaan bukan karena Ia kejam tetapi ini bentuk penghakiman karena perbuatan mereka sangat menjijikkan di hadapan Tuhan. Apa yang mereka lakukan? Mereka mengurbankan anak-anak laki dan perempuan mereka untuk dipersembahkan kepada berhala mereka (ay. 37-39) berakibat Tuhan murka dan jijik kepada umat kepunyaan-Nya sendiri (ay. 40-42). Kemudian mereka diserahkan ke tangan bangsa- bangsa, dibuang ke Asyur dan ke Babel dan mereka terserak ke seluruh bumi.
- Menyadari kegagalannya, apa yang kemudian pemazmur lakukan? Dia berseru, “Selamatkanlah kami, ya TUHAN, Allah kami, dan kumpulkanlah kami dari antara bangsa-bangsa supaya kami bersyukur kepada nama- Mu yang kudus dan bermegah dalam puji-pujian kepada-Mu.” (ay. 47)
Apa yang dapat kita petik pelajaran dari umat Israel ini? Bahwa semua orang sudah gagal. Namun ketika kita menyadari kegagalan dalam melakukan perintah Firman-Nya, jangan kita malah lari menjauh dari Tuhan lalu patah semangat, putus asa dan apatis.
Lalu bagaimana TUHAN dipuji dan dimuliakan dari semua kegagalan ini? Memang kita manusia telah gagal tetapi Allah yang penuh kasih telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal bagi dunia untuk mati demi manusia berdosa supaya siapa yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal (Yoh. 3:16). Dia ditolak oleh dunia, ditolak oleh umat-Nya sendiri tetapi setiap orang yang menerima Yesus mengalami kelahiran baru. Dia mengalami mukjizat itulah pengharapan di tengah-tengah kegagalan.
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita (2 Kor. 5:21). Terbukti dosa itu sangat menjijikkan dan dosa inilah yang membuat kita menjadi kejijikan di hadapan Tuhan. Namun dosa yang menajiskan itu sudah diambil alih oleh Yesus Kristus; itu sebabnya murka Allah jatuh kepada Yesus. Yesus buruk rupa, dihina, dihindari dan menderita kesakitan padahal penyakit kita yang ditanggung-Nya (Yes. 53). Karena Ia telah merendahkan diri dan taat sampai mati terkutuk di kayu salib, Allah meninggikan Dia dan mengaruniakan nama di atas segala nama supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang di atas bumi dan yang di bawah bumi dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan (Flp. 2:8-11). Dengan demikian kita dibenarkan oleh Allah dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus (2 Kor. 5:17).
Aplikasi: ketika kita mengalami kegagalan demi kegagalan dalam hidup kita, jangan menyalahkan Tuhan telah bertindak kejam tetapi ingatlah Dia menderita tersalib justru untuk menggantikan kita dan semua beban dosa telah diselesaikan-Nya.
Yesus benar-benar hidup sepanjang waktu dalam keadilan Allah dan Ia memenuhi kriteria untuk merekomendasikan siapa TUHAN itu sesungguhnya. Seperti apakah TUHAN itu? Jika engkau mau mengetahui seperti apakah TUHAN itu maka ingatlah Yesus, Dialah gambaran Allah yang sesungguhnya dan Allah sungguh-sungguh dimuliakan di dalam Yesus Kristus.
Sebagai ucapan syukur atas kemurahan Tuhan yang menyelamatkan, marilah kita memuji dan memuliakan Dia, “Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya dan biarlah seluruh umat mengatakan: "Amin!" Haleluya!” (ay.48)
Amin.